Senin, 21 Desember 2015
Inspirasi Pidato Mark Zuckerberg
Terjemahan pidato Mark Zuckerberg pendiri/pemilik Facebook di hadapan pengagumnya di China. Semoga bermanfaat.
Menjawab pertanyaan mengapa saya memperisteri seorang wanita berparas tidak cantik?
Sy, Mark Zuckerberg dari Facebook, sy adalah orang yang diberitakan sebagai seorang anak muda kaya raya yang tidak punya berita gossip, seseorang yg sangat mencintai istri, dan si Mark yang mempunyai tampang baby face. Hari ini sy ingin menggunakan waktu bbrp menit utk ngobrol dgn teman2 di China, istilah kalian Curhat.
Sama halnya pada awal tahun ini saya pidato di Beijing Qing Hua University, saya berusaha semaksimal mungkin menggunakan bahasa Mandarin, namun karena keterbatasan kemampuan bahasa Mandarin saya, saya mohon maaf bila ada yang kurang berkenan dan berusaha berbicara sebaik mungkin.
Kemarin dulu saya baru menjadi seorang ayah, teman2 seluruh dunia menyampaikan ucapan selamat kepada saya dan kami sekeluarga, saya sangat terharu, namun tidak sedikit teman chinese yang menyampaikan kecurigaan mereka, utamanya 2 pertanyaan tsb:
1. Mengapa saya memperisteri seorang wanita tidak berparas cantik?
2. Mengapa saya menyumbangkan harta/saham facebook saya sebesar USD 45 milliard, apakah utk menghindari pajak?
Teman2 saya menganjurkan saya tidak usah menjawab pertanyaan2 yang beredar. Bill Gates, penyanyi terkenal Shakira dan teman2 saya berpendapat tidak perlu menjawab pertanyaan2 tsb.
Saya mengerti pemikiran mereka, menggunakan perumpamaan yg digunakan filsuf terkenal China Zhuang Zi, yaitu kodok di dasar sumur tdk bisa diibaratkan sebagai laut, ulat di musim panas tidak bisa diibaratkan sebagai es.
Mereka juga katakan, cara anda memandang dunia, dunia seperti itulah yang anda lihat. Anda yg tidak percaya keindahan dunia, dengan sendirinya anda tidak akan memiliki keindahan dunia.
Banyak Chinese yg mempunyai berbagai modus, mirip banyak rumput belukar didalam hatinya, mereka enggan membuka hati agar bisa menerima sinar matahari yg begitu elok.
Mereka(teman2 saya) bukan meremehkan kalian, hanya kawatir. Saya berpikir walaupun saya jelaskan kalian jg tdk mengerti atau mungkin tdk mau mengerti. Dengan demikian saya menjadi orang idiot, selain membuang waktu dan pikiran juga membuat mulut kering saja.
Saat ini, zaman internet, walapun ulat musim panas belum pernah merasakan musim dingin, kita bisa menggunakan teknology masa kini membuat mereka merasakan musim dingin, begitupun kodok yg belum pernah melihat lautan, kita mampu membuat mereka merasakan seperti apa lautan. Saat ini berbagai hal dapat diwujudkan dgn teknologi.
Untuk itu saya putuskan menjawab 2 pertanyaan kalian. Sekaligus menjawab lbh banyak pertanyaan kalian, umpamanya, mengapa saya tidak membeli mobil mewah, dan juga mengapa selalu hanya memakai T-shirt yang sama.
Tahun ini saya bertemu ibu negara kalian saat mengunjungi Amerika, saat itu saya ngobrol dengan Jack Ma/Ma Yun (pendiri/pemilik Alibaba) dan Pony Ma/Ma Hua Teng (pendiri/pemilik Tencent/QQ/We Chat) perihal mengapa saya menikahi seorang wanita tdk berparas cantik. Saat itu saya belum menyumbangkan harta/saham facebook saya, jadi belum waktunya menilai sumbangan tsb utk menghindari pajak atau bukan. Saya hanya perjelas duduk persoalan, tapi bukan memberi penjelasan. Saya tidak perlu memberi penjelasan hal2 pribadi saya. Namun saya tidak bisa menahan diri menjelaskan kepada Jack Ma dan Pony Ma perasaan dan pemikiran saya.
Entah mereka berdua mengerti tidak apa yang telah saya sampaikan, saya menduga mereka belum sepenuhnya mengerti. Namun tidak apa2, saya akan mengulangi menjelaskan dgn detail kepada teman2 di China yang bersimpati ke saya.
Saya tidak tahan menutupi kegembiraan atas kelahiran putri saya. Entah kalian mengetahui tidak, sebelumnya, kami mempunyai pengalaman pahit yakni isteri saya mengalami 3 kali keguguran, sebelum ini kami sangat menginginkan mempunyai anak, namun isteri saya mengalami 3 kali keguguran.
Saat anda mengira segera mendapatkan anak, anda akan merasakan segalanya penuh harapan. Anda mulai berpikir anak2 akan seperti apa, dan merencanakan segala sesuatu utk mereka di masa akan datang. Namun kemudian, semuanya tidak terjadi.
Teman2 sekalian! Apa kalian bisa membayangkan, sebagai seorang ibu lulusan jurusan kedokteran Harvard University dan seorang ayah yang kaya raya, namun 3x gagal untuk memiliki anak, kalian bisa bayangkan seperti apa perasaan dan pengalam kami. Sebagai pasangan suami isteri pada umumnya, saat ini kami begitu gembira mendapatkan anak dan juga begitu sedih saat dulu kehilangan anak karena keguguran. Kami saling berpelukan, saling mengasihi, saling mendukung, ber-sama2 melewati masa yang sulit, siang maupun malam.
Pengalaman buruk yang kami alami, umumnya orang tidak akan membicarakan hal keguguran dgn orang luar, sama halnya anda mempunyai kekurangan, atau telah melakukan kesalahan yg menyebabkan hal tsb terjadi. Untuk itu anda cuman bisa menghadapinya sendiri.
Seorang lelaki yang begitu mendambakan menjadi seorang ayah, tapi mengalami 3x kegagalan, namun sekarang mimpi tsb telah menjadi keyakinan, saya sungguh tergugah.. Mohon doakan si kecil Max supaya sehat dan bahagia selalu.
Sekarang saya menjawab pertanyaan kalian. Pertanyaan pertama, mengapa saya memperisteri seorang wanita tidak berparas cantik.
Pertama2 saya ingin membahas, apa itu wanita cantik, apa itu wanita tidak cantik.
Saya mempunyai banyak kesempatan bertemu berbagai wanita cantik, namun apa yang disebut wanita cantik kebanyakan berhati seperti kaca, jika sakit manjanya seperti seorang putri raja, dan juga penyakit angkuh, dan juga akan bertanya kepada saya mengapa begitu kaya namun tidak mau berganti mobil. Saya tahu tujuan mereka adalah mau pamer dilingkungan teman.
Wanita demikian walaupun secantik apapun, bila sanubari nya hanya menuntut/meminta, tetap kelihatan jelek, jiwanya jg kotor. Wanita demikian barulah dikatakan sebagai wanita berparas jelek, diberikan gratispun saya tidak mau.
Kecantikan diluar akan berkurang nilainya seiring bertambahnya usia, namun kecantikan dari dalam akan bertambah nilainya seiring bertambahnya usia. Dalam hal ini para ahli ekonomi di wall street pasti mengerti, makanya saya sama dengan mereka, tidak akan bersentuhan dengan benda yang secara cepat turun nilainya.
Apa yang saya sukai Priscilla Chan isteri saya?
Raut wajah seorang wanita adalah cermin hati sanubari seseorang, senyumnya memukau selamanya. Sejak hamil, Priscilla sama sekali mengabaikan perubahan yang terjadi pada raut mukanya akibat kehamilannya, tetap berpakaian sederhana, tanpa dandan, namum kebahagiaannya saya rasakan sepenuhnya dan juga nampak kepada orang lain.
Saya mencintai kesederhanaan Priscilla. Saya mencintai penampilannya : bersemangat namun bijak, berani namun penuh kasih, berjiwa pemimpin namun juga bisa mendukung orang lain. Saya mencintai keseluruhannya, saat bersamanya, saya merasa sangat nyaman dan relax.
Saya sama sekali tidak merasa Priscilla bersanjung kepada saya, selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, dia juga memiliki kecerdasan emosi/sosial yg tinggi, jangan lupa bahwa Priscilla adalah lulusan jurusan kedokteran Harvard University, anda bisa coba test masuk universitas tsb, jurusan hukum, kedokteran, ekonomi adalah jurusan yang menjadi rebutan orang, walaupun lulus test masuk belum tentu anda bisa lulus penuh, kalau mau dikatakan bersanjung ,lebih tepat saya yang bersanjung kepada Priscilla bukan sebaliknya. Perkawinan ibarat sepasang sepatu, hanya yg memakainya tahu sepatunya nyaman dipakai atau tidak, Priscilla paling cocok buat saya, saya dan Priscilla adalah pasangan yg paling ideal di bumi ini, saya berkenalan dgn Priscilla saat antrian toilet, di mata Priscilla, saya adalah seorang kutu buku. Ini adalah jodoh.
Di mata kalian, Priscilla ada wanita tidak cantik, namun di mata saya, dia adalah wanita cantik dan paling serasi dengan saya.
Saya tidak bs menahan diri memamerkan foto saya dgn Priscilla yg begitu berbahagia.
Dalam foto nampak saya dan Priscilla begitu bahagia, damai dan alami.
Tips bagi kalian: sebagian wanita hanya melihat keburukan orang lain, tidak melihat kecantikan orang lain, dengan demikian, kebahagiaan akan meninggalkan kalian, tidak berjodoh. Sebab, apa yang ada dalam hati itulah yang ada dalam kenyataan. Sekarang membahas tentang penghindaran pajak yang dituduhkan kepada saya.
Kalian berpikir, saya menyumbang USD 45 milliard apa utk pamer kekayaan atau menghindari pajak. Apa otak kalian atau otak saya yang bermasalah?
Apa yang kami sumbangkan USD 45 milliard berbentuk saham sebetulnya bukan nilai sebenarnya, tapi hanya nilai pasar, bisa lebih tinggi atau lebih rendah nilainya, ini tergantung pasar yang menentukan.
Dana yang kami sumbangkan untuk digunakan sebagai dana abadi untuk diinvestasikan ke sekolah dan rumah sakit.
Saat kelahiran anak kami, kami berkunjung ke rumah sakit, bermaksud untuk bisa ikut berkontribusi dalam dunia pengobatan.
Seiring perkembangan teknologi yang maju pesat, kami sungguh berharap 100 tahun mendatang, hampir semua penyakit dapat dicegah dan diobati. Saat ini, kebanyakan manusia meninggal akibat penyakit jantung, kanker, stroke, dan penyakit menular lainnya. Diharapkan berbagai penyakit tsb dapat teratasi dgn lbh cepat. Saat menyadari anak kami dan banyak anak lainnya berkemungkinan bisa menghindari berbagai penyakit, kita semua punya tanggung jawab untuk mewujudkan impian tsb. Saya tegaskan sekali lagi, saya dan isteri saya akan berkontribusi semaksimal mungkin untuk tujuan tsb.
Di Silicon Valley, " Mengubah Dunia " kata tsb bukan hanya sebuah slogan, ia merupakan sebuah keyakinan dan kekuatan. Mimpi kami berharap melalui usaha keras kami untuk memperbaiki kwalitas pendidikan, pengobatan, intergrasi dunia, untuk disumbangkan kembali ke masyarakat, mengubah dunia, membangun suatu dunia yang lebih baik untuk semua umat manusia.
Teman2 sekalian, kami sedang melakukan upaya "Change The World", apa yang telah kalian lakukan? Saya mendengar diantara kalian banyak mengeluh, saya ingin katakan bahwa tidak ada artinya mengeluh, tindakanlah yang lebih bermakna.
Saya dan Priscilla menyumbangkan 99% saham kami di facebook, mendekati semua saham milik kami, apa kalian masih menganggap yang kami lakukan utk menghindari pajak? Apa masih ada maknanya menghindari pajak? Banyak teman2 di China yang kaya raya, mengapa mereka tidak ikut menyumbangkan 99% harta mereka untuk menghindari pajak?
Lalu, tentang baju dan mobil apa yang saya pakai. Betul, sepanjang tahun saya memakai T shirt abu2 dan mobil yang sangat sederhana. Saya tegaskan, saya bukan orang yang ber-hari2 tidak ganti baju, namun saya membeli banyak T shirt berwarna abu2, saya berusaha menjalani hidup ini sesederhana mungkin, supaya menghemat pikiran dan waktu memutuskan berbagai hal yg tidak penting. Sebab memilih memakai pakaian, makan pagi, dan berbagai hal kecil tsb menyita cukup banyak waktu dan pikiran, saya tidak ingin membuang waktu hanya untuk hal2 kecil tsb, sehingga saya bisa lebih konsentrasi melakukan berbagai hal yang lebih bermanfaat utk masyarakat.
Saya memiliki 3 buah mobil, satu Toyota seharga USD 16 ribu, VW golf seharga USD 18 ribu dan Chevrolet TSX seharga USD 30 ribu. Setelah facebook go public, saya ganti VW GTI seharga USD 30 ribu. Saya berpendapat, mobil hanya sebuah alat transportasi, tidak perlu yang mahal2.
Saya tidak memakai berbagai barang branded, yang penting saya merasa nyaman, mengapa butuh barang2 yang berlebihan? Kalau yang menyangkut kebutuhan berlebihan, justru otak, perasaan sendiri lebih butuh diutamakan.
Kata bijak chinese zaman dulu, manusia harus menaklukkan benda bukan ditaklukkan benda , maksudnya adalah, berbagai materi kehidupan untuk digunakan/dikendalikan manusia, bukan sebaliknya, saya sangat setuju dgn pemikiran tsb.
Saya sangat salut ucapan yang pernah diucapkan Mandella yaitu jiwa saya adalah pemimpin saya, nasib saya dikendalikan oleh diri saya sendiri . Makanya saya tidak gila branded, tidak ada manfaatnya dan sangat tidak masuk akal.
Apa yang ada dalam hati itulah kenyataan yang ada di dunia. Percayalah bahwa dunia ini adalah alam semesta yang indah, jika anda tidak percaya, anda tidak akan bisa memiliki dunia/alam semesta yang indah, tidak akan memiliki kehidupan yang indah dan penuh kedamaian. Hal tsb diatas merupakan keyakinan saya dan Priscilla.
Akhir kata, bila ada yang tidak berkenan, mohon petunjuk! Anda bisa tinggalkan pesan utk saya. Terima kasih telah luangkan waktu mendengar yang saya sampaikan.
Terima kasih.
Salam, Mark Zuckerberg.
Jumat, 13 November 2015
Fanatisme dan Keyakinan (Saddha)
Fanatisme dan Keyakinan (Saddha)
Ini adalah salah satu topik yang dalam aplikasinya masih sangat rancu. Kerancuan itu dapat terjadi karena batas diantara keduanya sangat tipis, namun bila yang satu menuju ke sebuah kebaikan maka yang lainnya akan memberikan sebuah kerugian besar. Tulisan ini didasarkan pada sabda-sabda Sang Buddha sebagaimana tercantum di dalam kitab suci Tripitaka namun dengan bahasa yang sederhana sesuai kapasitas pemahaman pribadi saya.
Keyakinan yang dinamakan Saddha, adalah iman atau kepercayaan yang berdasarkan kebijaksanaan. Keyakinan dalam ajaran Sang Buddha bukan berdasarkan atas rasa percaya semata atau bahkan rasa takut, tapi keyakinan yang didasarkan atas sebuah penyelidikan (ehipassiko). Kegembiraan tidak akan pernah dirasakan oleh mereka yang hanya memiliki keyakinan yang didasari atas rasa takut atau karena kepercayaan yang membuta. Karena sesungguhnya kegembiraan itu hanya dapat dirasakan oleh mereka yang memiliki pengertian benar dan kebijaksanaan.
Seperti yang diungkapkan oleh Sang Buddha bahwa seseorang yang bermoral dan berwatak baik akan belajar bahwa demikianlah seharusnya cara hidup seorang siswa yang mematahkan kecenderungan buruk, mencapai kesempurnaan lewat jalan kebijaksanaan dan pemusatan pikiran bersih dari dorongan yang keliru .Setelah ia sendiri memahami dan menyadari akan tujuan yang lebih luhur dari hidup ini, lalu berpikir untuk melaksanakannya sendiri (Puggala-Pannatti, III, 1). Sariputra (salah seorang siswa utama Sang Buddha) juga mengungkapkan bahwa keyakinan yang baik itu harus diuji dengan mengendalikan indra. Dengan keyakinan ini, semangat, kesadaran, konsentrasi, dan kebijaksanaan berkembang terus menerus. "Sebelumnya aku hanya mendengar hal-hal ini, sekarang aku hidup dengan mengalaminya sendiri. Kini dengan pengetahuan yang dalam aku menembusnya dan membuktikan secara jelas" (Samyutta Nikaya . V, 226).
Setelah melihat uraian di atas, kita sudah mengetahui bahwa Saddha adalah sebuah keyakinan yang didasarkan atas sebuah penyelidikan dengan pengertian yang benar serta penuh kebijaksanaan. Iman semacam itu dikategorikan sebagai iman yang rasional (akaravati-saddha). Sebuah iman yang dewasa tentu saja akan berbeda dengan iman yang kekanak-kanakan atau membuta. Iman yang kekanak-kanakan atau membuta inilah yang dikenal sebagai Fanatisme. Sang Buddha juga pernah menyampaikan bahwa seseorang yang kuat dalam keyakinan tetapi lemah dalam kebijaksanaan akan memiliki keyakinan yang fanatik dan tanpa dasar.
Sedangkan seseorang yang kuat dalam kebijaksanaan tetapi lemah dalam keyakinan akan mengetahui bahwa ia bersalah jika berbuat kejahatan, tetapi sulit untuk menyembuhkannya bagaikan seseorang yang penyakitnya disebabkan oleh si obat sendiri. Bila keduanya seimbang, seseorang akan memiliki keyakinan hanya bila ada dasarnya (Visuddhimagga. 129).
Dalam Brahmajala-sutta tercatat bagaimana Sang Buddha mengajarkan siswanya agar bersikap kritis terhadap penganutan agama Buddha sendiri: "Para Bhikkhu, jika ada orang berbicara menentang aku, atau menentang Dharma atau menentang Sangha, janganlah karena hal itu engkau menjadi marah, benci, atau menaruh dendam. Jika engkau merasa tersinggung dan sakit hati, hal itu akan menghalangi perjalanananmu sendiri mencapai kemenangan. Jika engkau merasa jengkel dan marah ketika orang lain mengucapkan kata-kata yang menentang kita, bagaimana engkau dapat menilai sejauh mana ucapannya itu benar atau salah?... Jika ada orang yang mengucapkan kata-kata yang merendahkan Aku, atau Dharma atau Sangha, engkau harus menjelaskan apa yang keliru dan menunjukkan kesalahannya dengan menyatakan berdasarkan hal ini atau itu, tidak benar, itu bukan begitu, hal demikian tidak diketemukan di antara kami dan bukan pada kami. Sebaliknya pula, Bhikkhu, jika orang lain memuji Aku, memuji Dharma, memuji Sangha, janganlah karena hal tersebut engkau merasa senang atau bangga atau tinggi hati. Jika engkau bersikap demikian maka hal itu itu pun akan menghalangi perjalanananmu sendiri mencapai kemenangan. Jika orang lain memuji Aku, atau Dharma atau Sangha, maka engkau harus membuktikan kebenaran dari apa yang diucapkan dengan menyatakan berdasar hal ini atau itu, ini benar, itu memang begitu, hal demikian terdapat di antara kami, ada pada kami" (Digha-Nikaya. I, 3).
Setelah membaca semua sabda-sabda Sang Buddha di atas, apa yang sekarang muncul di dalam benak anda sekalian? Bagi saya pribadi, ajaran Sang Buddha lebih menitik-beratkan pada pengembangan religiusitas mental dan batin kita ketimbang sebuah keberAGAMAan. Sebagaimana dikatakan oleh Bodhidharma, bahwa Buddha tak dapat ditemukan dalam kitab suci. Ia mengajarkan untuk melihat ke dalam hati kita sendiri dengan kesadaran dan kesucian yang sempurna, karena di situlah kita akan bertemu dengan Buddha. Mungkin banyak diantara anda yang sering melihat orang-orang di sekeliling anda yang kuat menganut agamanya secara lahiriah, tapi tidak seiring dengan perkembangan religiusitas mental dan batinnya. Orang bisa saja sangat taat beribadah, namun di dalam rumahnya ia menyiksa istrinya dan di luar rumahnya ia seorang lintah darat.
Boleh jadi orang gigih menganut agama dengan motivasi tertentu seperti dagang, karier atau tuntutan calon mertua. Orang yang militan dalam kegiatan organisasi agama, namun mengobarkan kebencian dan permusuhan, tidak peduli dengan kesulitan orang lain, tidak jujur, tidak adil, tentunya tidak religius. Sebaliknya ada orang yang tidak begitu cermat menaati aturan agama (bukan mengenai nilai moral yang universal) atau bahkan ia juga tidak mengenal agama sama sekali, namun ia cinta pada kebenaran, lurus, tidak munafik, tidak egois, tidak serakah dan suka menolong, maka ia bisa disebut religius.
Jadi sekarang pilihan berada di tangan anda. Karena sesungguhnya Sang Buddha sudah membabarkan secara lengkap dan sempurna mengenai perbedaan antara Saddha & Fanatisme.
Artikel ini sendiri bersumber dari tulisan Bapak Khrisnanda Wijaya-Mukti dalam bukunya yang sangat indah dan berjudul
"Wacana Buddha-Dharma". Buku tersebut dan juga nasehat mama saya, telah sangat banyak membantu saya keluar dari kesalahan pandangan saya sebagai seorang siswa Sang Buddha. Saya sendiri mengenal Buddha-Dharma pada tahun 1997 (kemudian menerima Tisarana & Pancasila pada tahun yang sama). Namun bukan kedamaian yang saya temukan akan tetapi "debat kusir" yang tak perlu serta berkepanjangan dengan famili dan para sahabat yang kebetulan non-Buddhis.
Puncaknya adalah tahun 2003, saat saya mendapat kesempatan menjadi seorang Dharmaduta, karena pada saat itu saya justru lebih banyak melakukan ADharma (dengan cara melakukan musavada tentang keyakinan-keyakinan selain Buddhis kepada para umat). Nasihat mama saya pun hanya masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. Tahun 2004 saya mendapatkan buku yang sangat berharga itu, yang juga kemudian menyadarkan saya akan kebenaran nasehat mama saya selama ini. Seperti Angulimala, saya akhirnya membuang "pedang" saya dan menggantinya dengan sebuah teratai kebenaran. Keindahan lain yang saya rasakan adalah saat saya bisa mengenalkan Buddha-Dharma kepada rekan-rekan non-Buddhis, karena kini saya datang kepada mereka dengan kedamaian.
Teman-teman sekalian, jadikan Buddha-Dharma sebagai pembebasmu dan bukan sebagai belenggumu, karena sesungguhnya Sang Buddha pun juga sudah menguraikan bahwasanya kebanggaan berlebihan (beragama Buddha) juga adalah salah satu penghalang kita dalam mencapai kemenangan (Nibbana). Selamat berbuat kebajikan dan semoga semua mahkluk selalu hidup berbahagia, Saddhu.
(Refernsi Buku "Wacana Buddha-Dharma" karya Bapak Krishnanda Wijaya-Mukti)
Label:
dasar agama Buddha,
Mahayana,
Therawada,
Vajrayana
RENUNGAN KELAHIRAN USIA-TUA SAKIT DAN KEMATIAN
RENUNGAN KELAHIRAN USIA-TUA, SAKIT DAN KEMATIAN
FAKTA & REALITA
(Untuk kalangan sendiri)
Terjemahan dari:
The Hundred Thousand Song of Milarepa
FAKTA & REALITA
(Untuk kalangan sendiri)
Terjemahan dari:
The Hundred Thousand Song of Milarepa
RENUNGAN KELAHIRAN USIA-TUA SAKIT DAN KEMATIAN
Sahabatku yang baik, pengembaraan di alam kehidupan ini adalah akibat kesadaran rendah yang digerakkan oleh kebencian dan nafsu keinginan besar, kemudian masuk ke dalam kandungan sang Ibu.
Dalam kandungan ia merasa seperti ikan yang terjerat di antara batu-batu karang, terbaring dalam darah dan cairan kuning, dengan kotoran sebagai bantal, tertekan dalam kotoran ia menderita kesakitan, tubuh yang buruk dari karma yang buruk pun lahir.
Walaupun ingin kembali ke masa lalu, tak sepatah katapun dapat diucapkan. Sekarang terpanggang dalam panas, beku oleh dingin, dalam waktu sembilan bulan ia muncul, dari kandungan ibu yang penuh rasa sakit, sangat mengerikan
Seolah-olah ditarik keluar dari jepitan, keluar dari kandungan kepalanya ditekan sakitnya bagaikan dilempar ke dalam semak berduri, tubuh yang mungil dalam pangkuan sang Ibu, bagaikan burung seriti begulat dengan Rajawali
Apabila dari tubuh bayi yang lembut itu, darah dan kotoran dibersihkan, rasa sakitnya bagaikan kulit dikupas hidup-hidup, bila tali pusat dipotong rasanya seolah-olah tulang punggung luka berat, bila diletakkan dalam ayunan, serasa diikat dengan rantai, terpenjara dalam kamar gelap
Yang tidak sadar akan kebenaran, selamanya tidak akan terhindar dari ancaman kelahiran, karenanya jangan menuda-nunda pengabdian, bila seseorang meninggal, kebutuhannya yang tertinggi adalah Dharma.
Dengarkanlah sahabatku, mengenai penderitaan manusia, menyedihkan sekali tubuh seseorang yang telah menjadi lemah dan lapuk, siapa yang dapat menolong dari ancaman usia tua, selain hanya merasa cemas?
Jika usia tua telah menjelang, tubuh yang gagah menjadi bongkok, jika mencoba berjalan tegak gagallah keingingannya, rambut yang hitam kini berubah menjadi putih, matanya yang terang menjadi rabun, kepalanya goyang karena pening, telinganya yang peka menjadi tuli, pipi yang semu merah menjadi pucat.
Darahnya pun mengering, hidung cagak rautnya tenggelam, giginya menonjol keluar, tak dapat mengendalikan lidah, dia menganggap semakin dekat saat kematian, rasa susah dan hutangnya bertambah, dia kumpulkan makanan dan sahabatnya,
Namun dia gagal mempertahankan semuanya, ketika mencoba untuk tidak menderita, penderitaannya semakin bertambah. Apabila ia menceritakan kebenaran pada seseorang, jarang yang mempercayainya, anak dan kemenakan yang dibesarkan dan yang dicintainya, sering menjadi musuh.
Jika ia berikan harta simpanannya, dibalas tanpa terima kasih
Sahabatku, jika anda tidak sadar akan kebenaran abadi, anda akan menderita karena usia tua, tetapi yang mengabdikan diri pada Dharma di usia tua, seharusnya ia mengetahui, bahwa ia lahir karena Karma, sebab itu sangat baik menjalankan Dharma selagi masih bisa bernafas.
Sahabatku yang baik, dengarlah tentang kesenangan karena penyakit tubuh ini adalah wadah penyakit, sehingga orang merasakan penderitaan yang amat sangat, penyakit pikiran, empedu dan hati, terus menerus akan menyerang tubuh manusia yang lemah ini, membuat darah dan nanah menjadi panas, otot-otot dicengkram rasa sakit
Di tempat tidur yang nyaman orang sakit tidak merasakan kenyamanannya, gelisah meratap dan menggerutu, melalui karma yang tak pandang bulu, walaupun makanan yang nikmat disajikan padanya, selalu dimuntahkan bila ditelan.
Jika dibaringkan di tempat yang empuk dan sejuk, masih merasa panas dan seperti terbakar, jika diselimuti kain hangat, tetap merasa dingin seperti tergenang dalam salju basah.
Walau sanak saudara berkumpul disekitarnya, tak ada yang mampu mengurangi rasa sakitnya,meskipun banyak pahlawan perang dan dokter, mereka tak mampu menghentikan masaknya karma buruk.
Yang tidak menyadari kebenaran Agung ini, akan menjalani semua penderitaan itu. Karena kita tidak tahu kapan datangnya penyakit, alangkah bijaksana jika menjalankan Darma penakluk tepat segala penyakit.
Dengarkanlah sahabatku, yang mengecewakan seperti rasa sakit membayar hutang yang bertumpuk-tumpuk, orang harus mengalami penderitaan kematian.
Pengawal (dewa Yama) yang menangkap dan menyeretnya, apabila saat kematian tiba.
Orang kaya tidak bisa membelinya dengan uang, sang pahlawan tidak dapat mengalahkannya dengan pedang, wanita cantik sekalipun tidak dapat merayunya.
Cedikiawanpun tak dapat menundanya, disini, yang tak jujur tidak dapat berbuat apa-apa, yang pemberani juga tidak dapat menunjukkan keperkasaannya.
Jika semua sumber kekuatan bertemu dengan tubuh, seseorang seperti teerjepit diantara dua gunung, wiharawan sudah tidak berguna lagi, dokter menyerah dengan keluh kesah, tak seorangpun dapat berhubungan dengan si mati.
Pengawal dan Dewa pelindung menghilang tak tentu rimbanya, meskipun Nafsu belum berhenti, tapi semua orang telah mencium, bau mayat bagaikan segumpal bara terbungkus abu dingin, begitulah orang menuju Kematiannya.
Mendekati saat kematian, ada yang menghitung hari dan bintang, yang lain menangis dan berteriak, yang lain memikirkan harta kekayaan yang ditinggalkan.
Harta benda yang diperoleh dengan susah payah akan dinikmati orang lain.
Betapapun besar cinta dan simpati orang lain, dia akan berpisah dan melakukan perjalanan sendiri, sahabat baiknya, suami atau istrinya hanya bisa meninggalkannya disana, dalam bungkusan, tubuhnya yang tercinta akan dibawa pergi, dilempar ke air sungai atau dibakar, atau secara mudah ditinggalkan saja di tempat yang terpencil.
Sahabatku apa yang dapat dipegang teguh untuk akhir nanti?
Haruskah kita duduk dan bermasa bodoh, atau bermalas-malasan?
Jika nafasmu berhenti esok hari, tidak ada kekayaan dunia yang dapat menolong.
Mengapa lalu seseorang harus kikir?
Sanak saudara mengelilingi ranjang, tidak ada yang dapat menolong sekejappun. Tahu bahwa semua itu harus ditinggalkan, orang akan mengerti betul bahwa semua cinta dan keterikatan adalah sia-sia, jika saat terakhir menjelang hanya Dharma yang dapat menolongnya
Kamu harus dapat berusaha sahabatku, untuk persiapan pada saat kematian tiba jika tiba waktunya, tidak akan ada rasa takut dan menyesal bagi orang yang telah hidup sesuai dengan Dharma.
Senin, 05 Oktober 2015
MENGENANG SUHU TENG SIN (Bhiksu Mahasthavira Sasanarakkhita)
MENGENANG SUHU TENG SIN (Bhiksu Mahasthavira Sasanarakkhita)
SEJARAH
SINGKAT
Mendiang
Bhiksu Mahasthavira Sasanarakkhita
Bhiksu
Mahasthavira Sasanarakkhita atau yang lebih dikenal dengan nama Suhu Teng
Sin, telah mengabdi menjadi Anggota Sangha selama 41 vassa, tanpa kenal lelah
beliau mengabdikan diri untuk perkembangan umat Buddha di Indonesia. Beliau
selama pengabdiannya banyak mendampingi Mendiang Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita
dalam mengembangkan umat Buddha di Indonesia. Beliau juga sering mengikuti
Mendiang Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita untuk membabarkan Dhamma ke
daerah-daerah pelosok di Indonesia.
Masa kecil
Yang Mulia Mahasthavira Sasanarakkhita
dilahirkan di Cirebon pada tanggal 10 Oktober 1947 dengan nama Tan Tay Kie,
Beliau adalah putra dari Bapak dan Ibu Tan Kay Gie, namun perjalanan hidup Tan
Tay Kie tidaklah mudah seperti kehidupan yang kita idamkan, pada waktu Tan Tay
Kie baru berumur 40 hari ibunda Tan Tay Kie meninggal dunia, namun perjalanan
Tan Tay Kie kecil harus mengalami kesedihan kembali karena dua tahun setelah
ibunda Tan Tay Kie meninggal maka ayahnya menyusul meninggalkannya, sejak saat
itu beliau menjadi yatim piatu dimana saat itu beliau masih memerlukan belaian
kasih sayang dan bimbingan orang tua.
Sejak
kepergian ayahnya, Tan Tay Kie kecil diasuh oleh ibu angkat beliau yang bernama
Ibu Kusnati ( Lim Kui Sen Nio), Ibu Kusnati sangatlah sayang kepada beliau,
sejak kecil Tan Tay Kie membantu ibunya untuk berjualan dirumah yang sekaligus
menjadi tempat usaha yaitu sebuah rumah makan. Tan Tay Kie dididik menjadi
pribadi yang mandiri oleh ibu beliau sehingga menjadi bekal sampai saat ini
untuk menjalani kehidupan dewasanya kelak.
Mengenal
Dhamma melalui pengabdiannya di Vihara
Tan Tay Kie dewasa aktif mengikuti kebaktian
di Vihara Dewi Welas Asih Cirebon, hari-harinya dihabiskan untuk mengabdikan
diri di Vihara. Pada tahun enam puluhan dipelopori oleh Maha Bhiksu Ashin
Jinarakkhita, Agama Buddha mulai merebak di seluruh Indonesia, begitu pula di
Cirebon. Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita sering berkunjung ke Vihara Dewi Welas
Asih Cirebon dimana Pemuda Tan Tay Kie pertama kali mengenal Dharma, mengenal
Empat Kesunyataan Mulia dan Ajaran Buddha lainya.
Suatu saat Vihara Dewi Welas Asih Cirebon
menerima kunjungan 17 orang Bhiksu dalam dan luar negeri antara lain dari
Kamboja, Laos dan Bangkok. Kunjungan ke tujuh belas Bhiksu dalam rangka ceramah
dan mewisudi para Upasaka dan Upasika, rombongan tersebut dipimpin oleh
Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita, seperti biasa umat Buddha memberikan
persembahan makanan, sebagai muda-mudi Vihara, Tan Tay Kie ikut melayani,
setelah selesai makan dan tengah menikmati hidangan penutup berupa Ice Cream,
mata Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita selintas bertatapan dengan mata Tan Tay Kie
yang tengah berbisik dalam hati, kalau ice cream-nya Maha Bhiksu Ashin
Jinarakkhita tidak habis, Cup buat saya (Cup dalam bahasa Cirebon adalah mengeklaim
sesuatu, agar tidak “direbut” oleh orang lain) siapa tahu bisa berkesempatan
menjadi Anggota Sangha, dan entah sengaja atau tidak Maha Bhiksu Ashin
Jinarakkhita tidak menghabiskan ice cream tersebut, tapi disisakan, tentu saja
langsung diambil oleh Tan Tay Kie, mungkin itu merupakan buah dari karma baik
sebagai petunjuk yang menyebabkan beliau kelak menjadi seorang Anggota Sangha.
Aktivis di
organisasi kepemudaan Buddhis
Tan Tay Kie termasuk pemuda yang aktif di
Vihara, beliau pernah menjabat sebagai ketua paduan suara di Vihara Dewi Welas
Asih Cirebon, Bendahara II GPBI Cirebon ( Generasi Pemuda Buddhis Indonesia ),
dan pernah menjabat sebagai Komisaris I GPBI Cirebon. Disaat menjadi aktivis
beliau bersama rekan-rekan beliau lainnya juga turut membantu perkembangan
Agama Buddha di Cirebon dan sekitarnya, beliau sering melakukan kunjungan dan
menjadi Dharmaduta untuk mengajarkan Paritta kepada para umat di
Vihara-vihara yang berada di Losari, Kadipaten, Jatiwangi, Tegal, Gebang dan
Ciledug.
Mengingat keterbatasan fasilitas transportasi
dan biaya pada saat itu Tan Tay Kie bersama-sama aktivis lainnya melakukan
kunjungan dan pembinaan ke daerah-daerah menggunakan sepeda. Pagi-pagi sekitar
pukul 06.00 beliau dan rekan-rekan berangkat dari Cirebon menggunakan sepeda
dengan waktu tempuh sekitar 3-5 jam untuk menuju Vihara-vihara di daerah,
ataupun apabila daerahnya cukup dekat maka pada Minggu pagi beliau melakukan
kebaktian di Vihara Dewi Welas Asih kemudian pada pukul 11.00 WIB beliau
berangkat ke Vihara-vihara yang dekat lainnya untuk mengajarkan Dhamma dan baca
Paritta.
Melangkah
menuju Sangha
Pada tahun 1967, di Vihara Dewi Welas Asih
Cirebon, Tan Tay Kie diwisudi Tisarana oleh Bhikkhu Jinagiri dengan nama Viria
Bala.
Tahun 1970, di tempat yang sama, Tan Tay Kie
diwisudi Upasaka oleh Bhikkhu Jinawamsa ( saat ini dikenal dengan nama Romo
Michael ) dengan nama Tanuki Jaya.
