Tradisi

Therawada (150) Mahayana (24) Vajrayana (9) zen (6)

Rabu, 25 September 2013

Kategori Dhamma


Kategori DhammaKarya: Taman Budicipta




Dikatakan bahwa dalam hal pembabaran Dhamma, gabungan kemampuan dari kedua murid terhebatnya, yakni Bhante Sariputta dan Bhante Mahamoggalana, baru dapat dibandingi dengan kemampuan Sang Buddha.  Hal ini dikarenakan walau Bhante Sariputta memiliki kemampuan menjelaskan dan menguraikan Dhamma yang luar biasa, akan tetapi ia tak berkemampuan membaca pikiran orang, tak berkemampuan melihat langsung kwalitas batin orang.  Akan tetapi kemampuan Bhante Mahamoggalana dalam menembusi kwalitas pikiran orang ini mengakomodasikan ketidakmampuan Bhante Sariputta ini.  Sang Buddha sendiri mengakui bahwa ia adalah ahli pembaca pikiran orang.  Dengan mengetahui tingkat batin seseorang ditambah dengan kemampuan luar biasa beliau dalam menjelaskan dan menguraikan Dhamma, maka tak heran Sang Buddha disebut sebagai guru yang tiada taranya.

Artikel ini mengkategorikan Dhamma sesuai dengan tingkat batin si pendengar.  Hal ini sangat penting dikarenakan hanya Dhamma yang selaras tingkatnya dengan si pendengar yang akan mampu memberikan manfaat terbesar kepada si pendengar.

Secara umum, umat Buddhis termasuk umat awam maupun para bhikkhu dapat dikategorikan dalam beberapa tingkat perkembangan batin.  Dengan demikian, Dhamma yang sesuai untuk mereka juga berbeda-beda.

1.  Jenis yang tak bermoral
Dhamma yang sesuai untuk mereka adalah ajaran tentang manfaat sila.  Umumnya orang yang tak bermoral (pembunuh, pencuri, pemerkosa, pembohong, dan pemakai narkoba) memiliki kwalitas batin yang cukup gelap sehingga sangat sulit untuk memberikan ajaran Dhamma kepada mereka.  Akan tetapi ada juga orang yang tak bermoral bukan dikarenakan kekejaman atau nafsu atau pandangan sesat, akan tetapi dikarenakan situasi dan kondisi yang dihadapinya.  Contohnya adalah Angulimala yang menjadi pembunuh sadis karena perintah gurunya.  Orang-orang seperti ini akan mampu mengerti Dhamma, walau akibat dari perbuatan jahat mereka akan tetap diterima oleh mereka suatu saat.  Jadi terlihat disini bahwa perbuatan jahat tidaklah sama walau terlihat sama oleh mata manusia biasa.  Yang lebih penting adalah motivasi dari perbuatan masing-masing.

2. Jenis yang bermoral
Dhamma yang sesuai untuk mereka adalah analisa sila dan manfaatnya sehingga mereka mampu mengerti bagaimana moral baik mereka dapat digunakan untuk meraih hal yang lebih mulia.  Ajaran lain yang berguna adalah manfaat dana dan Dhamma para Ariya.  Dhamma para Ariya yang dimaksud di sini adalah ajaran tentang kesunyataan mulia.  Terdapat banyak jenis subkategori dari jenis orang yang bermoral ini: jenis yang memiliki keyakinan, jenis yang memiliki kebijaksanaan, jenis yang memiliki keduanya, dan jenis yang tak memiliki keduanya.  Jenis yang memiliki kebijaksanaan dan keyakinan tentu adalah yang lebih mulia dari jenis yang hanya memiliki satunya saja.  Sedangkan jenis yang memiliki keyakinan sulit dibandingkan dengan jenis yang memiliki kebijaksanaan karena ada kalanya yang satu lebih unggul dari yang lain.  Hal yang dapat menentukan keunggulan satu diantara lainnya adalah faktor pandangan, yakni mana diantara mereka yang memiliki pandangan benar.  Zaman ini ditandai dengan banyaknya aliran-aliran agama Buddha.  Banyak dari aliran ini berisi tradisi yang telah ditambahi setelah parinibbana Sang Buddha.  Sebagian besar dari tradisi ini bukanlah Dhamma, dan malahan ada beberapa tradisi tersebut yang bertentangan dengan Dhamma.  Jadi orang yang berkeyakinan bukan berarti ia berkeyakinan terhadap aliran/tradisinya, akan tetapi ia yakin terhadap ajaran langsung dari Sang Buddha.

3.  Jenis yang berpandangan benar

Jenis ini ditandai dengan telah mantapnya moral, keyakinan, dan kebijaksanaan.  Maksud kebijaksanaan di sini adalah pengertian yang mantap tentang semua ajaran dasar Sang Buddha, yang telah terbebas dari kekeliruan dan pandangan salah.  Hal-hal yang patut ditekuni lebih lanjut di sini adalah mengurangi noda amarah dan nafsu.  Jalan yang ditempuh untuk mengurangi noda amarah dan nafsu adalah teknik meditasi vipassana dan samatha.  Vipassana menguranginya dengan pengamatan, ingatan, dan perenungan.  Samatha menguranginya dengan ketenangan batin yang bertahap.  Ketika meditasi berhasil, maka noda amarah dan nafsu baru dapat dilenyapkan secara total. 

4.  Jenis yang berpandangan benar dan yang terbebas dari noda amarah dan nafsu

Jenis ini telah mendekati tujuan akhir.  Dikatakan bahwa hal-hal yang menunda mereka dalam pencapaian tujuan akhir ini adalah keterikatan yang terlalu kuat terhadap Dhamma, keyakinan yang terlalu kuat, atau kebijaksanaan (penganalisaan, penguraian) yang terlalu kuat (sehingga menimbulkan keresahan batin yang halus).  Semua hal ini  menghalangi penembusan langsung terhadap kesunyataan mulia karena kurangnya faktor keseimbangan.  Pembabaran Dhamma untuk jenis orang ini memerlukan kemampuan menembusi batin orang tersebut secara langsung atau setidaknya peminta nasehat menjelaskan situasinya kepada ia yang telah tercerahkan sehingga yang tercerahkan (biarpun ia tak mampu menembusi batin orang) mampu memberikan nasehat sesuai dengan situasi yang diberikan.  Contoh klasik dalam hal ini adalah bimbingan Bhante Sariputta terhadap pencerahan sempurnanya Bhante Anurudha, murid Sang Buddha yang terhebat mata dewanya.

5.  Jenis yang tercerahkan secara sempurna


Seperti yang disebutkan di atas, para arahat—makhluk yang telah tercerahkan secara sempurna—memiliki kemampuan yang berbeda-beda.  Dengan demikian, para arahat masih tetap menganggap Sang Buddha sebagai guru mereka.  Tentunya dalam hal ini, tugas mereka sebagai seorang murid telah selesai.  Apa yang telah diajarkan Sang Buddha telah dipahami oleh mereka secara sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar