Tradisi

Therawada (150) Mahayana (24) Vajrayana (9) zen (6)

Selasa, 16 Agustus 2016

MEDITASI PERNAPASAN




 


MEDITASI PERNAFASAN
 
Oleh : Upasaka Dhyanasukha

PENDAHULUAN


Banyak diantara kita yag telah mendengar mengenai meditasi, ada yang telah memahami dan melatihnya dengan tekun, ada yang baru mencoba untuk berlatih dan ada pula yang baru sekedar mendengar dan mulai tertarik untuk mengetahui lebih lanjut. Isi buku yang sederhana ini tidak saja berguna bagi mereka yang sekedar ingin mengetahui tetapi justru terutama sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin berlatih meditasi dengan sungguh-sungguh.

Dalam jaman modern sekarang ini, yagn diwarnai dengan tingkat aktivitas yagn tinggi, selalu serba cepat, serba banyak, serba lebih dari yang lain ternyata mempunyai dampak yang kurang baikbagi keadaan batin dan ketenangan hidup kita. Sehingga banyak diantara kita yang hidup dalam keadaan tegang, penuh khawatir, tidak bisa tidur dan mengakibatkan berbagai penyakit seperti sakit lambung, tekanan darah tinggi, sakit jantung, dan lainnya.

Meditasi, sebagai suatu seni untuk menentramkan batin merupakan suatu ilmu yag sudah kuno, yagn berakar lebih dari 3000 tahun yagn silam pada peradaban awal di lembah sungai Indus, yang sekarang dikenal sebagai India. Walaupun kuni, ternayata meditasi merupakan suatu alternatif yang jauh lebih baik bila dibandingkan dengan berbagai macam obat penenang, dan obat tidur yang umunya mengakibatkan ketergantungan atau kecantduan yang parah.

Bahkan lebih daripada itu, meditasi yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan membuat si pelaksana hidup lebih wajar, lebih tenteram, dan lebih gembira. Ia akan memiliki sikap hidup yang pisitif, lebih toleran, lebih tangguh, dan lebih tabah.

Berbeda dengan berlatih olahraga, latihan meditasi tidakmempunyai suatu target yang harus dicapai, tetapi memerlukan ketekunan yagn luar biasa.


PERSIAPAN

Sebelum mulai berlatih, alangkah baiknya bila kita memahami serba sedikit teori dasar bermeditasi.

Berlatih meditasi tidaklah sama dengan olahraga, yang biasannya bertujuan mencapai prestasi tertentu. Di dalam melaksanakan latiha meditasi, tidak ada prestasi yang harus dikejar, tidak ada orang lain yang harus dilampaui pencapaiannya, karena tujuan meditasi adalah mengendalikan pikiran kita sendiri, dengan mengendalikan pikiran kita sendiri maka kita akan menikmati ketenangan yang dalam; kita tidak lagi dikacaukan oleh pikiran yang memang bersifat selalu berubah-ubah setiap saat.

Perlu pula kita pahami, berlatih meditasi pernapasan bukannya hendak mengatur panjang-pendeknya napas, bahkan semua napas harus sewajarnya. Tidak ada usaha untuk menarik napas sepanjang mungkin, atau usaha menahan napas selama mungkin. Semua napas harus sewajarnya dan alamiah, bila napas itu pendek, ya bernapas pendek; bila bernapas panjang dan halus dikenali pula bahwa kita bernapas panjang dan halus.

Dan bila berlatih dengan tekun, lama kelamaan secara otomatis napas kita akan panjang dan halus, tanpa suatu usaha apapun dan hal ini terjadi alamiah.

Makanan

Haruskah kita berpantang makan daging atau vegetarian bilaingin berlatih meditasi? Pertanyaan seperti inipun sering sekali diajukan, jawabannya adalah bahwa tidak ada keharusan untuk tidak makan daging. Tetapi seperti kita ketahui bersama, pada saat menjelang ajal, makhluk apapun selalu meronta-ronta ingin mempertahankan kehidupannya masing-masing yang sangat berharga itu, dan perasaan takut, gelisah serta ngeri menjelang disembelih ini, masih akan terbawa pada daging yang kita makan dan aklan menimbulkan kegelisahan dan perasaan yang sama pula dalam diri kita. Oleh karena itu, terutama bagi pemila, dianjurkan untuk berpantang makan daging yang akan memudahkan mereka untuk menjadi tenang dalam berlatih meditasi. Hal inipun sejalan dengan berpantang makan daging menjadi lebih tenang dan lebih sabar daripada sebelumnya.

Waktu untuk berlatih

Setiap orang mempunyai pola hidup dan aktivitas sehari-hari yang berbeda-beda, ada yang baru sempat meluangkan waktu setelah jam 4 sore, ada yang justru di pagi hari ia berada pada kondisi yagn sebaik-baiknya untuk berlatih meditasi. Oleh karena itu pada dasarnya tidak ada waktu tertentu yang terbaik untuk berlatih meditasi. Walaupun umumnya dianjurkan untuk berlatih pada pagi hari antara pukul 4.00 sampai 6.00 dan petang hari antara 5.00 sampai 7.00, tetai waktu yang berbaik bagi anda, tergantung pada anda sendiri dan itu tidak perlu sama dengan orang lain. Sebagai suatu patokan yang sederhana, waktu yang terbaik bagi anda adalah bila pada waktu-waktu tersebut anda lebih mudah memusatkan pikiran dibandingkan dengan waktu lainnya, maka itulah waktu terbaik bagi anda. Adapun alasan yang menyatakan bahwa umumnya pagi hari pukul 4.00 adalah waktu yang terbaik untuk berlatih, tidak lain karena pada saat itu masih belum banyak kegiatan yang dilakukan, suasana di sekeliling kita masih sunyi senyap, karena itu akan lebih mudah untuk memusatkan perhatian.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah agar berlatih dalam keadaan perut kita tidak terlalu kosong atau lapar, dan juga tidak terlalu kenyang. Bila kita ingin berlatih setelah selesai bersantap, sebaiknya satu jam setelah bersantap untuk memberi kesempatan lambung kita bekerja dengan sempurna melumatkan makanan yagn telah kita telan.

Kapanpun waktu yang kita pilih, ada hal yang harus kita lakukan dalam usaha membina disiplin, yaitu kita harus berusaha agar secara teratur kita berlatih pada waktu yang telah kita pilih. Dengan disiplin yang seperti ini, lambat laun daur biologik dalam tubuh dan batin kita akan menjadi serasi, sehingga pada jam-jam tersebut otomatis seluruh batin dan jasmani bresiap-siap untuk berlatih meditasi.

Mandi

Dianjurkan untuk mandi terlebih dahulu sebelum berlatih, agar tubuh kitamenjadi bersih dan segar serta tidak mengantuk. Dan jangan luopa, perasaan bahwa badan kita bersih dan segar akan lebih membantu kita memusatkan perhatian dibandingkan bila kita merasa tubuh kita lengket, berminyak, berkeringat, kotor atau bau.

Pakaian

Pakaian yang dikenakan sebaiknya yang cukup longgar sehingga bila anda duduk untuk waktu yang cukup lama tidak ada bagian-bagian tubuh yang tertarik kencang dan menyebabkan kesemutan. Bagi yang tinggal ditempat yang dingin, tentu perlu mengenakan pakaian yang cukup tebal untuk menahan suhu undara yang dingin.

Tempat berlatih

Berlatih meditasi, memerlukan suasana sekeliling yang tenang terutama bagi para pemula. tempat yang tenang itu bisa berupa suatu kamar yang tersendiri, di kebun, di taman, di rumah ibadah pada saat-saat sepi, ataupun di ruang kerja anda sendiri, yang penting adalah kita dapat berada di situ tanpa gangguan dari siapapun untuk waktu yang cukup lama.


MULAI BERLATIH


Sikap duduk

Sikap duduk kita pada waktu berlatih, harus tegal tetapi santai, tidak kaku atau tegang. Salah satu sikap duduk yang dapat membantu berlatih dalam waktu yang cukup lama adalah sikap bunga teratai atau padmasana, yaitu kedua kaki disilangkan satu sama lain. Bagi yang sudah terlatih, sikap ini sangat enak, karena akan membantunya untuk berada dalam posisi tegak dan seimbang untuk waktu yang cukup lama. Sedangkan yang baru permulaanberlatih, bila belum bisa, dapat menggunakan sikap duduk setengah padmasana,yaitu satu kaki disilangkan dibawah yang lain.

Mengendurkan ketegangan

Setelah memiliki sikap duduk yang enak, secara mental kita mencoba mengurutkan dari atas atau ubun-ubun kepala terus ke bawan sampai ke ujung kaki, untuk melemaskan ketegangan otot-otot yang ada, misalnya pada otot-otot kening bila kita terlalu tegang atau kaku menutupkanmata, ini harus dikendurkan, dibuat santai, begitu pula, otot mulut yang terkatup harus tidak kaku, terus perlahan-lahan ke bawah semua otot yagnkaku atau tegang dikendurkan. Bila napas terasa tertahan, tariklah napas dalam-dalam dan hembuskan napas perlahan-lahan sampai habis, dan kita akan merasa lebih santai dan kendur. Usaha mengendurkan ketegangan ini dapat dilakukan beberapa kali, dan merupakan suatu usaha pertama dalam meditasi , yaitu pengalihan perhatian kita yang biasannya tertuju keluarjasmani kita menjadi kepada jasmani kita sendiri. Bila sebelumnya kita tidak menyadari ketegangan yang ada pada otot-otot kita, maka dengan latihan mengendurkan ini, kita akan menyadari sepenuhnya betapa berat kerja otot-otot kita yang diberi tegangan tanpa kita sadari.

Bernapas dengan wajar

Dalam berlatih apakah kita perlu menarik napas panjang-panjang?

Perlu diingat pula disini, bahwa berlatih meditasi pernapasan bukanlah bertujuan untuk mengatur napas kita menjadi lebih panjang ataupun menahan napas kita selama mungkin untuk memperoleh kekuatan. Semua usaha untuk mengatur napas itu sebetulnya tidaklah membantu kita untuk mencapai ketenangan yang sesungguhnya; oleh karena itu bila berlatih, napas tidak perlu diatur-atur, tetapi sebaliknya bernapas dengan wajarsaja secara alami, dan tubuh kitapun mempunyai mekanisme yang akan membuat napas itu akan menjadi teratur dan panjang dengan sendirinya tanpa campur tangan kita.

Tahap pertama : Menghitung Napas

Menghitung napas ditujuan kepada mereka yang baru pertama kali berlatih meditasi, tujuannya adalah mengikat pikiran kita yang biasannya berkenala kian kemari kepada hitungan napas kita.

Dalam bermeditasi, kita bernapas melalui hidung. Dengan memperhatikan sentuhan napas di ujung hidung, kita mulai menghitung. Setiap kali napas masuk, dihitung, “satu”, napas masuk berikutnya, “dua”, dan seterusnya sampai “sepuluh”. Setelah itu kembalu mulai dari “satu”.

Mengapa tidak diteruskan perhitungannya itu sampai ke seratus atau ke seribu? Karena, tujuan kita bukanlah menghitung berapa kali kita bernapas, tetapi mengalihkan pikiran dan perhatian kita kepada satu objek yaitu napas. Perhitungan hanyalah merupakan saran agar perhatian dan pikiran kita yagn selalu ingin berkelana kemana-mana menjadi terpusat pada satu objek.

Sampai berapa lama latihan menghitung napas ini dilakukan? Seperti disebutkan diatas, menghitung merupakan sarana bagi pemusatan pikiran. Maka bila pikiran sudah dapat terpusat pada napas, kita dapat beralih ke latihan berikutnya yaitu pada latihan “mengikuti napas”.

Tahap kedua : Mengikuti napas.

Bagi mereka yang telah sering berlatih, maka latihan menghitung napas dapat dilompati, langsung melatih mengikuti napas; tetapi bila mengalami kesulitan dapat kembali berlatih menghitung napas, sebagai usaha awal untuk tahap-tahap berikutnya.

“Mengikuti napas” maksudnya adalah kita mengikuti napas dengan penuh perhatian. Hal ini diterangkan sebagai berikut: “Ketika si meditator menarik napas panjang, ia mengetahui bahwa ia menarik napas panjang; ketika ia menarik panjang pendek. Ia mengetahui bahwa ia menarik panjang pendek; ketika ia menghembuskan napas panjang, ia mengetahui bawah ia mengehmbuskan napas panjang; ketika ia menghembuskan napas pendek, ia mengetahui bahwa ia menghembuskan napas pendek.”

“Mengikut napas” berarti memperhatikan pada saat napas itu m,ulai menyentuk ujung hidupng, kemudian terus sampai pada ujing akhir dari proses menarik napas, pasa saat itu harus dikenali bahwa napas yang masuk itu berangusr-anguser menjadi berhenti. Dan kemudian dimulai proses mengeluarkan napas yang ebrangus-angsur makin perlahan kemudian berhenti untuk memulai menarik napas.

Perlu diingat, ada pengertian yang keliru mengentai istilah “mengikuti” napas, ada yang beranggapan “mengikuti napas” berarti mengikuti napas dari ujung hidung sampai ke rongga dada ataupun sampai ke perut. Ini adalah pengertian yang keliru. Dengan latihan seperti ini maka akan sulit melangkah ke tahap berikutnya yaitu “memperhatikan sentuhan napas”.

Untuk lebih menjelaskan latihan “mengikuti napas”, ada sebuah perumpamaan, yaitu perumpamaan gergaji. Bila kita mengergaji sepotong kayu, balok misalnya, maka sambil menggerakkan gergaji maju mundur untuk memotong, perhatian kita dipusatkan pada titik sentuhan mata-gergaji dengan balok yang akan kita potong. Kita tidak memperhatikan mata-gergaji yagn telah menyentuh dan bergerak menjauhi titik sentuhan itu, dan kitapun tidak memperhatikan mata gergaji yang belum mengenai titik sentuh itu; perumpamaan dari napas yang masuk dan napas yang keluar sedangkan ujung hidung diumpamakan sebagai titik sentuh antara mata gergaji denga balok.

Setelah berlatih “mengikuti napas” dengan tekun, maka bla kita dapat memusatkan perhatian kita sepenuhnya pada napas akan timbul ketenangan yang belum pernah kita alami sebelumnya di sertaikegembiraan. Dan karena pikiran kita tidak berkeliaran kemana-mana maka jasmani kitapun mulai menjadi tenang, selaras dan terasa menyeanngkan. Napas kita masin lama makin halus dan panjang, dan sebagai hasilnya kita merasa menjadi lebih tenang, perasaan letihpun lenyap; bahkan sebaliknya jasmnai kita terasa segar menyenangkan.

Berapa lama kita berlatih “mengikuti napas?” Latihan ini diteruksan sampai pada suatu saat, karena ketenangan batin, napas kita makin halus sampai seolah-olah napas itu lenyap. Keadaan ini bisa berlansung beberapa menit lamannya. Dan itulah saat peralihan ke latihan berikutnya yaitu berlatih “memperhatikan sentuhan napas”.

Tahap ketiga: Memperhatikan sentuhan napas.

Karena napas yang makin lama makin tenang dan makin halus sehingga tidak terasa lagi, pada beberapa orang yang mengalami hal ini akan terkejut, karena mengirai bahwa dirinyatidak bernapas lagi, etapi sebenarnya tidak demikian. Sesungguhnya napas itu masih tetap ada, tetapi karena sedemikian halusnya, maka seolah-olah telah lenyap.

Ada sebuah perumpamaan yang berkenaan dengan hal ini, yaitu mengenai perumpamaan petani dengan lembunya, sebagai berikut:

“Seorang petani yagn sudah kelelahan membajak sawahnya, beristirahat melepaskan lelah dibawa pohon yag rindang, kerbainya dibiarkan merumput di dekatnya. Karena terlalu lelah, ia dengan segera tertidur dengan nyenyak. Menjel;ang sore hari ia terbangun dan tidak melihat kerbaunya; ia melihat disekelilingnya dan kerbaunya tetap tidak terlihat; maka ia lalu bangkit dan pergi ke tepi sungai tempat ia biasa memberi minujm dan memandikan kerbaunya. Dan disana petani itu mendapatkan kerbaunya sedang minum.”

Yang diumpamakan dengan kerbau ialah napas kita, yang akan selalu dijumpai di tempatnya, yaitu di ujung hidung.

Dengan menyadari bahwa napas akan selalu ada sepanjang kehidupan kita, hanya sekarang sangat halus sehingga tidak terasa, maka kita harus kembali memusatkan perhatian kita pada ujing hidung, dan dengan seksama memperhatikan sentuhan napas yang mulai terasa lagi. Betapapun halusnya napas itu, tetap akan terasa di ujung hidung. Jika masih belum terasa, berarti perhatian dan pemusatan pikiran yang diberikan masih kurang kuat.

Dengan usaha ini, kita akan tetap sadar pada sentuhan napas pada ujing hidung, tanpa kehilangan jejak.

Jika pada tahap sebelumnya kita sering tidak tahu salah satu tahap dari pernapasan secara jelas, misalnya hnya tahu tahap pertengahan dan tahap akhir proses pernapasan, maka pada saat ini perlu dikembangkan agar keseluruhan proses pernapasan itu diketahui dengan memberikan perhatian yang sama banyaknya pada setiap tahap.

Dengan latihan yang tekun kitaakan mengetahui secara detail setiap tahap dari proses napas dengan jelas.

Tahap Keempat: Menenangkan Napas

Tahap berikutnya adalah menenangkan napas. Dengan melanjutkan perhatian pada keseluruhan ‘tubuh’ napas (awal, perntengahan, dan akhir dari proses menarik dan mengeluarkan napas) tanpa terputus-putus, akan nyata bagi kita bahwa proses napas itu bergetar atau bergelombang dengan kasar dan demikian pula proses mental yang mengikuti juga menjadi bergetar dan bergelombang sesuai dengan napas untuk berusaha agar pernapasan dan proses mental yang mengikuti menjadi lebih tenang. Karena itu tahap ini disebut sebagai Menenangkan Napas.

Dengan memperhatikan faktor-faktor bati yang menyertai perhatian kita pada sentuhan di ujung hidung, kita mengehtaui ada perasaan tenang yang menyertai perhatian kita, Ketenangan ini dikembangkan dengan tetap mempertahankan perhatian pada sentuhan napas di ujin ghidung. Dengan tekun usaha ini dilanjutkan sehingga lama kelamaan napas kitapun menjadi halus serta rata; dan demikian pula batin kita menjadi makin tenang, sedangkan perhatian pada sentuhan napas di ujing hidung terus berkesinambungan tidak terputus-putus. Usaha yang kita lakukan ini disebut sebagai “Menenangkan Napas”

Dalam perkembangannya, dengan berlanjutnya usaha menenangkan napas, akan terasa seolah-olah ada ketenangan dengan jelas sampai pada detail-detail proses pernapasan.

Pada tahap ini, akan muncul “tanda” atau gambaran batin yang menunjukkan bahwa telah berhasil mencapai konsentrasi. Tanda-tanda itu berbeda antara satu orang dengan yang lain, misalnya ada yang merasa bahwa ujung hidngnya seperti dogosok dengan kapas atau sutera yang sangat lembut. Ada pula yang mengalami seolah-olah ada cahaya yang sangat terang bendengaram menyilaukan bagai matahari; melihat cahaya warna-warni yang indah. Meskipun demikian, perhatian terhadap ujung hidung tempat sentuhan napas masih tetap kuat dan mantap tidak teralihkan. Munculnya berbagai tanda atau gambaran batin itu merupakan tercapainya tahap awal-samadhi (upacara-samdhi).



MENCAPAI KETENANGAN SAMADHI

Dengan melanjutkan latihan menenangkan napas, maka lambat laun akan dapat mencapai ketenangan samadhi sepeunuhnya yang diawali dengan tercapainya keadaan batin yagn dikenal sebagai Dhyana pertama dan seterusnya sampai Dhyana keempat.

Biasannya tahap ini sulit dicapai karena umumnya orang sangat bangga setelah mencapai tahap awal-samadhi, seperti melihat cahaya terang dan berbagai gambaran batin yang lain. Dan pada saat ini, kecerdasan seolah-olah berlipat ganda, banyak masalah yang sebelumnya tidak dapat dipikirkan jalan keluarnya, sekarang tampak mudah. Ia akan memiliki keyakinan yang meluap-luap, ingin menceritakan pengalaman-pengalamannya kepada orang lain, dan man rajing menganjurkan teman-temannya untuk berlatih meditasi. Tetapi ini semua sesungguhnya merupakan jebakan bagi para pelaksana meditasi, karena akan mengikatnya untuk tidak melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu samadhi sepenuhnya atau Dhyana.

Untuk melepaskan diri dari perangkap itu, maka kita harus memahami bahwa smeua gambaran batin itu bukanlah keadaan samadhi yang sesungguhnya, baru pada tahap awal. Dengan tidak menghiraukan berbagai tanda atau gambaran batin, perhatian diarahkan kembali pada sentuhan napas yang ujung hidung sambil mengembangkan ketenangan yagn telah diperolehnya; dan disertai dengan ketekunan maka akhirnya akan mencapai ketenangan samadhi yagn sesungguhnya, yaitu Dhyana Pertama.

Bagi meditator yang untuk pertama kalinya mencicipi ketenangan dalam Dhyana Pertama, maka akan sangat meresap dalam batin sanubari mereka, ketenangan dan kedamaian yang belum prenah dirasakan sebelumnya serta tak akan telupakan, dan ketenangan ini masih akan tersisa beberapa saat atau bahkan beberapa hari sesudahnya.

MANFAAT DARI LATIHAN MEDITASI PERNAPASAN

Sesungguhnya banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari latihan meditasi pernapasan yang dilakukan dengan tekun. Berikut ini akan diberikan beberapa manfaat dari latihan meditasi ini, yaitu:

1. Memudahkan berkonsentrasi.

Seperti telah dijelaskan di bagian depan, pada tahap awal kita berlatih, selalu terjadi pikiran kita melantur ke mana-mana, dan untuk menjinakkannya, pikiran yang melantur itu disadari diberi komentar ‘pikiran melantur’, ‘melantur;; dan kemudian setelah itu kita pusatkan kembali pada objek semula misalnya menghitung, atau memperhatikan sentuhan. Hal ini terhadi berulang-ulang tak terhitung banyaknya usaha kita untuk mengembalikan pikiran pada objek konsentrasi, sehingga lama kelamaan usaha itu terjadi secara otomatis. Tentunya dalam kegiatan kita sehari-haripun akan terjadi hal yangsama, misalnya bagi pelajar dan mahasiswa yang sedang belajar, bila pikiran itu terbang dari buku pelajaran yang sedang dihadapi, akan dapat segera dikenali dan kemudian dibawa kembali pada objek semula, yaitu buku pelajaran. Demikian pula pada setiap orang yang bekerja ataupun pada ibu-ibu rumah tangga bagi merekapun akan mudah untuk memusatkan pikiran; sehingga tidaklah terjadi kaki ternatuk batu, batu yang disalahkan, padahal sebabnya adalah pikiran kita tidak dipusatkan pada langkah kaki.

2. Memberikan ketenangan.

Dalam abad modern yang sangat maju ini, semua orang menjadi berlomba-lomba untuk maju yang diukur dari prestasi mencapai harta dan kedudukan semaksimal mungkin, sehingga semua orang menjadi tergesa-gesa, gelisah, cemas, dan khawatir. Maka dalam dunia yang serba berpacu seperti ini latihan meditaqsi akan memberikan ketenangan yang sudah menjadi komoditi langka terutama di kota-kota besar.

3. Lebih mengenal diri kita sendiri dan sesama kita.

Jika kita belajar sesuatu, umumnya kita mengarahkan perhatian kita keluar dari diri kita, maka latihan pernapasan ini sungguhnya mengarahkan perhatian kita ke dalam diri kita sendiri sehingga kita akan lebih mengenal diri kita sendiri, baik kelebihan maupun kekurangannya. Dengan mengenal proses mental yang ada dalam diri sendiri, maka kitapun akan lebih memahami sesama kita, akan menjadi lebih toleran dan tidak cepat tersinggung.

4. Lebih mudah mengendalikan emosi atau kemarahan.

Setiap kali kita berlatih, kita selalu berusaha mengenali proses mental yang muncul yang menggangu konsentrasi kita, seperti perasaan gelisah, cemas, marah, senang, gembira, tanang dan lain lainnya. Latihan yang terus-menerus akan membawa kita pada kebiasaan yang baik, yaitu selalu mengenal bentuk emosi/mental yang muncul, sehingga bila kita tersinggung ataupun marah karena ucapan seseorang, kemunculan marah itu dapat diketahui, dan dapat dilenyapkan dengan segera sebelum bermanifestasi menjadi ayunan tinju ataupun semburan kemarahan kepada lawan bicara kita.

5. Menjadi lebih sehat.

Seperti kita ketahui, sekarang banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh kegelisahan, kecemasan, ketakutan, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Misalnya penyakit darah tinggi, tukak lambung, sembelit, serangan jantung, sukar tidur, dan sebagainya. Dengan latihan meditasi, walaupun baru sedikit ketenangan yang kita peroleh, itupun cukup bermanfaat bagi jasmani kita yang sedang dilanda cemas, begitu pula bagi organ-organ tubuh kita yagn halus dapat bekerja dengan lebih tenang dan beristirahat dengan lebih baik; yang pada akhirnya akan menghasilkan kesehatan yang lebih baik bagi jasmani kita.

Dalam dasawarsa terakahir ini, telah banyak penelitian yang dilakukan di Amerika maupun di Jepang yang telah menunjukkan bukti bahwa bermeditasi sangat bermanfaat bagi batin dan jasmani orang yang melatihnya. Bukti yang diperoleh antara lain:


1. Membantu menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita
2. Aktivitas otqak kanan dan kiri menjadi lebih seimbang
3. Meditasi jauh lebih bermanfaat daripada tidur hipnotis
4. Pada ketenangan meditasi yagn mendalam. Aktivitas otak menjadi lambat, setara dengan yang dialami orang yang sedang tidur paling nyenyak.
5. Membantu proses penyembuhan pasien penaykit psikomatik
6. Memudahkan berkonsentrasi dalam kegiatan sehari-hari pada para meditator dan hal ini mempermudah mereka mengambil keputusan dalam pekerjaannya

Masih banyak lagi manfaat dari berlatih meditasi yang tidak (dapat) disebutkan disini (satu per satu).

MENGATASI KESULITAN PADA WAKTU BERLATIH

Seperti telah diungkapkan pada awal tulisan, meditasi adalah suatu usaha untuk menundukkan pikiran kita sendiri, dan usaha ini tidak dapt dilakukan dengan bantuan orang lain, hanya dapat dilakukan oleh kita sendiri. Oleh kraena iu pula, hanya kita sendiri yang dapat mengatasi tiap kesulitan yang dialami; sedangkan guru, buku petunjuk ataupun teman lebih yang mengerti hanya dapat membantu dalam bentuk petunjuk-petunjuk yang sepenuhnya tergantung pada kita sendiir untuk dipergunakan atau tidak.

Latihan meditasi memerlukan lebih banyak ketekunan dari pada berbagai latihan fisik aaupun upaya mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Kunci keberhasilan latihan meditasi adalah pada ketekunan dan keuletan dan inipun sepenuah tergantung pada kita sendiri.

Ada beberapa kesulitan yang umumnya dialami oleh para pemula antara lain:

1. Pikiran makin menjadi liar tidak terkendali.

Mengalami hal ini, umumnya kita menjadi takut, sehingga memutuskan untuk menyerah saja dan beranggapan kita tidak berbakat untuk meditasi. Kita perlu memahami bahwa sebenarnya pikiran kita memang liar, bila mulai berlatih dan tampak seolah-olah menjadi makin liar, itu disebabkan karena sebelumnya kita tidak pernah memperhatikn dan mengarahkan pikiran kiat pada suatu objek tertentu. Sehingga begitu kita muli memperhatikan gerak-gerik pikiran, maka kita mulai menyadari keliaran pikiarn kita sehingga seolah-olah menjadi makin liar. Lagipula sebelumnya pikiran kita bebas berkelana kian kemari dan pada waktu berlatih kita berusaha mengarahkannya kepada satu objek meditasi; yang artinya tidak lain dari mengekang pikiran kita sendiri. Hal ini dapat diibaratkan seperti seekor kuda liar, yang untuk pertama sekali diikat pada sebuah tonggak, ia akan berputar-putar dengan ganas, dan berusaha melepaskan diri dari ikatan.

Untuk mengatasi kesulitan ini, langkah yang dapat diambil adalah menyadari pikiran kita sendiri dengan memberikan komentar dalam batin seperti “pikiran kacau”, “pikiran melantur”, dan sambil komentar, pikiran yang sedang kacau, atau sedang melantur itu diperhatikan dengan seksama, pada saat pikiran melantur itu mulai melemah, saat iu pula kita kembalikan perhatian kita ke objek meditasi kita, yaitu sentuhan napas di ujung hidung.

Jadi, menundukkan pikiran bukanlah dengan kekerasan, tetapi dengan kelembutan, yaitu memperhatikan dulu pikiran kita, baru kemudian setelah agak melemah, kembali ke objek semula.

2. Merasa pusing pada saat membuka mata setelah berlatih

Pada beberapa pemula, mereka akan mengalami rasa pusing pada saat membuka mata seusai berlatih, sehingga mereka takut untuk berlatih seterusnya. Sebenarnya hal ini tidak apa-apa. Ketika kita berlatih dengan tekun, maka lama kelamaan pikiran kita menjadi tenang, ini berarti laju pemakaian oksigen, pembuluh-pembuluh darah menuju otak pun secara wajar menjadi menyempit, dan secara keseluruhan napas kita menyesuaikan diir pula menjadi dalam dan halus, sesuai dengan tingkat kebutuhan oksigen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara otomatis. Kemudian seusai berlatih, ketika kita membuka mata, otak kiat dalam sekejap sudah kembali aktif, sehingga kebutuhan oksigen meningkat dengan mendadak, tetapi karena pada saat itu pembuluh-pembuluh darah yang memasok oksigen ke otak msaih belum siap, masih menyempit, sehingga untuk beberapa saat terjadilah kekurangan oksigen yang mengakibatkan rasa pusing. Beberapa saat kemudian rasa pusing itu akan lenyap dengan sendirinya, kerana pembuluh darah telah menyesuaikan diri lagi untuk mensuplai darah sesuai dengan kebutuhannn. Dengan semakin sering berlatih, maka lama kelamaan otak kitapun menjadi terbiasa dengan suplai oksigen yang lebih sedikit dan pembuluh darah keotak juga makin biasa beradaptasi terhadap kebutuhan yang berubah-ubah, maka rasa pusing itupun tidak akan dialami lagi.

3. Merasa terapung-apung ataupun bergoyang tidak menentu

Perasaan ini timbuk karena perhatian yang kurang pada objek meditasi yaitu sentuhan napas di ujung hidung, sehingga pikiran kita mendapatkan kesempatan untuk berkelana kian kemari, dan hal ini menyebabkan kita merasa terapung-apung tidak menentu. Untuk mengatasi hal ini, kita harus kembali ke objek semula yaitu sentuhan napas di ujung hidung.

4. Sama sekali tidak dapat memusatkan pikiran.

Ada beberapa diantara kita yang merasa sangat sulit untuk mengendalikan pikiran, bahkan untuk menghitung napas sampai 10 saja tidak bisa. Dan bila telah berulang kali dicoba masih tetap gagal, maka mereka perlu meneliti kembali kegiatan mereka sehari-hari, yaitu Sila. Apakah mereka melanggar Pancasila dalam kehidupan sehari-hari! Pancasila disini adalah Upaya dan makan/minum yang memabukkan. Karena, seperti halnya suatu pohon yang besar memerlukan akar-akar yang kuat agar tidak tumbang, maka pohon meditasi memerlukan akar Sila yang kuat untuk dapat berkembang dan menjadi kokoh.

Dan pelaksanaan kelima sila ini perlu ditinjau dengan cermat bila pada tahap tertentu dalam latihan meditasi kita mengalami kesulitan untuk melangkah ke tahap berikutnya.

PENUTUP

Berlatih meditasi penapasan bertujuan memperoleh ketenangan dengan cara memusatkan perhatian pada sentuhan napas di ujung hidung. Sedangkan napas itu sendiri tidaklah diatur agar menjadi lebih panjang atau pendek, tetapi dibiarkan berlangsung secara alamiah dan wajar sehingga pengamatan pada proses napas juga dapat berlangsung secara wajar dan alamiah.

Walaupun metode meditasi ini telah berusia lebih dari 2500 tahun, namun manfaatnya bagi ketentraman batin umat manusia masih sangat besar; bahkan kemajuan teknologi yang telah dicapai sampai saat inipun belum dapat membuat kehidupan manusia menjadi lebih tentram, malahan sebaliknya, misalnya, teknologi nuklir lebih membuat gelisah dan cemas daripada membawa ketentraman.

Telah ditekankan dibagian awal tulisan ini, latihan meditasi jauh lebih banyak menuntut ketekunan bila dibandingkan dengan latihan yang lain. Oleh karena itu keberhasilan atau kegagalan dalam berlatih aklan lebih ditentukan oleh keuletan dan ketekunan kita. Tanpa keuletan dan ketekunan berbagai rintangan tidak akan dapat teratasi; tetapi nilai dari ketenangan yang diperoleh walaupun itu hanya berlansung hanya setengah menit saja, luar biasa nilainya bagi kesejahteraan dan kebahagiaan batin kita.

[Diterbitkan oleh Ayuta]

Minggu, 28 Februari 2016

Panti Asuhan Buddhis

Panti Asuhan berbasis Ajaran Buddha bersifat Universal
Panti Asuhan Buddhist


JAKARTA dan Sekitarnya

Ada dua orang yang tidak terbalas jasa-jasa nya siapakah mereka ? AYAH dan IBU-mu. Barang siapa dapat mendorong orangtua-Nya menjadi berkeyakinan, berkebajikan, murah hati, bijaksana, dengan berbuat begitu, orang ini telah membalas, bahkan ia telah berbuat lebih dari pada sekedar membalas jasa-jasa orangtua-NYA. ( Anguttara Nikaya 161 )

Pada kesempatan ini saya ingin mengajak para DERMAWAN yang bisa membatu para adik-adik kecil kita dengan sedikit memberikan uluran tangan nya. Berikut ini adalah Alamat panti Buddhis di Jakarta sbb :

Lembaga Penyantun Anak “Guna Nanda”
Panti Asuhan Guna Nanda
Di bawah binaan Pak Siwie Honoris dan Biksuni Gunasasana
Jl. Tambun Rengas RT 012/ 01, Cakung, Jakarta Timur 13910
Tel. (021) 4682 4251
Fax. (021) 4682 4249
Sekretariat:
Jl. Tiang Bendera I No. 65
Jakarta Barat 11230
Tel. (021) 690 8450
Fax. (021) 693 0708
Rek. Bank Buana Cab. Pusat: 01.62837 a/n Yayasan Maitri Sukha
Rek. BCA Cabang Sunter: 093.1051333 a/n Maitri Christine

Panti Asuhan Yatim Piatu Ananda Vira
Jl. Cabe Raya No. 64, Pondok Cabe
Jakarta Selatan
Tel. (021) 7470 3663, 7470 2263
BCA KCP Pondok Cabe : 880 0016861
a/n : Yayasan Ananda Vira

Vihara Dharmasurya
Asuhan: Biksu Nyana Wibowo
Villa Tomang Baru Blok N1 No. 48-49, Kotabumi
Tangerang
Tel. (021) 592 1901
Yayasan Dhamma Surya – No rek. BCA : 1080 45 65 88
Bikkhu Nyana Wibowo (HP : 08151631251 dan 08176936987)

Yayasan Dharma Pembangunan
Sekretariat :
Jl. Kerajinan Dalam No. 16
Jakarta Barat
Tel. (021) 634 1367

Demikianlah ulasan Nama dan Alamat Panti Asuhan Buddhis di Jakarta, kamu bisa menghubungi nomor telp diatas jika hendak menjadi donatur. Semoga artikel bermanfaat dan para Dermawan terketuk hatinya untuk selalu berbuat kebaikan Sabbē sattā bhavantu sukhitattā..!!



MEDAN dan Sekitarnya

Yayasan Nyana Samwara
Rumah Bodhi
Panti/ Asrama Anak Asuh Buddhis
Jl. Irian Barat No.59, Medan.


Telp. (061) 77557799

Kami hendak menginformasikan bahwa yayasan kami, Yayasan Nyana Samwara yang dibina oleh Yang Mulia Bhikkhu Jinadhammo Mahathera dan Yang Mulia Bhiksuni Khong Xin Sthavira juga membuka sebuah panti yang menampung anak yatim piatu  dan anak-anak dari keluarga kurang mampu agar dapat mengenyam pendidikan. Saat ini yayasan membina 9 anak dari berbagai daerah, seperti dari Aceh, Medan, Kota Bangun, maupun Jakarta.


Panti Asuhan Buddhist Metta Padma Medan. 

Jalan K.L Yos Sudarso Lingkungan XIV Cilincing Indah No. 29-30 Medan. 
Telepon : (061) 75098777. 

Panti Asuhan Metta Padma kini hanya mempunyai 10 anak asuh.


Minggu, 24 Januari 2016

Buddhadharma Mewujudkan Perdamaian


Buddhadharma Mewujudkan Perdamaian


Oleh:  Jo Priastana (Peneliti, Dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda dan Sekolah Tinggi Agama Buddha Sriwijaya)
Disampaikan dalam Sekolah Agama ICRP, Jakarta, Jum’at 31 Juli 2015

Upaya-upaya mewujudkan perdamaian perlu dilakukan dalam rangka menjauhkan penyelesaian masalah dari tindak kekerasan. Agama senantiasa mempelopori tindakan tanpa kekerasan dan membawa misi perdamaian bagi dunia.

Demikian pula dengan agama Buddha yang cinta damai dan menjauhkan tindakan kekerasan. Pendiri agama Buddha, Siddharta Gautama dalam sejarah hidupnya, sejak kanak-kanak telah menolak tindakan kekerasan dan memelopori pembelaaan bagi kehidupan agar segenap makhluk tidak dikenai kekerasn.

Dikisahkan. Pada suatu musim semi, Pangeran Siddharta ketika sedang memperhatikan seorang petani sedang meluku sawahnya menyaksikan seekor burung menukik meluncur turun kemudian mematuk seekor cacing kecil yang lemah dari gumpalan tanah. Setelah menyaksikan kejadian itu, Ia bertanya dalam hati: “Apakah semua makhluk, hidup saling membunuh antar sesamanya?”
Kisah angsa yang terpanah menceritakan bagaimana Siddharta memperjuangkan angsa yang terpanah untuk dapat dibebaskan dari klaim pemburu yang memanahnya. Siddharta memperjuangkan kehidupan angsa yang terpanah meski melalui perdebatan dan sidang para tetua masa itu yang meyakini kebenaran kepemilikan angsa berada pada sang pemburu. Siddharta melakukan pembelaaan dan memenangkan kehidupan sang Angsa.

Pertapa Siddharta dalam upaya mencapai kebuddhaannya pun menyadari bahwa tindakan kekerasan itu hanya mendatangkan kesia-siaan. Ia sempat melakukan asketisme ektrem, namun akhirnya menyadari bahwa tindakannya itu tidak akan menuntunnya menjadi Budsha.

Menolak Kekerasan

Selama 45 tahun, Buddha mengabarkan dharmanya demi mengatasi segenap makhluk yang dibelenggu penderitaan, beliau melakukannya dengan menunjukkan sikap tanpa kekersan dan menumnuhkan saling menghormati dan toleransi. Kepada Upali yang hendak menjadi pengikutnya Sang Buddha memintanya agar ia berpikir matang-matang, dan juga agar selalu tetap menghormati gurunya (M.I. 378-380).

Beliau sama sekali menolak tindakan pemaksaan dan tindakan kekerasan dan membangun budaya tanpa kekerasan di setiap pembabaran dharmanya. “Samana Gotama tidak merusak biji-bijian yang masih dapat tumbuh dan tidak mau merusak tumbuh-tumbuhan. Tidak membunuh makhluk. Samana Gotama menjauhkan diri dari membunuh makhluk. Ia telah membuang alat pemukul dan pedang. Ia tidak melakukan kekerasan karena cinta kasih, kasih sayang, dan kebaikan hatinya kepada semua makhluk”. (Brahmajala Sutta).

Seringkali tindak kekerasan itu terjadi berkaitan dengan kebencian yang dilandasi balas dendam. Tetapi tindakan balas dendam dengan tindakan kekerasan tidaklah selalu manis. Perwujudan rasa benci hanya menghadirkan kepahitan berkepanjangan. “Kebencian tak akan berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi kebendian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah satuhukum abadi”. (Dhammpada 5).

Dalam Buddhadharma diingatkan bahwa bukan dengan membalas dendam atau menaklukkan orang lain melalui kekerasan, kemenangan itu akan tercapai, melainkan dengan mengalahkan diri sendiri dalam menyucikan hati dan pikiran dari kebencian, dialah baru disebut penakluk sejati. “Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam seribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri” (Dhammapada 103). “Menaklukkan ribuan orang belum disebut sebagai pemenang. Tapi mampu mengalahkan diri sendiri itulah yang disebut penakluk gemilang.” (Dhammapada 104).

Sang Buddha menolak kekerasan karena kekerasan menjauhkan dari peningkatan kualitas kehidupan spitual manusia. Ajaran agama Buddha menekankan agar setiap manusia dapat memajukan kualitas kehidupan spiritualnya. Dan hal ini  berlaku juga dalam tataran kehidupan sosial dan politik.
Manusia hidup dan tumbuh dalam saling tergantung satu sama lain (hukum kesaling tergantungan pratitya samutpada), dan karenanya dalam tataran sosial-politis tingginya kualitas kehidupan antar Negara akan terlihat bilamana   tidak diberlakukannya kekerasan dalam menyelesaikan segala macam masalah atau konflik yang terjadi.

Buddha mengatakan, politik yang maju dan beradab adalah politik yang: “tanpa membunuh, tanpa melukai, tanpa menjajah, tanpa membuat sedih, dan mengikuti Dhamma atau ajaran kebenaran” (Samyutta Nikaya).

Dalam sejarah sosil politik semasa Sang Buddha, Sang Buddha  selalu tidak membenarkan terjadinya pemakaian kekerasan atau peperangan. Ketika Vidudhaba, putra Raja Pasenadi dari Kosala menyerbu Kapilavasthu dengan empat divisi prajurit, dan ketika ia akan melewati Sang Buddha yang sedang bermeditasi di bawah pohon yang sudah layu, Vidudhaba bertanya kepada Sang Putra Sakya itu:
“Mengapa anda duduk di bawah pohon yang sudah layu ini, sedangkan ada banyak pohon yang tumbuh penuh dengan dedaunan dan banyak cabangnya?” Sang Buddha menjawab: “Naungan rasa persaudaraan lebih mulia daripada naungan rasa permusuhan.”

Begitu pula dengan Ajatasattu. Ketika Raja Ajatasattu, putra Bimbisara dari  Magadha hendak menyerang Vajjis, negara tetangganya, ia meminta saran terlebih dahulu kepada Sang Buddha lewat pendeta Vassakara.

Kemudian Sang Buddha mengingatkannya untuk tidak mengobarkan peperangan, tidak mempergunakan kekerasan, melainkan sebaliknya menjalankan politik tanpa kekerasan yakni dengan menekankan untuk bermusyawarah dan mematuhi semua ketentuan perdamaian yang telah diberlakukan.  (Maha Paninibbana Sutta).

Pelopor Perdamaian

Aspek politik di dalam sejarah perkembangan Buddhadharma di Asia yang sangat fenomenal  diketemukan dalam  raja besar yang bernama Asoka (abad k3 SM). Raja ini menjalankan ajaran tanpa kekerasan dan memelopori perdamaian serta mengusahakan kehidupan rukun antar agama dengan mendirikan piagam toleransi yang bernama piagam Piyadassi.
Asoka (abad 3 SM) seorang penganut Buddha yang mempraktekkan Buddhadharma dan sekaligus mampu  menciptakan suatu negara yang makmur, memelopori sikap tanpa kekerasan serta toleransi kehidupan beragama. Sikap Raja Asoka ini mungkin bisa menjadi cermin atau teladan bagi para penguasa, pemimpin negara dewasa ini dalam menyelesaikan konflik.

Sepanjang abad Milenium ini kita mengenal tokoh-tokoh Engaged Buddhism yang mempromosikan keterlibatan Buddhadharma dalam dunia kontemporer jaman ini dengan berbagai problema sosial politiknya. Mereka semuanya mengetengahkan perjuangan tanpa kekerasan dan memelopori perdamaian.

Ada Thich Nhat Hanh dengan aksi  cinta-nya dalam perang Vietnam di tahun 1970-an, Dalai Lama yang tengah memperjuangkan otonomi Tibet dan kekayaan tradisi spiritual Tibet dengan tanpa kekerasan, dan juga Aung San Su Kyi  dengan kekuatan kesabaran dan perjuangan damainya dalam mewujudkan Myanmar yang demokratik.
Begitu pula dengan spirit toleransi yang diperlihatkan Buddhadhasa di Thailand, serta Ajahn Sulak Sivaraksa yang pro-demokrasi. Ada  Maha Ghosananda di Kamboja, dan Ambedkar yang memperjuangkan penghapusan diskriminasi atas kaum Dallit di India.

Banyak tokoh Buddhis terkemuka lainnya yang merupakan Bodhisattva jaman kini yang mampu menterjemahkan Buddhisme secara kontekstual, adaptif, humanistik serta menyatakan keterlibatan cinta kasihnya dalam lapangan social-politik sebagaimana yang menjadi hakikat dan jiwa Buddhadharma.

Dekade Perdamaian

Baik pula bila kita ingan pesan yang tertuang dalam deklarasi pertemuan 22 orang Guru Buddhis Barat dengan Dalai Lama di bulan Maret 1993 (Ken Jones: 1999), dengan alinea pertama proklamasinya berbunyi:

“1. Tanggung Jawab Kita pertama sebagai Buddhis adalah bekerja menciptakan sebuah bentuk kehidupan yang lebih baik di muka bumi.
2. Mempromosikan Buddhadharma sebagai sebuah agama yang memiliki keterlibatan terhadap toleransi maupun hormat kepada agama lain.
3. Setiap aksi memperjuangkan keterlibatan tersebut hendaknya dipimpin oleh prinsip kebaikan dan kasih sayang, serta perdamaian dan harmoni.”

Perjuangan mewujudkan pedamaian dan kehidupan  dengan tanpa kekerasan dan anti kekerasan itu merupakan ciri khas dari keterlibatan Buddhadharma yang telah diawali Sang Buddha, Raja Asoka maupun sejumlah Bodhisattva masa kini.

Semuanya menunjukkan kekuatan dari cinta-kasih dalam keterlibatannya mewujudkan perdamaian bagi kehidupan sesama. Spirit damai yang dikandung dalam agama Buddha ini kiranya dapat memberikan sumbangannya dalam mewujudkan “Dekade Budaya Perdamaian” yang  dicanangkan PBB, dan sekaligus “Dekade Non-kekerasan terhadap Anak-anak,” untuk menandai dekade pertama millennium abad ini.

Deklarasi PBB tanggal 13 September 1999, mendefinisikan Budaya Perdamaian sebagai “sejumlah nilai, keyakinan, tradisi, perilaku dan gaya hidup. Anak-anak agar sejak dini dilibatkan dalam kegiatan kependidikan yang mentransfer nilai, keyakinan, perilaku dan gaya hidup yang memberdayakan mereka untuk melerai konflik secara damai berdasarkan spirit toleransi, menghargai harkat manusia dan nondiskriminasi”. (Deklarasi PBB 1999).

Budaya damai dan menentang peperangan, dan memajukan politik tanpa kekerasan inilah yang menjadi semangat dan aspirasi semua agama termasuk Buddhadharma sebagaimana yang tercermin dan berpuncak dalam spiritualitas Buddha  dengan pencapaian kesempurnaannya, kesadaran penuhnya yang tercerahkan dan cinta damai. Budaya damai yang bersumber dari spirit dan inti ajaran agama yakni cinta kasih: “Loko Patthambika Metta; hanya cinta kasihlah yang menyelamatkan dunia.”

Toleransi dan Kerukunan

Agama Buddha pernah hidup di Indonesia dan bahkan turut menandai puncak-puncak zaman keemasan kerajaan Nusantara dahulu kala, dan setidaknya turut pula menyerapkan kekayaan batin bangsa Indonesia mengenai kerukunan hidup beragama maupun hidup saling toleransi.
Dalam agama Buddha, terdapat prinsip untuk melindungi dan menghormati keyakinan bergama seseorang. Dicontohkan oleh Sang Buddha sendiri,  diantaranya adalah ketika ada seseorang bernama Upali hendak menjadi pengikutnya Sang Buddha memintanya agar ia berpikir matang-matang, dan juga agar selalu tetap menghormati gurunya (M.I. 378-380).

Pedoman dalam masyarakat Buddhis lainnya yang menganjurkan untuk mewujudkan sikap saling toleransi dan saling menghormati serta menjaga kerukunan beragama adalah dekrit Raja Asoka (abad ke 2 SM),

“Janganlah kita menghormati agama kita sendiri dengan mencela agama lain. Sebaliknya agama lain pun hendaknya dihormati atas dasar-sadar tertentu. Dengan berbuat demikian kita membuat agama kita sendiri berkembang, selain menguntungkan kerukunan dalam Prasasti Batu Kalinga No. XXII:pula agama lain. Jika kita berbuat sebaliknya kita akan merugikan agama kita sendiri, di samping merugikan agama lain. Oleh karena itu, barangsiapa menghormati agamanya sendiri dan mencela agama lain, semata-mata terdorong rasa bakti kepada agamanya sendiri, justru ia akan merugikan agamanya sendiri. Karena itu kerukunan dianjurkan dengan pengertian biar semua orang mendengar dan bersedia mendengarkan ajaran yang dianut orang lain.”

Sebuah percakapan yang menarik antara Buddha dan Ananda, tentang pentingnya musyawarah tercatat dalam Maha Parinibbana Sutta.

“Ananda, selama kaum Vajji sering dan rutin mengadakan permusyaratan, mereka dapat diharapkan untuk menjadi makmur dan tidak merosot. Apakah engkau mendengar bahwa kaum Vajji berkumpul dan bubar secara damai dan rukun, dan menangani urusannya dengan rukun?” Demikianlah yang telah saya dengan, Yang Mulia,” “Ananda, selama kaumVajji berkumpul dengan rukun, bubar dengan rukun, dan menangani urusannya dengan rukun, mereka dapat diharapkan menjadi makmur dan tidak merosot.”

Sabda Sang Buddha tersebut merupakan bagian dari wejangannya mengenai syarat-syarat kesejahteraan suatu bangsa yang antara lain meliputi:
1.     mengadakan musyawarah secara tetap dan teratur dan dihadiri oleh banyak orang.
2.     Perselisihan dan perbedaan pendapat selalu diselesaikan secara sepakat dan damai dalam suatu musyawarah.
3.     Selalu memperhatikan dan menghormati orang-orang tua mereka dan selalu mengindahkan kata mereka.
4.     Memperhatikan, merawat dan menyokong tempat-tempat ibadah mereka serta tidak lupa ikut melaksanakan ibadah seperti apa yang diharuskannya.

Faktor-faktor yang menghambat kerukunan beragama, antara lain:
1.     Sifat fanatisme terhadap pelaksanaan ajaran agama, di atas kewajiban dan kepentingan nasional, yang dapat berakibat suatu konflik sosial keagamaan.
2.     Sikap kurang tenggang rasa terhadap pemeluk lain.
3.     Cara-cara yang tidak terpuji untuk menarik pemeluk lain atau pemeluk lain mazhab untuk meyakini agama yang dipeluknya.
4.     Pengaruh negatif pelaksanaan agama di negara asing yang seringkali tidak sesuai dengan tata cara, kebiasaan, dan adat istiadat bangsa kita yang kadang kala bermotif politik.

MewujudkanPerdamaian

Sejak dahulu kala masyarakat Indonesia telah menganut bermacam-macam agama. Walau kerap kali dikhawatirkan perbedaan agama bisa menjadi tidak terciptanya kerukunan dan perdamaian. tetapi hampir dapat dipastikan bahwa penghayatan agama yang dalam akan menyadarkan semua umat beragama bahwa sesungguhnya semua orang dihadapan Tuhan Yang Maha Esa itu satu dan sama adanya.

Kekayaan batin mengenai kerukunan yang mengejawantah dalam perilaku etis saling toleransi yang telah ada sejak dahulu kala merupakan modal dan warisan tak ternilai para leluhur bagi generasi sekarang yang hidup di jaman globalisasi.

Dalam kekayaan batin dan penghayatan agama yang demikian itu maka sikap rukun yang terjelma itu bukan hanya bersifat semu atau  hanya  sekedar untuk menyembunyikan dan menunda konflik. Sikap rukun juga tidak dapat diatur secara eksternal melalui peraturan-peraturan, tetapi peraturan-peraturan ini harus lahir dari kesadaran nurani dan dengan hati yang tulus.

Bangsa Indonesia telah mengenal prinsip-prinsip kerukunan hidup beragama, warisan kebijaksanaan para leluhur maupun nilai-nilainya yang terkandung dalam Pancasila serta yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Kendati begitu, sikap batin yang diharapkan berkembang dalam setiap umat beragama dengan berfungsinya agama sebagai landasan moralitas, etik, spiritual umatnya itu harus pula dilengkapi dalam konteks hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang mengupayakan sikap rukun dan damai.

Karenanya penting pula mengetahui dan mempelajari berbagai pendekatan yang pernah ada atau dilakukan oleh pemerintah di dalam mengupayakan tumbuh dan terselenggarakanya kerukunan beragama dan mewujudkan perdamaian.

Meskipun telah memiliki modal jiwa kerukunan yang telah dimiliki bangsa Indonesia  sejak dahulu kala,  namun mengingat  perkembangan masyarakat Indonesia dan dinamika kehidupan yang terjadi, masalah kerukunan umat seringkali juga menyita cukup banyak perhatian, baik dari kalangan agama maupun negara atau pemerintah.

Dan oleh karenanya selalu menjadi bahan pemikiran untuk menemukan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam mendekati masalah kerukunan umat beragama dan mewujudkan perdamaian.

***




Sabtu, 23 Januari 2016

Tao Mengagungkan Buddha





Berikut ini terdapat dalam berbagai kitab suci Taoisme:

I. Berdasarkan kitab Daoshi Falun Jing 《道士法輪經》
Mahadewa (天尊) mengucapkan gāthā berikut sebagai nasihat bagi para Taois (daoshi 道士):
  若見佛圖  思念無量
  當願一切  普入法門
  若見沙門  思念無量
  願早出身  以習佛真

  “Apabila menjumpai stūpa Buddha, renungkanlah tanpa batas:
  Semoga semua makhluk dapat secara universal memasuki Pintu Dharma.
  Apabila menjumpai śramaṇa, renungkanlah tanpa batas:
  Semoga selekasnya terbebas dari badan jasmani berkat mempelajari Kebenaran Buddha.”


II. Berdasarkan kitab Taishang Qingjing Xiaomo Baozhen Anzhi Zhihui Benyuan Dajie Shangpin Jing 《太上清淨消魔寶真安志智慧本願大戒上品經》
Dalam ikrar-Nya yang ke-49, Mahadewa bertekad:

  若見沙門尼,當願一切,明解法度,得道如佛
  “Apabila menjumpai śramaṇa/i, semoga semua makhluk memahami Dharma dan memperoleh Pencerahan seperti Buddha.”



III. Berdasarkan kitab Laozi Shengxuan Jing 《老子昇玄經》
Mahadewa memberitahu (Zhang) Daoling untuk pergi ke timur menerima Ajaran Dharma.

Shengxuan Jing juga mengisahkan:
Tathāgata di sebelah timur memerintahkan Shansheng Dashi (善勝大士 Sujita Mahāsattva) untuk menemui Taishang (Laojun) dan berkata, “Tathāgata mendengar bahwa Anda telah membabarkan Dharma kepada Daoling, maka Beliau memerintahkan saya datang menengok Anda.” Lalu, ia berkata kepada Zhang, “Marilah mengikut saya menuju ke tempat Sang Buddha agar engkau dapat melihat yang belum pernah kaulihat dan mendengar yang belum pernah kaudengar.” Ling pun bersujud kepada Sang Mahāsattva dan mengikutinya menuju ke tempat Sang Buddha untuk mendengarkan Dharma.


IV. Dalam Daoshi Zhang Ling Biezhuan 《道士張陵別傳》 dikisahkan:
Di Gunung Geming (鴿鳴山) Ling memuja sebuah rupang emas dan melafalkan sūtra-sūtra Buddha.



V. Berdasarkan Laozi Xisheng Jing 《老子西昇經》:
 “Guruku pergi ke Tianzhu (天竺 Indu/India) dan memasuki Nirvāṇa.”

Fuzi (符子) juga menyebutkan:
 “Guru Laoshi (老氏) bernama Śākyamuni Buddha (釋迦文佛).”

 

VI. Dalam kitab Zhihui Guanshen Dajie Jing 《智慧觀身大戒經》 dikatakan:
Mereka yang mempelajari Tao haruslah selalu ingat mengelilingi Baktisala Kemurnian Agung (大梵流影宮) untuk menghormati Buddha (dengan pradakṣiṇa).



VII. Dalam kitab Shengxuan Jing 《昇玄經》 dikatakan:
Apabila terdapat śramaṇa yang datang hendak mendengarkan (ceramah) kitab-kitab suci, pengawas persembahan (供主) janganlah memperhitungkan biaya makan-minumnya atau menghalanginya agar tak dapat mendengar. Sebaliknya, persilakanlah ia duduk di tempat yang terhormat (上座, sebagai yang dituakan/Thera) dan daoshi penceramah kitab suci (道士經師) hendaknya menempatkan diri di bawahnya.

Lebih lanjut Shengxuan Jing juga mengatakan:
Ketika seorang daoshi mengadakan perjamuan, apabila ada bhikṣu yang datang, persilakanlah ia menempati tempat duduk yang terhormat dan berikan persembahan sebaik-baiknya. Daoshi penceramah kitab suci hendaknya menempatkan diri di bawahnya. Apabila śramaṇa/i datang mendengarkan Dharma, pada tempat yang tertutup persilakan ia duduk di tempat yang terhormat. Penyelenggara persembahan hendaklah memberinya persembahan sesuai Dharma dan tidak menghalanginya.

 

VIII. Berdasarkan kitab Huahu Jing 《化胡經》
Mahadewa menghormati Buddha dengan mengucapkan gāthā:

  願採優曇華  願燒旃檀香
  供養千佛身  稽首禮定光
  佛生何以晚  泥洹一何早
  不見釋迦文  心中常懊惱

  “Aku hendak memetik bunga udumbara.
  Aku hendak membakar dupa cendana.
  Sebagai persembahan bagi seribu Buddha
  Dan hormatku kepada Dīpaṅkara (定光佛).

  Mengapa Buddha lahir begitu lama?
  Dan mencapai Nirvāṇa begitu cepat?
  Tidak dapat menjumpai Śākyamuni,
  Hatiku senantiasa merasa gundah.”



IX. Berdasarkan kitab Lingbao Xiaomo Anzhi Jing 《靈寶消魔安志經》
Mahadewa mengucapkan gāthā sbb.:

  道以齋為先  勤行當作佛
  故設大法橋  普度諸人物

   “Tao dimulai dari puasa–vegetarian.
  Mereka yang tekun berlatih akan menjadi Buddha.*)
  Karenanya, dirikanlah jembatan Dharma
  Untuk menyeberangkan semua makhluk secara universal.

_____________
*) N.B. Dalam cetakan edisi baru, kalimat kedua ini diubah oleh para Taois menjadi 勤行登金闕 “Mereka yang tekun berlatih akan naik ke Jinque (Istana Kencana)…”



X. Dalam kitab Laozi Daquan Pusa Jing 《老子大權菩薩經》 disebutkan:
Laozi adalah Bodhisattva Kāśyapa (迦葉菩薩) yang pergi berkelana ke Cīna untuk mengubahnya (ke Jalan Dharma).

 

XI. Berdasarkan kitab Lingbao Falun Jing 《靈寶法輪經》 diceritakan:
Beberapa hari setelah Ge Xiangong lahir, ada seorang śramaṇa dari luar negeri yang melihat Xiangong, bernamaskāra dan menggendongnya, lalu berkata kepada ibu-bapa Xiangong, “Kanak-kanak ini ialah Bodhisattva Shanjian (善見菩薩 Sudṛṣti) dari Sebelah Barat yang kini datang ke Tanah Han untuk mengajar semua makhluk di sini. Ia akan menempuh Jalan Kedewaan (仙道) dan naik ke surga pada siang hari.”

Xiangong sendiri pernah berkata kepada murid-muridnya, “Guruku bermarga Boyue (波閱 ?Vajra), bernama Weinuohe (維那訶 ?Vinapa). Beliau adalah orang dari Negeri Barat.”

 

XII. Berdasarkan kitab Xianren Qingwen Zhongsheng Nan Jing 《仙人請問眾聖難經》
Ge Xiangong berkata kepada murid-muridnya, “Dahulu aku dengan empat orang — Shi Daowei (釋道微), Zhu Fakai (竺法開), Zhang Tai (張太), Zheng Siyuan (鄭思遠) — bersama-sama membuat tekad. Daowei dan Fakai bertekad menjadi śramaṇa (anggota saṅgha). Sedangkan Zhang Tai dan Zheng Siyuan bertekad menjadi Taois (daoshi 道士).”

 

XIII. Dalam Xiangong Qiju Zhu 《仙公起居注》 tertulis:
Pada saat itu… lahirlah di rumah Ge Shangshu (葛尚書). Shangshu telah berumur lebih dari 80 tahun; barulah memiliki seorang putra.

Ketika itu, ada seorang śramaṇa yang mengaku sebagai bhikṣu dari India dan membeli banyak wewangian di pasar. Orang di pasar kehéranan dan menanyainya. Ia menjawab, “Semalam aku bermimpi melihat Bodhisattva Shansi (善思菩薩) yang turun lahir di rumah Ge Shangshu. Aku hendak menggunakan wewangian ini untuk memandikannya.”

Saat waktu kelahirannya tiba, bhikṣu itu pun membakar dupa, mengelilinginya sebanyak 7 putaran (pradakṣiṇa), bernamaskāra, dan memandikannya dengan hormat.



XIV. Berdasarkan kitab Xiangong Qingwen Shang Jing 《仙公請問上經》
… berkata-kata dengan śramaṇa dan Taois, “Bercita-cita bagi Buddha; kehormatan bagi Saṅgha.”




XV. Dalam kitab Shangpin Dajie Jing 《上品大戒經》 bab “Mengukur Jasa Kebajikan” 〈校量功德品〉 disebutkan:
Berdāna untuk stūpa/caitya Buddha akan memperoleh pahala seribu kali lipat.
Berdāna untuk śramaṇa akan memperoleh pahala seratus kali lipat.



XVI. Dalam kitab Shengxuan Neijiao Jing 《昇玄內教經》 tertulis:
Jikalau terdapat seseorang yang sehari-harinya tidak pernah berbuat kebaikan — bahkan tidak sebulan sekali — namun dapat menjumpai śramaṇa atau guru Tao yang membabarkan Dharma dan menganjurkan kebaikan, maka orang tersebut akan memahami Pikiran yang Tak Tertelusuri.



XVII. Daoshi Tao Yinju (陶隱居) pernah mengarang sebuah teks yang berjudul Li Fo Wen 《禮佛文 ‘Penyembahan kepada Buddha’》.




XVIII. Berdasarkan kitab Zhihui Benyuan Jie Shangpin Jing 《智慧本願戒上品經》 disebutkan:
Berdāna makanan pada suatu hari secara khusus untuk saṅgha Sang Buddha atau satu sen untuk stūpa/vihāra — semua kebajikan di atas akan memperoleh pahala 24.000 kali lipat. Semakin banyak kebajikan, semakin banyak pahala. Dari generasi ke generasi akan menjadi pandai dan gemar melakukan kebaikan tanpa jenuh. Tujuh tingkatan leluhur semuanya akan memasuki Negeri Buddha yang Tak Terukur (無量佛國).


XIX. Berdasarkan kitab Xiangong Qingwen Jing 《仙公請問經》:
Ada orang yang melaksanakan kebajikan dan bertekad hendak menjadi śramaṇa (沙門), Taois (daoshi 道士), atau sarjana (大博); dalam kelahirannya mendatang ia akan menjadi śramaṇa, mempelajari Buddhadharma, dan menjadi guru Dharma bagi orang banyak.
Ada pula seseorang yang melihat śramaṇa atau Taois yang diundang untuk membacakan sūtra. Ia menertawai, “Berhadapan dengan kesia-siaan saja mereka melafalkan sūtra! Keunikan apa yang mereka harapkan dari berperut kosong dan makan sekali sehari?” Sungguh orang ini berdosa. Seorang daoshi hendaknya berbelas kasih dan menasihatinya sebab ia takkan lepas dari pembalasan. Setelah meninggal ia akan masuk neraka dan mengalami lima penderitaan.




Dari kutipan-kutipan di atas dapat kita lihat bahwa ternyata guru-guru yang kita muliakan seperti Tao Yinju, Ge Xiangong, bahkan Zhang Daoling dan Mahadewa Taishang Laojun (Laozi) pun belajar Dharma dari Buddha. Apalagi kita — alangkah tidak berbaktinya kita, sebagai murid, jika kita mengabaikan teladan mereka dan menolak Buddhadharma! Tentu tidak pantas kita disebut sebagai murid yang sejati.

Seperti orang yang membalikkan apa yang terbalik, menunjukkan jalan kepada yang tesesat, atau menerangi mereka yang berada dalam kegelapan, Buddha telah mengajarkan Dharma yang demikian luhur, agung, dan mendalam: indah pada awal, pertengahan, dan akhirnya; indah baik bahasa maupun artinya. Maka mulai hari ini dan seterusnya, marilah kita bersama-sama menyatakan:

  Aku berlindung kepada Buddha.
  Aku berlindung kepada Dharma.
  Aku berlindung kepada Saṅgha. (3x)

Semoga kiranya Buddha, Dharma, dan Saṅgha (TRIRATNA) berkenan menerima kita sebagai siswa selama hayat dikandung badan.




Kamis, 21 Januari 2016

Mengolah Perhatian Murni Dalam Konteks Sangha

Mengolah Perhatian Murni Dalam Konteks Sangha

Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh
Diterjemahkan oleh Nie Nie Hsu dan diedit oleh Jimmy Lominto



Sangha terkasih, hari ini tanggal 30 Juli 1998 dan kita ada di Upper Hamlet. Ceramah akan dalam bahasa inggris hari ini...

Ada yang mengajukan pertanyaan ini: jika seseorang sakit mental, apakah orang itu sebaiknya pergi ke terapis dulu atau boleh langsung mulai berlatih meditasi? Saya dengar ada guru meditasi yang berkata “Anda harus pergi dulu ke terapis, setelah itu baru kembali ke saya.” Tetap ada orang yang bertanya: jika ada yang sakit mental, sebaiknya dia pergi ke terapis dulu atau dapatkah dia langsung memperoleh manfaat dari latihan meditasi Buddhis? Saya pernah membaca di suatu tempat bahwa seorang guru umat awam mengatakan bahwa Anda dapat memulai dengan meminta orang itu duduk di bantal untuk beberapa waktu, satu jam atau setengah jam, untuk melihat apa yang terjadi; setelah itu Anda akan tahu apa yang harus dilakukan. Saya rasa jawabannya tergantung pada jenis latihan meditasinya. Ada di antara kita yang memiliki begitu banyak kepedihan dan penderitaan di dalam sehingga mereka tidak bisa diam, untuk kembali ke diri mereka sendiri. Setiap kali mereka duduk diam dan mulai memperhatikan diri sendiri, mereka harus bersentuhan dengan bongkah kepedihan dan penderitaan dalam diri mereka. Mereka akan dibanjiri oleh energi penderitaan dalam diri mereka dan itulah sebabnya mengapa mereka berkata, “Meditasi bukan untuk saya. Saya tidak bisa duduk. Terlalu tenang dan menjadi landasan untuk keluarnya seluruh penderitaan dalam diri saya.” Memang benar ada orang-orang yang tidak kuat untuk menghadapi penderitaan mereka sendiri dan yang sangat takut kembali ke diri mereka sendiri, karena ketika mereka kembali ke rumah, mereka akan bersentuhan dengan derita dalam diri mereka. Ada juga orang-orang yang takut tidur, karena kepedihan dan penderitaan tersebut muncul dalam mimpi. Apa yang harus dilakukan dalam keadaan-keadaan ini?
Jawaban dalam konteks Buddhis adalah Anda harus berlatih mengambil perlindungan pada Dharma dan Sangha. “Dharma” dan “Sangha” di sini adalah hal yang sangat konkret, bukan sekadar konsep. Pertama, berlindung pada Sangha: Sangha adalah sebuah komunitas saudara dan saudari yang berlatih. Di dalam Sangha ada elemen kestabilan, elemen sukacita. Sangha adalah sebuah perlindungan dan Sangha selalu mempunyai tempat, seperti sebuah pusat latihan. Anda pergi ke sebuah pusat latihan dan Anda akan bertemu Sangha. Pusat latihan adalah sebuah ruang dimana segala sesuatu dibuat sedemikian rupa sehingga Anda dapat menyentuh elemen-elemen yang menyegarkan, menyembuhkan, dan memupuk. Apapun yang Anda sentuh menyegarkan, menyembuhkan dan memupuk, Sangha yang ada di tempat itu seharusnya memainkan peran yang sama, mendukung Anda, melindungi Anda, dan memupuk Anda.
Sebagai anggota Sangha, Anda tahu bagaimana cara berjalan. Anda berjalan dengan penuh kesadaran dan dengan setiap langkah Anda hasilkan energi soliditas, kebebasan, kedamaian, dan ketenangan. Anda tidak berlari, seperti di luar. Setiap langkah membantu kita untuk kembali ke saat ini. Setiap langkah membantu kita menyentuh kehidupan secara lebih mendalam. Setiap langkah membantu kita menyentuh mujizat-mujizat kehidupan yang tersedia di sini dan sekarang. Setiap anggota Sangha seharusnya mampu berjalan seperti itu. Di dunia ini, orang-orang tidak berjalan seperti itu…tidak banyak. Mereka terbiasa lari dan mereka lari agar dapat tiba di suatu tempat, tapi di pusat latihan Anda seharusnya tiba setiap saat dan setiap langkah membawa Anda kembali ke sini dan ke sekarang, yang merupakan tempat tujuan Anda. Jadi ketika Anda bertemu Sangha, Anda mungkin mengenali elemen-elemen Sangha yang otentik. Anggota Sangha tahu bagaimana duduk dengan damai, di manapun mereka duduk: di atas rumput, di bangku panjang, di bantal meditasi, mereka selalu membuat tubuh dan pikiran mereka berdiam dengan damai di dalam kekinian. Duduk berarti berhenti dan tidak berlari lagi. Anda membuat diri Anda tersedia bagi kehidupan, sehingga kehidupan sebaliknya juga akan membuat dirinya tersedia untuk Anda. Jika Anda tidak ada di sana, maka kehidupan tidak akan ada di sana juga. Oleh karena itu, duduk atau berjalan, Anda membuat diri Anda tersedia, di sini dan di sekarang, dan kehidupan akan membuat dirinya tersedia buat Anda di sini dan di sekarang juga.
Buddha berkata masa lalu telah berlalu, masa depan belum lagi tiba; hanya ada satu saat untuk Anda hidup: yaitu saat ini. Tapi kebanyakan dari kita tidak mampu hidup di saat ini. Kita selalu berpikir tentang masa lalu atau masa depan, karena kita mempunyai penderitaan, ketakutan, penyesalan, dan kegelisahan dalam diri kita. Kapasitas untuk berada di sini dan di sekarang harus diolah melalui latihan. Para anggota Sangha seharusnya mampu berlatih hal itu setiap hari, sehingga ketika mereka berjalan atau duduk, atau melakukan sesuatu, mereka memancarkan energi kehidupan, kedamaian, kestabilan. Jumlah energi, kedamaian, dan kestabilan yang mereka pancarkan tergantung pada tingkat latihan mereka. Setiap kali Anda pergi ke pusat latihan, Anda mendapat keuntungan dari energi tersebut. Ketika Anda melihat seorang saudara berjalan seperti itu, Anda diingatkan bahwa Anda masih terus berlari, dan sebaiknya mulai berjalan seperti itu juga, agar hidup menjadi dimungkinkan.
Berlindung pada Sangha adalah sebuah latihan yang sangat penting. Sangham saranam gacchami—aku berlindung pada Sangha—bukanlah sebuah deklarasi keyakinan; tapi merupakan latihan. Dicampakkan, sendirian, Anda tersesat, Anda larut terseret. Itulah sebabnya Anda datang ke pusat latihan, untuk berlindung pada Sangha. Anda mengizinkan Sangha memeluk Anda. Anda mengizinkan Sangha mengangkut Anda seperti kapal, sehingga Anda dapat menyeberangi lautan penderitaan. Jika Anda ada Sangha dimana Anda adalah bagian darinya, jika Anda punya Sangha yang memeluk Anda dan memandu Anda dalam latihan Anda, Anda orang yang bahagia. Jadi, berlindung pada Sangha adalah latihan yang sangat dalam, terutama bagi orang-orang yang merasa rentan, goyah, tidak tenang, dan tidak stabil. Aku berlindung pada Sangha adalah sebuah latihan yang sangat mendesak. Di manapun Anda berada, cari dan gabunglah ke dalam Sangha. Dan jika Sangha Anda belum mempunyai kualitas yang Anda harapkan, gunakanlah energi dan waktu Anda untuk membantu membangun Sangha itu, dan meningkatkan kualitasnya.
Tempat sebaiknya cocok untuk Sangha yang akan dibangun. Pembangun Sangha bagaikan seorang arsitek. Dia tahu bagaimana membuat ruang yang dapat memunculkan kedamaian. Pepohonan, air, udara, alam, seharusnya dapat banyak membantu. Elemen-elemen Sangha seharusnya mencakup alam. Sebuah jalur yang indah untuk meditasi jalan sangat penting untuk Sangha; ia adalah sebuah elemen Sangha. Udara yang Anda hirup sangat penting, pohon-pohon di sekeliling Anda sangat penting. Air yang Anda lihat mengalir dan bernyanyi, adalah bagian yang penting dari Sangha. Dan di ruang dimana alam tersedia buat Anda, elemen Sangha yang sedang berlatih juga tersedia buat Anda. Inilah apa yang sangat kita butuhkan di zaman kita ini. Jika Anda adalah seorang arsitek abad duapuluh satu, pikirkanlah hal ini—sebuah pulau dimana kita dapat berlindung, sehingga kita tidak akan dihancurkan oleh elemen-elemen negatip kehidupan yang ada di mana-mana. Pembangun Sangha tahu bagaimana menciptakan ruang dan dia tahu bagaimana mengumpulkan anggota-anggota Sangha, yang dapat hidup secara harmonis satu dengan yang lainnya, yang dapat menikmati latihan, dan yang dapat berfungsi sebagai tubuh pendukung bagi orang-orang yang datang ke mereka. Kita semua membutuhkan Sangha. Membentuk Sangha adalah sebuah tugas yang sangat penting bagi kita semua. Jika Anda menikmati latihannya, jika Anda mendapatkan transformasi dan penyembuhan yang Anda butuhkan, maka timbangkanlah untuk membangun sebuah Sangha untuk orang-orang yang Anda cintai, dan bagi mereka yang begitu membutuhkan Sangha. Bukan hanya anak-anak yang membutuhkan lingkungan yang baik dan Sangha yang baik, tapi sebagai orang dewasa, kita semua membutuhkan Sangha untuk perlindungan kita dan penyembuhan kita.
Buddha adalah seorang pembangun Sangha yang menakjubkan dan Beliau memiliki banyak murid yang juga adalah pembangun Sangha yang unggul. Beliau tahu bahwa tanpa Sangha, tanpa sebuah lingkungan, transformasi dan penyembuhan orang-orang akan sangat sulit. Itulah sebabnya, jika Anda seorang terapis, jika Anda seorang pengajar, harap pikirkanlah itu. Penyembuhan tidak akan terjadi tanpa tempat semacam itu atau kumpulan orang-orang yang seperti itu. Anda mungkin membantu mengurangi derita seseorang, tapi begitu Anda kembalikan dia ke lingkungannya, dia akan sakit lagi, beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Jadi setelah membantu dia untuk sembuh, arahkan dia ke lingkungan dimana dia akan dapat meneruskan penyembuhan dan transformasinya, dan dia dapat menjadi sebuah alat untuk membantu yang lainnya. Masyarakat kita sakit, banyak dari kita yang sakit, karena lingkungan dimana kita tumbuh besar tidak tepat untuk pertumbuhan kita, untuk kedamaian kita, untuk transformasi kita. Itu adalah mengenai Sangha. Anda membutuhkan elemen pertama, Sangha.
Elemen kedua adalah Dharma. Berlindunglah pada Dharma, karena Dharma dapat melindungi Anda, Dharma bukan sebagai sebuah ceramah Dharma atau sebuah buku, atau sebuah diskursush, melainkan Dharma sebagai amalan, yang dicontohkan oleh orang-orang seperti Anda. Ketika Anda berlatih menyadari napas, jalan berkesadaran, mendengarkan lonceng dengan penuh kesadaran, Anda bawa masuk elemen kedamaian, stabilitas ke dalam diri Anda dan Anda terlindung selama waktu itu, dan Anda mulai memancarkan energi kestabilan dan kedamaian ke sekeliling Anda. Keadaan batin tersebut akan melindungi anak-anak Anda, akan melindungi orang-orang yang Anda sayangi, dan meskipun Anda tidak memberikan ceramah Dharma dengan kata-kata Anda, tapi Anda sedang memberikan ceramah Dharma dengan tubuh Anda, dengan napas masuk Anda, dengan napas keluar Anda, dengan kehidupan Anda, dan itu adalah Dharma yang hidup. Dharma yang hidup adalah apa yang kita butuhkan. Kita sangat membutuhkannya, seperti kita membutuhkan Sangha yang hidup. Di dalam Sangha yang hidup terdapat Dharma yang hidup. 

Ada sejenis energi yang harus kita perlengkapi masing-masing dan itu adalah energi perhatian murni. Ketika kita memakai energi tersebut, ketika kita dipenuhi oleh energi kesadaran, kita  siap kembali ke diri sendiri dan kita tidak lagi takut pada bongkah-bongkah ketakutan, kesedihan, dan penderitaan dalam diri kita. Tapi jika Anda tidak punya energi itu sebagai kekuatan Anda, perlindungan Anda, saat kembali ke diri sendiri, Anda mungkin kewalahan, bahkan tergencet oleh bongkah-bongkah kepedihan, kesedihan, dan keputusasaan dalam diri Anda. Pertanyaan apakah Anda harus ke terapis dulu, sebelum memulai meditasi Buddhis dapat dijawab seperti ini. Jika Anda dilengkapi dengan Sangha dan Dharma, maka Anda tidak membutuhkan seorang terapis: Anda dapat kembali ke diri sendiri, memeluk bongkah-bongkah kepedihan, kesedihan, dan keputusasaan dalam diri Anda, agar dapat melihat secara lebih mendalam sifat dasar mereka, dan mulai mengubah mereka, tanpa menjadi korban dari bongkah-bongkah derita ini. Tapi jika Anda mencoba kembali ke diri Anda tanpa (berbekal) sesuatu pun untuk melindungi Anda, kemungkinan Anda bisa kena masalah. Bahkan seandainya terapis itu tahu sesuatu mengenai Anda, dia tidak akan mampu membantu Anda, karena Anda tanpa perlindungan. Terapis tidak bisa bersama Anda 24 jam sehari dan pada saat malam ataupun pagi sekali, Anda mungkin terpapar rasa pedih dan rasa sedih di dalam diri Anda. Oleh karena itu, Anda harus belajar cara melindungi diri dari derita Anda. Dan derita Anda adalah diri Anda sendiri juga.
 Prinsip latihan dalam meditasi Buddhi adalah mengolah energi kesadaran. Perhatian murni adalah energi Buddha dan Anda dapat mengolahnya. Latihan satu hari dapat membantu Anda memperkuat energi kesadaran dalam diri Anda dan latihan satu minggu dapat membantu membuat energi itu menjadi jauh lebih kuat. Manakala Anda membekali diri dengan energi tersebut, Anda tidak akan mengalami masalah saat kembali ke diri Anda sendiri, dan melihat secara mendalam hakikat derita Anda. Buddha berkata, jangan terlalu takut, jangan mencoba untuk lari dari kepedihan Anda, penderitaan Anda. Satu-satunya cara bagi Anda untuk keluar adalah memegang kepedihan Anda dan melihatnya secara mendalam.
Saat Anda telah melihat sifat dasar derita Anda, pada saat yang sama Anda juga akan melihat jalan untuk keluar dari derita tersebut. Itulah esensi pembabaran Dharma pertama yang diberikan Buddha kepada lima orang pertapa. Pembabaran Dharma itu adalah tentang Empat Kebenaran Arya, yang pertama adalah duka: ada duka, ada penderitaan, ada kepedihan. Itulah Kebenaran Pertama. Disebut Kebenaran Arya, karena tanpa itu Anda tidak akan dapat melihat Kebenaran Kedua, Kebenaran Ketiga, dan Kebenaran Keempat. Jika Anda mencoba untuk melarikan diri dari derita Anda, Anda tidak akan dapat memahaminya, dan tanpa memahami sifat dasarnya, Anda tidak akan dapat melihat jalan untuk keluar darinya. Itulah sebabnya mengapa duka disebut Kebenaran Arya. Tapi Anda belum dapat memegang duka begitu saja, Anda masih lemah. Itulah sebabnya mengapa Anda membutuhkan Sangha, membutuhkan Dharma, agar dapat menghasilkan energi kesadaran yang dengannya, Anda dapat kembali ke diri Anda sendiri dan memeluk derita itu seperti seorang ibu yang sedang mengendong bayinya di kedua tangannya dengan penuh cinta kasih. Kepedihan dan penderitaan kita adalah bayi kita, bayi kita yang membutuhkan perhatian dan kelembutan kita. Buddha menyarankan kita untuk kembali ke rumah dan merawat bayi yang sakit itu; Anda harus mempunyai dua lengan, lengan yang kuat, lengan yang penuh kasih, untuk mengangkat bayi itu dan mengendongnya. Kedua lengan yang kuat itu, kedua lengan yang penuh kasih itu, terbuat dari energi kesadaran.
Perhatian murni adalah energi Buddha; apa yang membuat Buddha seorang Buddha adalah energi itu. Energi itu bagaikan Roh Kudus. Roh Kudus adalah apa yang tinggal di dalam Jesus Kristus—beliau tidak akan menjadi Jesus jika Roh Kudus tidak ada di dalamnya. Tapi enegi itu bukan sesuatu yang abstrak. Anda punya perhatian murni, tapi belum cukup. Anda mampu berkesadaran, tapi perhatian Anda kerap lenyap. Ketika Anda mengambil teh, Anda dapat mengambilnya dengan berkesadaran atau tidak berkesadaran. Ketika Anda minum teh tersebut, Anda dapat memilih meminumnya dengan berkesadaran atau tidak berkesadaran. Dalam kehidupan sehari-hari kita biasanya minum teh tanpa berkesadaran. Dalam kehidupan sehari-hari kita bernapas masuk tanpa berkesadaran. Dalam kehidupan sehari-hari kita duduk tanpa berkesadaran. Latihan kita di sini adalah berusaha untuk menyadari segala hal yang kita lakukan, menyadari segala yang sedang terjadi saat ini. Perhatian murni adalah kapasitas untuk menyadari apa yang sedang terjadi di sini dan di sekarang. Saat Anda minum teh dengan penuh kesadaran, itu adalah latihan sadar sedang minum. Saat Anda bernapas dengan penuh kesadaran, itu adalah sadar sedang bernapas. Ketika Anda berjalan dengan penuh kesadaran, itu adalah sadar sedang berjalan. Dan ketika Anda makan dengan penuh kesadaran, itu adalah sadar sedang makan. Anda punya banyak peluang untuk berlatih kesadaran.
Jika Anda mengikuti retret berkesadaran selama 7 hari, maka 7 hari ini adalah hanya untuk latihan kesadaran. Anda belajar bagaimana melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran dan di sekeliling Anda ada saudara dan saudari yang juga sedang berusaha melakukan hal sama. Oleh karena itu latihan menjadi mudah. Di rumah, Anda sendirian; Anda tidak dikelilingi oleh orang-orang yang berlatih kesadaran. Tapi di sini, saat Anda datang, Anda sadar bahwa setiap orang sedang berusaha jalan dengan penuh kesadaran. Setiap langkah seharusnya membawa mereka kembali ke sini dan ke sekarang, setiap langkah seharusnya membantu sedikit dalam pengolahan stabilitas dan kedamaian. Jadi Anda diingatkan oleh kehadiran saudari yang ada di depan Anda, saudara yang ada di sebelah kiri Anda, saudara yang ada di sebelah kanan Anda, dan di belakang Anda, juga ada seseorang yang sedang jalan dengan penuh kesadaran. Anda dipeluk oleh Sangha dan Anda sebaiknya membiarkan Sangha memeluk Anda. Tahu-tahu, latihan jalan berkesadaran, duduk berkesadaran, dan dengar berkesadaran menjadi bisa. Satu minggu latihan seperti itu akan membantu menguatkan daya berkesadaran dalam diri Anda. Kita masing-masing punya benih perhatian murni di dalam kita. Kita mampu menjadi sadar. Hanya saja kita tidak sadar setiap saat. Buddha adalah orang yang sadar sepanjang hari. Kita bisa menjadi Buddha dari waktu ke waktu—kita adalah Buddha paruh waktu. (Hadirin tertawa). Dengan Sangha kita masing-masing seharusnya menjadi Buddha yang lebih baik setiap hari.
Berkesadaran tidak bisa tidak sadar akan apa-apa. Ketika Anda bernapas dengan sadar, itu adalah napas berkesadaran. Ketika Anda berjalan dengan sadar, itu adalah jalan berkesadaran. Energi perhatian murni dapat membantu kita menyentuh elemen-elemen kehidupan yang positif maupun yang negatif. Bagi pemula, penting sekali untuk mengolah kesadaran agar dapat menyentuh aspek-aspek kehidupan yang positif. Tentu saja, ada hal-hal negatif dalam diri dan sekeliling kita, tapi dengan dukungan Sangha, kita seharusnya mampu menyentuh dulu aspek-aspek yang lebih positif. Karena pada tahapan awalnya kita belum cukup kuat untuk pergi dan menyentuh hal-hal negatif dalam diri kita. 
Jika Anda adalah seorang terapis dan Anda ingin menerapkan prinsip ini pada praktek Anda, ketika klien Anda datang, tanyakanlah hal-hal yang belum menjadi salah dulu. Kecenderungannya adalah menanyakan apa yang salah. Pasien atau klien Anda ada di sana untuk memberitahukan Anda apa yang salah pada dirinya, jadi Anda berdua cenderung akan membahas apa yang salah. Tapi menurut latihan kesadaran ini, Anda dapat melakukan secara berbeda. Anda dapat menanyakan hal-hal yang belum menjadi salah: apa yang tidak salah? Anda membicarakannya, Anda menjadi sadar akan hal itu, dan dengan menyentuh aspek-aspek positif dalam diri dan di sekitar dirinya, Anda membantu dia mendapatkan makanan yang ia butuhkan. Dia membutuhkan sedikit sukacita, stabilitas, dan kedamaian. Anda membantu dia mengembalikan keseimbangan. Kalau tidak, aspek ynag menyakitkan itu terlalu berat. Saya pikir hal ini bisa dilakukan. Mengundang klien Anda untuk melakukan meditasi jalan adalah sesuatu yang mungkin dilakukan, demikian juga dengan melakukan meditasi teh bersama, dimana peserta saling berbagi sukacita mereka, kesuksesan mereka dalam latihan tersebut, kemampuan mereka untuk menjadi damai, rekonsiliasi, dan seterusnya.
Anda sebagai terapis juga membutuhkan Sangha yang sehat. Anda tidak akan menjadi terapis terbaik jika tidak mempunyai Sangha. Dan ketika Anda memperkenalkan klien Anda pada Sangha tersebut, klien Anda akan merasa lebih baik seketika, dari sejak awal sesi. Anda harus menciptakan sebuah ruang, sebuah Sangha. Terapis yang tidak memiliki Sangha bagi saya bagaikan musisi yang tanpa alat musik. Seorang guru juga, tanpa Sangha, tidak dapat berbuat banyak. Buddha sangat sadar akan hal ini. Beliau menghabiskan banyak waktu dalam pembangunan Sangha. Beliau mengalami banyak kesulitan dalam upaya membangun Sangha, tapi Beliau berhasil. Sangha Beliau memiliki cukup kekuatan, stabilitas, dan kedamaian.
Buddha mempunyai seorang teman yang merupakan seorang raja, yang lahir di tahun yang sama dengan Buddha--raja kerajaan Kosala. Namanya Pasenadi. Ketika Buddha pertama kali datang mengajar di kerajaannya, dia tidak menyukai Buddha. Buddha masih sangat muda dan banyak orang memanggil Beliau Yang Tercerahkan, dan raja tidak menyukai itu. Dia lebih menyukai guru-guru yang lebih tua. Tapi akhirnya dia pergi ke sebuah ceramah Buddha dan kemudian diyakinkan oleh kebajikan, oleh kedamaian, oleh kasih sayang Buddha, dan dia menjadi murid Beliau. Di usia 80, mereka bertemu untuk terakhir kalinya sebelum raja meninggal. Di sela pertemuannya dengan Buddha, kurang lebih raja mengatakan seperti ini: “Yang Mulia Buddha, setiap kali saya melihat Sangha Bhagawa, saya semakin yakin dengan Bhagawa.” Dia mempunyai akses langsung ke Buddha—dia mengunjungi Sravasti, hutan Jeta di mana Buddha tinggal bersama para biku, kapan saja dia menginginkannya, dan dia sangat menghargai Buddha. Namun, dia mengeluarkan pernyataan itu. Setiap kali ia melihat elemen-elemen Sangha yang bergerak dengan penuh martabat, kestabilan, dan kebebasan, dia semakin yakin dengan Buddha. Jadi Sangha banyak membantu Buddha dalam menolong banyak orang. Itulah sebabnya mengapa saya mengatakan bahwa guru yang baik memerlukan Sangha. Tanpa sebuah Sangha, seorang guru tidak akan dapat berbuat banyak. Anda, sebagai terapis, memerlukan hal yang sama. Di dalam Sangha, Anda mempunyai sebuah instrumen untuk membuktikan bahwa penyembuhan dimungkinkan, transformasi dimungkinkan, sukacita dimungkinkan. Dengan Sangha tersebut, Anda akan jauh lebih berhasil dalam upaya Anda menolong orang. Demikian pula dengan para pendidik, dokter, dan pekerja seni.   
Pembangunan Sangha bukanlah urusan untuk praktisi Buddhis saja. Setiap orang harus belajar sesuatu tentang pembangunan Sangha, karena Sangha adalah elemen yang sangat penting bagi kita dalam menolong orang. Dharma, dalam kasus ini latihan kesadaran…latihan dilakukan dalam cara yang sedemikian rupa sehingga energi perhatian murni dihasilkan di setiap momen keseharian hidup Anda. Berjalan, duduk, bernapas, memotong wortel, menyiapkan sarapan, semuanya seharusnya dilakukan dalam kesadaran, untuk membantu butir perhatian murni dalam diri Anda bertumbuh, sehingga di setiap saat Anda membutuhkannya, Anda hanya perlu menyentuh benih perhatian murni dalam diri Anda, dan tiba-tiba saja, Anda akan dipeluk oleh energi kesadaran. Dengan energi kesadaran itu, Anda dapat menyentuh seluruh keindahan dan mujizat kehidupan yang ada di sini dan di sekarang, untuk memberi makan batin Anda sendiri, dan dengan energi kesadaran itu Anda dapat memeluk kepedihan, kesedihan, derita batin, dan mulai mengubahnya. Tanpa itu Anda tidak dapat berbuat banyak. Jadi Sangha dan Dharma adalah apa yang Anda butuhkan. Sangha adalah pusat latihan dengan para anggotanya dan Dharma adalah latihan kesadaran sehari-hari Anda, yang didukung oleh Sangha.

Di awal latihan, dengan dukungan Sangha, Anda akan dapat memulihkan keseimbangan, agar dapat menyentuh apa yang indah, yang menyegarkan, dan yang menyembuhkan di sekeliling Anda, dan bahkan yamg ada di dalam diri Anda. Sekalipun jika Anda berpikir bahwa segala yang ada di dalam diri Anda telah berjalan salah, itu tidak benar—hanya beberapa hal saja yang telah salah. Masih ada banyak hal di dalam diri Anda yang masih belum salah. Sangha akan membantu Anda kembali ke rumah ke diri Anda sendiri dan menyentuh hal-hal yang indah tersebut. Dan hal ini juga benar adanya apa yang ada di sekeliling Anda. Ini bagaikan taman—tubuh Anda, kesadaran Anda, dan lingkungan Anda bagaikan sebuah taman. Mungkin ada beberapa batang pohon dan semak-semak yang mulai sekarat. Anda mungkin telah membiarkan pemandangan macam itu menenggelamkan diri Anda, sehingga menciptakan banyak tekanan dan penderitaan batin. Anda tidak sadar bahwa masih ada banyak pohon yang kokoh, vigorous penuh semangat, dan Indah. Ketika kami datang ke taman Anda, kami dapat membantu menunjukkan kepada Anda bahwa Anda masih mempunyai banyak pohon yang indah, jadi kenapa Anda menangis seperti itu? Anda harus menikmati hal-hal yang masih belum salah dalam lanskap Anda. Dan itu adalah peran yang dapat dimainkan Sangha. Terapis harus melakukan hal yang sama: mengidentifikasi apa yang tidak salah dan membantu klien menyentuh dan memeluk hal-hal tersebut.
Sebelum operasi, dokter akan memeriksa tubuh Anda untuk melihat apakah tubuh Anda cukup kuat untuk menjalani operasi atau tidak dan jika Anda masih lemah, maka dia akan membantu membuat tubuh Anda lebih kuat, sehingga Anda dapat bertahan melalui operasi tersebut. Prinsipnya sama di sini. Jika kesedihan, ketakutan, kepedihan terlalu kuat, maka Anda jangan langsung menghadapinya, berusaha untuk menyelesaikannya secepatnya. Lakukanlah hal lain dulu: bersandarlah pada kekuatan Sangha sehingga Anda dapat menikmati langkah-langkah yang Anda ayunkan. Bersandarlah pada kekuatan Sangha sehingga Anda dapat menikmati apa yang Anda lihat, menikmati berbagai hal yang menyegarkan dan menyembuhkan di sekeliling Anda. Langit masih tetap biru, pohon-pohon masih tetap indah, wajah anak laki-laki Anda masih indah, namun Anda tidak mampu menyentuh semua ini. Bagi Anda semuanya masih gelap, negatif. Anda telah kehilangan kapasitas untuk tersenyum dan Anda merasa jika ditinggal sendirian, Anda tidak akan mampu melewatinya. Tapi jika Anda punya teman yang Anda percayai, seorang teman yang mampu tersenyum, menikmati secangkir teh, dan jika Anda pergi ke dia, Anda akan merasa energi dia mendukung Anda, dan berjalan dengan dia di taman, Anda akan mampu melihat bahwa bunga dandelion memang indah. Secara intelek, Anda tahu bahwa bunga memang indah, tapi secara praktek, Anda tidak mempunyai kekuatan untuk menyentuh keindahan itu, karena berdiri sesuatu di antara Anda dan bunga itu. Anda tahu ada hal-hal yang indah, tapi Anda tetap saja tidak mampu menyentuhnya. Anda pikir Anda akan mati, ambruk. Karena teman Anda telah datang, berjalan di samping Anda, duduk di dekat Anda, Anda merasakan kembali kapasitas dalam menikmati secangkir teh. Anda merasa dapat menyentuh kembali keindahan bunga lagi. Itulah kekuatan spiritual, elemen-elemen positif dalam diri orang lain yang dapat mendukung Anda.
Ketika Anda datang ke sebuah Sangha, ketahuilah bagaimana memperoleh manfaat dari energi orang lain di Sangha tersebut. Banyak dari mereka mampu menikmati keindahan matahari terbenam. Banyak dari mereka mampu menikmati secangkir teh dan berdiam dengan kokoh  dalam kekinian, dan tidak mengizinkan kecemasan atau penyesalan menyelinap dan merusak segalanya. Duduk berdekatan dengan orang-orang ini, berjalan berdekatan dengan orang-orang ini, Anda akan mendapatkan manfaat dari energi mereka dan tiba-tiba saja Anda sudah memulihkan keseimbangan Anda. Anda dapat melakukan itu, jadi jangan gunakan waktu Anda membicarakan hal-hal yang negatif. Gunakanlah waktu Anda sebaik-baiknya dan berlatih menyentuh aspek-aspek positif kehidupan yang ada di dalam maupun di sekeliling Anda. Akan tiba waktunya Anda harus sendirian dan tanpa energi kesadaran itu, Anda tidak akan dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, waktu bersama dengan Sangha sangatlah berharga. Izinkan diri Anda menggunakan waktu itu hanya untuk berlatih, untuk memulihkan keseimbangan. 
(Thay mulai menggambar di papan tulis.) Andaikan ada sebuah rumah, dengan sebuah lantai dasar yang besar serta sebuah ruang tamu. Kesadaran kita seperti ini: kita memiliki sebuah gudang yang besar dan sebuah ruang tamu. Dalam psikologi Buddhis, kita menyebut ruang tamu “kesadaran pikiran.” Kita menyebut bagian yang lebih rendah “gudang kesadaran,” karena lantai dasar digunakan untuk menyimpan banyak hal. Semua penderitaan kita, ketakutan kita, keputusasaan kita, ingin kita buang semuanya ke bawah sana, kunci pintunya, dan tidak membiarkan mereka naik. Kita takut kembali ke rumah dan duduk di ruang tamu, terutama ketika ruang tamu itu kosong, karena bongkah-bongkah kepedihan, ketakutan akan selalu berusaha mendorong pintu agar terbuka dan naik ke lantai atas. Bongkah-bongkah kepedihan ada di sana, di dalam kedalaman kesadaran Anda. Dulu, kita telah hidup dalam kealpaan, kita tidak peduli tentang apa yang sedang terjadi, dan kita telah mengizinkan bongkah-bongkah kepedihan dan penderitaan ini berbentuk. Kita tidak tahu bagaimana mencegah mereka agar tidak terbentuk—kita menyebut mereka “bentukan batin.” Istilah Sansekertanya adalahsamyojana, bongkah kepedihan, kesedihan, ketakutan, kemarahan, kemelekatan.
Kita takut untuk kembali ke rumah, kembali ke diri kita sendiri karena kita tahu jika kita kembali, kita harus berhadapan dengan bongkah-bongkah kepedihan manakala mereka mewujudkan diri. Oleh karena itu latihan kita adalah membuat ruang tamu selalu terisi. Kebanyakan dari kita mengikuti kebijakan tersebut: setiap kali kita merasa bahwa ruang tamu itu kosong, kita mengundang seseorang untuk duduk di sana, mengisi ruang itu. Itu adalah cara termudah untuk mencegah hal-hal tersebut muncul. Kita mengeluh tidak ada waktu untuk diri kita sendiri, tapi ketika kita punya satu jam, tiga jam, kita tidak tahu apa yang akan dilakukan dengan waktu yang ada. Kita merasa terancam, karena jika kita duduk sendirian di ruang tamu, monster-monster itu akan mencoba naik ke atas dan oleh karena itu, kebanyakan dari kita akan melakukan sesuatu seperti mengambil majalah untuk dibaca atau menyalakan televisi untuk ditonton, atau mengangkat telepon untuk berbicara dengan seseorang. Kita tidak dapat duduk di ruang tamu tanpa melakukan sesuatu. Kita takut. Kita harus mengonsumsi. Beberapa dari kita mencari perlindungan dalam makanan: kita ke dapur dan membuka kulkas, dan kita makan supaya tidak memikirkan hal-hal itu. Ini adalah praktek penekanan. Kita tidak melihatnya sebagai penekanan, tapi sebenarnya kita sedang mempraktekkan penekanan. Kita ingin menyimpan semua itu di bawah, jadi kita selalu mengundang seseorang atau sesuatu untuk duduk di ruang tamu, dan kita menutup pintu tersebut dengan sangat hati-hati, sehingga hal-hal itu tidak akan dapat naik ke atas. Dan praktek ini ampuh. Kita membuat ruang tamu tetap sibuk dan pasar akan menyediakan banyak sarana bagi kita untuk membuat ruang tamu ini tetap sibuk: televisi, radio, majalah, percakapan, musik, pertunjukan, dan lain sebagainya. 
Apa yang terjadi, secara diam-diam, adalah kita menciptakan sebuah situasi sirkulasi yang buruk di dalam kejiwaan kita. Kejiwaan kita bagaikan darah kita: mereka harus bersirkulasi dengan baik agar kita tetap waras dan sehat. Jika darah tidak bersirkulasi dengan baik, kita akan dapat banyak jenis masalah. Pijatan membantu darah bersirkulasi lebih baik atau kadang kita memakan obat untuk membantu darah bersirkulasi lebih baik. Kita tahu sirkulasi darah yang baik sangat penting bagi kesejahteraan tubuh kita, dan jika kita berolahraga, berlari, itu adalah untuk membantu peredaran darah kita. Jika kita sakit kepala, itu bisa berarti darah tidak bersirkulasi dengan baik, jadi, pijatan dapat membantu. Karena kita telah mencoba menekan mereka, hal-hal ini tidak mempunyai kesempatan untuk muncul kembali, dan itu telah menciptakan satu situasi sirkulasi yang buruk dalam kejiwaan kita, dan gejala-gejala penyakit kejiwaan bisa muncul. Mereka ada di sana dan Anda percaya mereka tidak aktif, tapi sebenarnya mereka sangat aktif, siang dan malam. Mereka beraksi dari kedalaman diri kita, dan mereka membentuk perilaku kita, cara Anda berperilaku di sini, sebagaimana diekspresikan oleh mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran. Keenam indera ini beraksi di bawah arahan bongkah-bongkah kepedihan di dalam. Anda bereaksi dalam cara tertentu karena bongkah-bongkah ketakutan mendorong Anda untuk bereaksi seperti itu. Jika tiba-tiba Anda panik, itu terjadi karena sebuah bongkah ketakutan dalam diri Anda, mendorong Anda. Jadi meskipun Anda berusaha menghalangi jalan mereka, mereka masih tetap sangat penting dalam kehidupan sehari-hari Anda, dalam membentuk perilaku Anda. Situasi sirkulasi buruk ini akan menghasilkan manifestasi dari gejala-gejala penyakit kejiwaan.
Jika Anda tertekan, jangan berpikir depresi itu datang begitu saja. Anda telah hidup dalam cara yang sedemikian rupa, Anda telah menangani emosi Anda, perasaan Anda, persepsi Anda, dalam cara yang sedemikian rupa sehingga depresi menjadi dimungkinkan. Melihat ke dalam sifat dasar depresi Anda, Anda akan dapat menemukan bagaimana depresi itu bisa sampai mengenai diri Anda. Jadi, jawabannya adalah menutup jalan bukanlah suatu tindakan yang sehat. Anda seharusnya dapat membiarkan depresi itu naik, tapi Anda takut. Apa yang Anda butuhkan adalah Sangha dan Dharma. Sangha dapat memainkan peran mendukung Anda. Dharma dapat memainkan peran membantu Anda menumbuhkembangkan aspek-aspek positif dalam diri Anda. Perhatian murni membantu Anda menyirami benih-benih positif dalam diri Anda. Sehingga Anda mampu merenungkan langit biru, mampu meluangkan waktu untuk minum teh dengan seorang teman, mampu melakukan meditasi jalan, untuk menyentuh mujizat kehidupan, dan ketika melakukan hal-hal itu, Anda menguatkan benih-benih perhatian murni yang ada dalam diri Anda. Kita semua mempunyai benih perhatian murni. Mungkin benih itu masih sedikit lemah, tapi jika Anda berlatih napas berkesadaran, jalan berkesadaran, makan berkesadaran, maka benih-benih kesadaran tersebut akan menjadi semakin kuat dan kuat lagi. 
Ketika sebuah bongkah kepedihan mewujudkan diri di ruang tamu, latihan Anda adalah menyentuh benih kesadaran, mengundangnya muncul untuk menangani bongkah kepedihan yang ada di sana. Misalkan bongkah itu adalah ketakutan atau amarah Anda. Di momen ketika amarah Anda mewujudkan diri, Anda mempunyai sebuah zona energi. Mari kita sebut ini sebagai energi Nomor Satu. Jika Anda membiarkan energi itu sendirian di ruang tamu Anda, itu tidak sehat. Anda harus melakukan sesuatu; Anda harus kembali ke praktek. Latihan Anda adalah kembali ke napas berkesadaran dan menyentuh benih kesadaran dalam diri Anda, maka Anda pun akan memiliki zona energi kedua, yang disebut energi kesadaran. Zona energi ini memainkan peran sebagai kakak laki ataupun perempuan, yang memeluk kepedihan itu. Ketika bayi menangis, ibu akan mendatangi kamar bayi itu dan mengangkat serta memeluknya dengan lembut. Anda perlu melakukan hal yang sama: “Kepedihan kecilku, aku tahu engkau ada di sana. Aku ada di sini untukmu, tuk merawat dirimu.” Itulah peran perhatian murni. Anda peluk kepedihan Anda dengan lembut dan jika Anda ingin energi kesadaran itu terus berada di sana, Anda dapat mempraktekkan napas berkesadaran atau jalan berkesadaran yang berkesinambungan, karena ibu harus ada di sana untuk beberapa waktu sebelum rasa sakit bayi tersebut dapat berkurang.
Perhatian murni adalah energi yang membantu Anda untuk berada di sana dan berada di sana untuk kebahagiaan Anda serta berada di sana untuk penderitaan Anda. Andaikan Anda sedang berdiri bersama sekelompok teman, sedang melihat ke arah matahari terbenam. Perhatian murni akan membantu Anda untuk benar-benar ada di sana, tubuh dan pikiran manunggal. Itulah sebabnya mengapa Anda dapat menyentuh keindahan matahari terbenam secara mendalam, karena Anda benar-benar hidup, Anda hadir sepenuhnya, dan keindahan matahari terbenam ada di sana untuk Anda. Merenungkan keindahan matahari terbenam selama beberapa menit dapat menyembuhkan, dapat memberi makan batin Anda. Tapi jika Anda berdiri di sana bersama sekelompok orang, namun pikiran Anda dipenuhi hal lain, jika Anda terserap ke dalam ketakutan Anda akan masa depan atau penyesalan Anda akan masa lalu, sekalipun Anda berdiri di sana bersama sekelompok orang, Anda tidak benar-benar ada di sini dan sekarang. Anda tidak sadar. Anda tidak berada di sini dan saat ini. Itulah sebabnya mengapa perhatian murni membantu Anda membawa tubuh dan pikiran Anda kembali bersama untuk menghasilkan kehadiran sejati Anda, dan kehadiran tersebut esensial bagi Anda untuk menyentuh apa yang sedang terjadi di dalam kekinian. Dalam kasus ini, bukan matahari terbenam yang Indah, tapi bongkah kepedihan yang mewujud dalam diri Anda. Jadi perhatian murni ada di sana untuk merawat kepedihan itu. “Depresiku sayang, aku tahu engkau ada di sana. Aku di sini untukmu, tuk merawat dirimu.” Anda perlu mempertahankan kesadaran Anda agar tetap hidup, karena bongkah kepedihan ada di sana dan perlu ditangani. Kita tahu kita bukan hanya perhatian murni semata, tapi kita juga adalah kepedihan tersebut. Kepedihan dalam diri kita bukanlah musuh kita, tapi ia adalah diri kita, bayi kita. Kita tidak bisa lari darinya, kita harus memeluknya, memegangnya secara lembut dengan lengan kita, melihatnya secara mendalam, merawatnya dengan baik, dan dengan cara begitu kita dapat mengubahnya.
Latihannya adalah setiap kali ketakutan atau amarah Anda, atau rasa putus asa Anda muncul, Anda seharusnya dapat mengundang perhatian murni Anda muncul, dan dengan napas berkesadaran, jalan berkesadaran, Anda peluk kepedihan Anda selama yang Anda butuhkan. Setelah beberapa waktu, beberapa menit kemudian, kepedihan Anda akan turun kembali dalam bentuk benih. “Benih” adalah istilah teknis psikologi Buddhis. Bija adalah istilah Sansekertanya. Setiap bentukan mental ada di sana dalam bentuk benih. Jika seseorang datang dan menyirami benih tersebut, benih itu akan bertunas, dan menjadi zona energi di atas sana. Ada sekitar 51 kategori bentuk mental di sini. Ketakutan serta kemarahan kita hanyalah dua di antaranya. Jadi ada bentukan mental yang positif dan ada juga bentukan mental yang negatif di sini. Bentukan mental yang positif harus dipupuk sedangkan bentukan mental yang negatif harus dirawat dan diubah. Anda tidak perlu melawannya, karena jika Anda melawan, Anda melawan diri Anda sendiri—ini adalah kekerasan.
Meditasi Buddhis berlandaskan pada pengetahuan langsung tentang nondualitas. Anda adalah pengertian itu. Jadi cara yang sesuai adalah mengatasinya dengan tidak berkekerasan, dengan kelembutan. Anda peluk kepedihan Anda dengan lembut, Anda mengenalinya, Anda tidak berusaha menekannya. “Oh, kepedihan kecilku, aku tahu engkau ada di sana. Aku ada di sini untukmu, aku akan merawatmu dengan baik.” Kesadaran perlu kuat untuk melakukan tugasnya. Ketakutan atau kemarahan Anda akan turun setelah sesaat dan menjadi kurang penting. Setiap kali kepedihan Anda disiram perhatian murni, ia akan berkurang kekuatannya. Jika Anda berlatih, Anda akan melihat hal itu. Dan lain kali ketika ia muncul lagi, lakukanlah hal yang sama. “Halo kepedihanku, halo rasa putus asaku; aku tahu engkau ada di sana. Aku di sini, siap menjadi tersedia untukmu.” Dan Anda memeluknya dengan lembut, dalam meditasi jalan, dalam meditasi duduk, dalam napas berkesadaran. Tapi Anda perlu mempunyai energi ini untuk melakukan pekerjaan itu dan energi ini diolah dengan latihan kesadaran dalam konteks, dalam setting sebuah Sangha. Itulah sebabnya mengapa Sangha sangat penting.
Jika Anda berhasil sekali saja dalam memeluk dan merawat, Anda tidak lagi takut, Anda telah memiliki keyakinan. Lain kali ketika kepedihan muncul Anda akan melakukan hal yang sama. Dalam beberapa minggu saja Anda telah dapat memulihkan sirkulasi yang baik dan gejala-gejala penyakit kejiwaan akan mulai hilang. Tapi itu tidak berarti Anda harus melakukan semuanya sendirian; Sangha dapat membantu Anda, terapis dapat membantu Anda, guru dapat membantu Anda, saudara-saudari sedharma dapat membantu Anda. Jika Anda pikir kesadaran Anda belum cukup kuat bagi Anda untuk memeluk kepedihan Anda sendirian, Anda dapat meminta seorang saudari atau saudara sedharma untuk duduk di dekat Anda. Dia punya kekuatan kesadarannya. “Saudariku, jangan takut, aku di sini untukmu. Aku akan menggenggam tanganmu. Aku akan membawa kesadaranku dan menggabungkannya dengan kesadaranmu, dan perhatian murni bersama kita akan cukup bagimu untuk memeluk kepedihanmu.” Kadang sesuatu terlalu berat untuk dipikul sendirian dan Anda membagi bebannya, dengan hadirnya seorang teman untuk membantu Anda. Dan Anda berdua dapat memikul barang berat tersebut. Hal yang sama juga berlaku di sini. Jika bongkah kepedihan Anda terlalu berat untuk dipikul Anda, untuk dipeluk Anda, maka seorang saudari atau saudara sedharma dapat duduk di samping Anda dan membawa dukungannya ke Anda dalam memeluk kepedihan Anda. Ini selalu manjur. Oleh karena itu, di dalam jalur praktek, memiliki seorang saudara atau saudari sedharma, sungguh baik.
Sekali lagi, kita membutuhkan Sangha. Tanpa Sangha saya tidak tahu bagaimana kita dapat melakukannya, bagaimana kita bisa berhasil. Sekalipun Anda belajar banyak selama retret, bahkan sekalipun Anda tahu semua teknik latihan, ketika Anda kembali ke kota Anda, tanpa Sangha Anda hanya dapat jalan selama beberapa bulan, setelah itu, latihan Anda akan menurun hingga Anda meninggalkannya secara total. Tanpa Sangha Anda tidak akan berjalan jauh. Itulah sebabnya mengapa berlindung pada Sangha adalah sebuah praktek yang sangat krusial. Di negari saya kami ada pepatah yang mengatakan ketika harimau meninggalkan gunungnya menuju dataran rendah, harimau itu akan ditangkap manusia dan dibunuh. Ketika seorang praktisi meninggalkan Sanghanya, ia akan kehilangan latihannya. Itulah sebabnya mengapa berlindung pada Sangha sangat penting. Pembangunan Sangha penting sekali. Oleh karena itu kita perlu menemukan cara untuk membentuk Sangha di tempat kita tinggal dan berusaha menggunakan energi, waktu, dan sumber daya kita untuk membantu meningkatkan kualitas Sangha tersebut. Itu adalah demi perlindungan dan dukungan kita serta banyak orang yang ada di kawasan itu. Anda bisa menjadi seorang pembangun Sangha dan jika Anda dapat membangun Sangha, Anda dapat membantu sangat banyak orang. 
Kembali saya katakan, berlindung pada Sangha bukanlah sebuah deklarasi keyakinan, tapi adalah sebuah amalan. Jika Anda adalah seorang biksu atau biksuni, Anda harus membangun Sangha. Tapi sekalipun jika Anda bukan seorang biksu atau biksuni, Anda tetap harus membangun Sangha. Jika Anda adalah seorang dokter, jika Anda adalah seorang penyembuh, jika Anda adalah seorang terapis, jika Anda adalah orang tua dan Anda ingin melindungi anak Anda, Anda harus membangun Sangha, karena lingkungan sudah sedemikian buruk sehingga Anda dapat memastikan anak Anda pasti akan terluka dan sakit di dalam lingkungan tersebut. Jadi sebagai orang tua, Anda harus memikirkan masa depan anak Anda. Bangunlah sebuah Sangha. Dan Anda harus bertemu dengan orang tua-orang tua lainnya untuk mempraktekkan melihat secara mendalam guna mulai membangun Sangha, sebuah lingkungan di mana anak Anda akan aman—ini sudah sangat mendesak. Meditasi bukan hanya untuk para biksu dan biksuni, serta umat awam yang tinggal di pusat-pusat latihan. Meditasi seharusnya menjadi sesuatu yang kita lakukan setiap hari, tepat di mana kita berada, di kota kita, di kota besar kita, di keluarga kita. Oleh karena itu, silakan diskusikanlah ini dalam diskusi Dharma Anda: pembangunan Sangha untuk perlindungan kita, perlindungan anak-anak kita, dan perlindungan masyarakat kita.

 (Lonceng 3x)
 Akhir pembabaran Dharma