Agama Buddha Masa Kini
Oleh Yang Mulia Bhikkhu Piyadassi Mahathera
Agama Buddha, pertama dibabarkan oleh Sang Buddha sendiri dan kemudian bersama dengan murid-murid Beliau yang telah mencapai tingkat Arahat. Selama dua ratus tahun pertama dalam sejarahnya, agama Buddha hanya ada di India bagian Utara. Kemudian hadirlah Raja Asoka, seorang penguasa dunia yang unik, yang menerima ajaran Sang Buddha dan berusaha untuk mendidik rakyat India dengan cara menyebarkan ajaran Buddhis tersebut, terutama aspek etikanya. Asoka memerintahkan agar ajaran-ajaran itu dipahatkan pada batu-batu besar. Maka ajaran-ajaran itu pun menjadi khotbah pada batu dalam pengertian sebenarnya, bukan secara kiasan. Asoka sangat terkesan pada jiwa toleransi yang besar, yang diajarkan oleh Sang Buddha, dan di bawah kepemimpinan raja ini agama-agama lain menikmati kebebasan penuh tanpa tekanan dan halangan.
Menyadari pentingnya manfaat yang akan diperoleh dari ajaran tentang welas asih dan kebijaksanaan seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha ini. Raja Asoka mengerahkan segenap usahanya untuk menyebarluaskan ajaran Sang Buddha di luar India.
Sejarah agama Buddha tidak dapat dipisahkan dari sejarah budaya Timur dan masyarakat Timur. Di antara semua pengaruh yang membentuk budaya Asia, agama Buddha merupakan salah satu yang paling dalam. Selama lebih dari 2.500 tahun, prinsip dan ide Buddhis telah mewarnai pemikiran dan perasaan masyarakat Timur.
Pengaruh agama Buddha pada dunia Barat dapat dilihat kembali pada masa sebelum era Kristiani. Karena keterbatasan ruang, hal ini tidak mungkin dijelaskan secara lengkap. Tetapi, masyarakat Eropa hanya mempunyai sedikit gambaran mengenai agama Buddha ketika para pengembara, terutama para misionaris Kristen, berlayar ke Asia pada abad enam belas. Dan para misionaris ini tidak dapat kita harapkan satu versi yang otentik dan tidak bias mengenai apa yang dibabarkan oleh Sang Buddha. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari tulisan-tulisan tentang agama Buddha yang dibuat oleh para misionaris di masa lampau. Akan tetapi harus disebutkan bahwa beberapa missionaris Kristen memberikan sumbangan yang berharga pada abad delapan belas dan awal abad dua puluh.
Satu penelitian yang dilakukan dengan cermat mengenai sejarah agama Buddha menyatakan bahwa agama Buddha dulunya telah berada di tangan beberapa ilmuwan yang berurusan dengan 'agama yang hidup' ini, semata-mata hanya dari sudut pandang akademis saja. Sekarang kondisi telah berubah, dan agama Buddha tampaknya telah mengambil peran baru. Dengan semakin banyaknya literatur Bhuddis di dunia Barat, dan dengan semakin banyaknya misionaris Buddhis yang dengan rendah hati telah membuat orang-orang Barat mengenal agama Buddha, maka masyarakat Eropa dan Amerika mulai mengerti bahwa agama Buddha bukan hanya suatu sistem doktrin semata, melainkan suatu cara hidup —suatu cara berlatih dalam bidang moral, intelektual, dan spiritual, yang menuju pada kebebasan pikiran sepenuhnya— serta sumber pengetahuan yang tidak ada habisnya, fondasi keagamaan untuk peradaban yang sangat penting di dunia. Tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa perubahan baru ini terjadi terutama karena para ilmuwan selama ratusan tahun telah bekerja tak kenal lelah tanpa pamrih.
Akhir-akhir ini banyak perubahan yang telah terjadi di Barat. Minat terhadap agama Buddha, terutama meditasi Buddhis baik Theravada maupun Mahayana, semakin meningkat. Banyak perkumpulan, kelompok, lembaga, kuil Buddhis (yang di Amerika disebut 'Vihara Buddhis') telah berdiri. Segala macam buku tentang berbagai aspek agama Buddha ditulis, baik yang diterbitkan maupun yang hanya untuk kalangan sendiri. Demikian juga, ribuan jurnal dan majalah telah dicetak. Literatur agama Buddha saat ini, seperti halnya di masa lalu, telah menjadi aset yang berharga bagi penyebaran agama Buddha di dunia Barat. Dalam jangka waktu tiga puluh tahun, Kandy Publication Society di Srilanka telah menjadi satu penerbit Buddhis yang besar, dengan hasil cetakan lebih dari 2,5 juta. Pemasarannya menjangkau sampai 86 negara, termasuk negara-negara terpencil seperti Iceland, Pulau Figi, dan negara-negara komunis.
