Tradisi

Therawada (150) Mahayana (24) Vajrayana (9) zen (6)

Selasa, 18 Mei 2010

Hukum Karma






Hukum Karma

Kamma(bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sansekerta) artinya perbuatan. Kamma atau Karma adalah suatu perbuatan yang dapat membuahkan hasil, dimana perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan dan sebaliknya perbuatan jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan bagi pembuatnya.

Semua perbuatan yang dilakukan atau disertai dengan kehendak berbuat (cetena) merupakan Kamma. Kehendak dapat berarti keinginan, kemauan, kesengajaan atau adannya rencana berbuat.

Sang Buddha bersabda: “O, Bhikkhu! Kehendak berbuat (cetena) itulah yang kami namakan Kamma.” (Anguttara Nikaya III : 415)

Perbuatan yang tidak mengandung unsur kehendak dengan sendirinya tidak tergolong Kamma yang dapat menimbulkan akibat atau hasil perbuatan:


1.      Perbuatan yang netral murni, misalnya duduk, berdiri, berjalan, tidur, melihat dan lain-lain menurut keadaan yang wajar.
2.      Perbuatan-perbuatan yang kelihatan baik atau jahat, namun tidak disertai kehendak. Misalnya:
1.      Waktu berjalan, ada semut yang terinjak mati
2.      Tanpa disadari, uangnya jatuh dan dipungut oleh seorang cacat yang amat memerlukan uang
Semua perbuatan akan menimbulkan akibat dan semua akibat akan menimblkan hasil perbuatan. Akibat perbuatan disebut kamma-vipaka, dan hasil perbuatan disebut kamma-phala.

Dari segi perbuatan atau salurannya, kamma dibedakan atas:
Mano-kamma = perbuatan pikiran
Vaci-kamma = perbuatan kata-kata
Kaya-kamma = perbuatan badan jasmani

Sedangkan menurut sifatnya, kamma dapat dibagi menjadi dua bagian:


1.      Kusala-kamma = perbuatan baik
2.      Akusala-kamma = perbuatan jahat
Kusala-kamma berakar dari kusala-mula, 3 akar kebaikan:
     Alobha : tidak tamak
     Adosa : tidak membenci
     Amoha : tidak bodoh

Akusala-kamma berasal dari akusala-mula, 3 akar kejahatan:
     Lobha : ketamakan
     Dosa : kebencian
     Moha : kebodohan

Jadi Hukum Karma adalah hukum perbuatan yang akan menimbulkan akibat dan hasil perbuatan (kamma-vipaka dan kamma-phala), Hukum kamma bersifat mengikuti setiap Kamma, mutlak-pasti dan harmonis-adil.
Klasifikasi Kamma:

·         Kamma menurut fungsinya
·         Kamma menurut kekuatannya
·         Kamma menurut waktunya.
 PEMBAGIAN KARMA MENURUT FUNGISNYA:

1.      Janaka-kamma: Kamma yang berfungsi menyebabkan timbulnya suatu syarat untuk kelahiran makhluk-makhluk.
Tugas dari Janaka-kamma adalah melahirkan Nama-Rupa:
Janaka-kamma melaksanakan Punarbahava, yaitu kelahiran kembali dari makhluk-makhluk di 31 alam kehidupan (lapisan kesadaran) sebelum mereka mencapai pembebasan Arahat.
2.      Upatthambaka-kamma: Kamma yang mendorong terpeliharannya suatu akibat dari suatu sebab yang telah timbul. Mendorong kusala atau akusala-kamma yang telah terjadi agar tetap berlaku.
3.      Upapilaka-kamma: Kamma yang menekan kamma yang berlawanan agar mencapai kesetimbangan dan tidak membuahkan hasil. Kamma ini menyelaraskan hubungan antara kusala-kamma dengan akusala-kamma.
4.      Upaghataka-kamma: Kamma yang meniadakan atau menghancurkan suatu akibat yang telah timbul, dan menyuburkan kamma yang baru. Maksudnya kamma yang baru itu adalah garuka-kamma, sehingga akibatnya mengatasi semua kamma yang lain.

PEMBAGIAN KAMMA MENURUT KEKUATANNYA:

Garuka Kamma
Adalah kamma yang berat dan bermutu. Akibat dari kamma ini dapt timbul dalm atu kehidupan, maupun kehidupan berikutnya. Garuka kamma terdiri dari:
a.
Akusala-garuka-kamma
b.
Kusala-garuka-kamma



Akusala-garuka-kamma
Kamma yang berat terdiri dari 2 kelompok, yaitu:
1.      Niyatamicchaditthi, yaitu pandangan yang salah. Maksudnya memandang yang salah adalah benar dan yang benar diartikan salah. Terdapat 10 pandangan hidup yang salah:
1.      Tidak murah hati. Tidak pemaaf atau tidak suka menolong kesukaran orang/makhluk lain.
2.      Tidak mengerti faedah berdana. Mengangap bahwa berdana adalah suatu kebodohan yagn tidak ada hasilnya.
3.      Tidak memberikan hadiah pada tamu. Tamu adalah seorang atau sekelompok orang yang kedatangannya membahagiakan kita atau yang kedatangannya kita harapkan. Memberikan hadiah pada tamu yang dewasa ini di kota terutama berarti memberikan minuman.
4.      Perbuatan baik atau perbuatan jahat dianggap tidak ada hasil atau akibatnya. Seorang yang yakin perbuatan baik akan membawa hasil tentu berusaha menambah kebaikan pada setiap kesempatan di manapun ia berada, dan sebaliknya berusaha menghndari perbuatan yang salah setiap kali akan dilakukan.
5.      Tidak percaya pada dunia ini, tidak percaya akan kebenaran Dhamma, hukum-hukum kesunyataan; yaitu kelompok manusia yang penuih dengan kekecewaan, kebencian, ketamakan, dan kebodohan.
6.      Tidak percaya pada dunia yang akan datang; tidak percaya akan tumimbal lahir, kehidupan yang akan datang.
7.      Tidak mengerti fungsi seorang ibu, dan
8.      Tidak mengerti fungsi ayah, menganggap tidak membawa akibat apapun yang dilakukan pada mereka.
9.      Tidak mempercayai adanya makhluk yang mati atau yang dilahirkan kembali.
10.  Tidak melakukan disiplin menyendiri (khusus untuk para Buddha/Arahat)
2.      Pancanantariya-kamma, yaitu 5 perbuatan durhaka.
1.      Membunuh ayah
2.      Membunuh ibu
3.      Membunuh seorang Arahat
4.      Melukai seorang Buddha
5.      Memecah belah Sangha
Mereka yang melakukan salah satu dari 5 perbuatan durhaka di atas, setelah meninggal akan lahir di alam Apaya (duka/rendah), yaitu alam neraka, binatang, setan dan raksasa.



Kusala-garuka-kamma
Adalah perbuatan “bermutu”, yaitu dengan bermeditasi , hingga mencapai tingkat kesadaran jhana. Ia akan dilahirkan di alam sorga atau lapisan kesadaran yang tinggi, yang berbentuk atau tanpa bentuk (16 rupa-bhumi dan 4 arupa-bhumi)  
2.      Asanna-kamma
Kamma yang dilakukan sebelum saat mati seseorang, baik lahir maupun batin, terutama dengan pikiran. Misalnya memikirkan perbuatan baik atau jahat yang telah dilakukan di masa lalu. Jadi mempunyai pikiran yang baik di kala akan meninggal adalah merupakan hal yang penting, yang akan menentukan bentuk kehidupan berikutnya menjadi lebh baik. Asanna-kamma berlaku apabila tidak melakukan garuka-kamma.
3.      Acinna-kamma atau Bahula-kamma
Apabila seorang dalam hidupnya tidak melakukan garuka-kamma dan di saat akan meninggal tidak pula melakukan Asanna-kamma, maka yang menentukan corak kelahiran berikutnya adalah acinna-kamma. Acinna-kamma atau Bahula-kamma adalah kamma kebiasaan, baik dengan kata-kata, perbuatan maupun pikiran. Walaupun seorang hanya sekali berbuat baik, namun karena selalu diingat, menimbulkan kebahagiaan hingga menjelang kematiannya, hal ini akan menyebabkan kelahiran berikutnya mnjadi baik. Demikian juga seorang yang hanya seklain bernuat jahat, karena selalu diingat menimbulkan kegelisahan hingga akhir hidupnya, sehingga akan lahir di alam yang tidak baik. Oleh karena itu apabila kita pernah berbuat jahat, maka perbuatan jahat itu harus dilupakan; demikian pula sebaliknya kalau kita pernah berbuat baik, perbuatan itu perlu selalu diingat.
4.      Katatta-kamma
Bila seorang tidak berbuat Garuka-kamma, Asanna-kamma atau Acinna-kamma, maka yang menentukan bentuk kehidupan berikutnya adalah katatta-kamma, yaitu kamma yang ringan-ringan, yang pernah diperbuat dalam hidupnya.

1 komentar:

  1. blog yg sgt bagus.
    aku sudah membaca semuanya.
    dan sangat membantu saya untuk menjadi lebih baik.
    terima kasih :)

    BalasHapus