Tahun 1971, di Vihara Vimala Dharma Bandung,
Tan Tay Kie mengikuti Pabaja Samanera dan ditabiskan oleh YA. Bhikkhu Ugadhammo
dengan nama Jayadhammo. Pada saat menjadi samanera ini ada pengalaman yang
berkesan sampai saat ini, yaitu Samanera Jayadhammo diajak oleh Maha Bhiksu
Ashin Jinarakkhita untuk melakukan kunjungan ke daerah-daerah untuk membabarkan
Dhamma, pada saat itu Samanera Jayadhammo bersama dengan Maha Bhiksu Ashin
Jinarakkhita melakukan perjalanan ke Medan dan untuk pertama kalinya Samanera
Jayadhammo naik pesawat terbang, ada rasa takut dan rasa bersyukur saat
itu.
Kemudian perjalanan menuju ke Manado dan
dilanjutkan ke Gorontalo dengan menggunakan pesawat capung. Disaat perjalanan
menuju Gorontalo dengan pesawat capung inilah Samanera Jayadhammo merasa
gemetar kembali karena penerbangan dengan menggunakan pesawat capung,
pesawat terbang tidak stabil (naik turun), di saat itu Maha Bhiksu Ashin
Jinarakkhita menepuk punggung Samanera Jayadhammo sehingga tubuh Samanera
Jayadhammo tidak gemetaran lagi dan nyaman diatas pesawat.
Tiga Bulan setelah menjadi Samanera, Samanera
Jayadhammo di Upasampada menjadi seorang Bhikkhu, namun sebelum di Upasampada
Samanera Jayadhammo ada sedikit keraguan dihatinya apakah sudah siap, maka
diundur dua bulan, setelah dua bulan berlalu, masih ada keraguan juga
dihatinya, atas pertanyaan Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita, ia mohon diijikan
sio-pwe dialtar Kwam Im, Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita hanya tersenyum dan
mengikuti kemauannya dan hasilnya setelah tiga kali sio-pwe Samanera Jayadhammo
mantap dengan keputusannya untuk menjadi Bhikkhu. Guru Beliau YA. Bhikkhu
Ugadhammo memberikan nama Sasanarakkhita kepada beliau.
Beliaupun menerima kehidupan ini secara apa
adanya, dalam kunjungannya ke daerah-daerah, beliau kadang-kadang mendapatkan
persembahan makanan dari umat berupa singkong, ubi bahkan sepiring jagung untuk
bertujuh, ya tidak apa-apa karena pada saat itu situasi ekonomi sedang kurang
baik atau memang karmanya harus begitu.
Di Cetya Maha
Bodhi, dimasa sulit sebelum Vihara Sakyawanaram selesai dibangun, beliau pernah
memadamkan lilin altar seusai kebaktian agar bisa bertahan sampai dua atau tiga
hari, karena waktu itu, masih belum banyak umat yang datang memberikan
persembahan kepada Vihara.
Namun kondisi seperti itu tidak menggoyangkan
tekad dan pengabdian beliau kepada Sangha, melainkan memberikan semangat kepada
beliau sampai saat ini untuk terus menjadi anggota Sangha.
Membangun
Vihara Sakyawanaram
Atas arahan dari Maha Bhiksu Ashin
Jinarakkhita, maka YM. Bhikkhu Sasanarakkhita diminta untuk memimpin
pembangunan Vihara Sakyawanaram, dengan dana yang sangat terbatas namun dengan
kerja keras dan kegigihan dari YM. Bhikkhu Sasanarakkhita dengan dibantu oleh
Maha Bhiksu Ashin Jinarakkhita maka pembangunan tahap awal Vihara Sakyawanaram
selesai dibangun.
Pada hari Minggu Wage tanggal 7 Oktober tahun
1973 pukul 17.00 WIB diadakan peresmian Vihara Sakyawanaram. Peresmian Vihara
Sakyawanaram dilakukan antara lain oleh Mayjend Soedjono Hoemardani (Asisten
Pribadi Presiden R.I ke 2 Bapak Soeharto) serta dihadiri oleh Brigjen M.S.
Soemantri (Wakil kepala Staf Angkatan Darat, serta pernah menjabat sebagai
Ketua Perbudhi cabang Jakarta)
Vihara
Sakyawanaram pun saat ini telah mengalami pembangunan dan renovasi dibeberapa
bangunannya. Di Vihara ini pula banyak sekali catatan sejarah mengenai
Perkembangan Agama Buddha di Indonesia. Untuk itulah YM. Mahasthavira
Sasanarakkhita menjaga dan memelihara Vihara Sakyawanaram sampai saat ini dan
menjadi Kepala Vihara Sakyawanaram.
Dukungannya
terhadap generasi Muda
YM. Mahasthavira Sasanarakkhita juga turut
mendukung untuk memajukan generasi muda Buddhis yang kelak akan membantu dan
meneruskan perjuangan beliau. Selain banyak membantu dalam kegiatan yang
diadakan oleh Sekber PMVBI / Pemuda Buddhayana, beliau juga banyak membantu
anak-anak yang berprestasi dan kurang mampu secara ekonomi untuk diberikan
beasiswa mulai dari sekolah menengah pertama bahkan sampai di perguruan tinggi.
Suryanto, S.T
Sumber: http://hartoas68.blogspot.co.id/2014/12/guru-dhamma.html
Label:
tokoh Buddhis
Langganan:
Postingan (Atom)