Majalah berita Buddhis Internasional yang dicetak di Srilanka bernama 'New World Buddhism', yang memuat segala berita di dunia Buddhis serta artikel-artikel tentang Theravada dan Mahayana, menjadi sangat populer di Barat.
The WorldFellowship of Buddhists yang berkantor pusat di Thailand dengan cabang-cabangnya di banyak negara, serta W.F.B. Review yang diterbitkan setiap empat bulan, telah memegang peran yang sangat berarti dalam menanamkan keyakinan Buddhis yang lebih mendalam dan menguatkan ikatan persaudaraan di antara negara-negara Buddhis.
Dewasa ini, ilmu pengetahuan mulai menyerang keras agama-agama yang dogmatis dan keyakinan buta, sehingga dengan cepat menghilang. Kemajuan pesat yang terjadi di dunia sains saat ini menyebabkan kaum muda mempunyai kejenuhan terhadap agama dogmatis yang tidak menjawab kehausan mereka akan pengetahuan spiritual. Akan tetapi, sains sendiri bukan merupakan pengganti atau alternatif bagi agama. Sains tidak menyatakan demikian dan tidak bertujuan demikian. Sains tidak berhubungan dengan nilai-nilai etika serta spritual, dan tanpa nilai-nilai itu sains terbukti lebih merupakan kutukan daripada berkah bagi umat manusia.
Kita telah melihat bahaya sains yang kosong dari elemen-elemen etika. Alangkah mengerikannya akibat bom atom dan senjata , nuklir, tetapi percobaan-percobaan nuklir masih juga terus berjalan. Seperti yang dikatakan Dwight D. Eisenhower almarhum, salah satu presiden U.S.A.: "Sains tampaknya telah siap menyelimuti kita dengan kekuatan, sebagai hadiah bagi kita, untuk menghapus kehidupan manusia dari planet ini".
Agama-agama tradisional dengan teori-teori kunonya tidak lagi dapat memenuhi tantangan dunia baru yang sedang tumbuh. Generasi muda, terutama di dunia Barat, sedang mencari sesuatu yang baru karena dogma dan teori yang secara tradisional diterima, telah gagal memuaskan mereka. Pertanyaan mengenai 'diri di dalam' (inner self), 'dunia di dalam' (inner world) tetap tak terjawab. Nilai-nilai yang ditaruh pada aspek materi kehidupan dianggap sudah seharusnya demikian, sehingga nilai-nilai itu tampak begitu palsu bagi pikiran yang sedang mencari-cari.
Masalah di dunia barat pada dasarnya bersifat psikologis. Tampaknya pengetahuan materi, sains serta teknologi belum memberi manusia jawaban mengenai permasalahan dunia. Pengetahuan seperti itu hanya mengakibatkan lebih banyak masalah yang terus bertambah.
Kita memerlukan pesan yang berisi harapan, cinta kasih sejati dan kebijaksanaan. Mereka yang sedang mencari pesan semacam itu akan mendapatkannya dalam ajaran Sang Buddha.
Dua puluh lima abad yang lalu, di Taman Rusa di Sarnath, India, dekat kota kuno Benares, kita mendengar Pesan Sang Buddha yang mengubah pikiran dan kehidupan umat manusia. Meskipun Pesan ini mula-mula didengar hanya oleh lima pertapa, kini ajaran tersebut telah meresap secara damai ke berbagai sudut dunia, dan besar sekali keinginan untuk mengetahui hal ini secara lebih baik dan lebih mendalam.
Jawaharal Nehru, PM India terdahulu, menulis dalam The Discovery of India (The Signet Press, Calcutta, hal. 44):
'Di Samath, dekat Benares, rasa-rasanya aku melihat Sang Buddha membabarkan ajaran Beliau yang pertama, dan beberapa kata Sang Buddha yang tercatat bergema padaku melalui kurun waktu dua ribu lima ratus tahun'.
'Pesan Sang Buddha, yang sudah amat lama tetapi tetap terasa baru serta asli bagi mereka yang terserap dalam pemikiran-pemikiran metafisika, menawan khayalan para intelektual; Pesan itu meresap jauh ke dalam lubuk hati orang-orang itu'. (Ibid. hal. 138)
Zaman demi zaman berlalu, namun Sang Buddha tampaknya tidak pernah jauh; suara Beliau berbisik di telinga kita dan mengatakan agar kita tidak melarikan diri dari perjuangan ini, melainkan menghadapinya dengan mata yang tenang. Kita harus melihat dalam kehidupan ini kesempatan-kesempatan yang lebih besar untuk terus tumbuh berkembang dan maju'. (Ibid. hal. 143)
[ Dikutip dari Buku PENGABDIAN TIADA HENTI, 20 th Abdi Dhamma Sangha Theravada Indonesia, Penerbit Buddhis Bodhi. Judul Asli: Theravada Budhism, Present Situation; dari buku W.B.F. Unity Of Diversity; The World Fellowship Of Buddhists Headquarters Bangkok, Thailand ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar