Tradisi

Therawada (150) Mahayana (24) Vajrayana (9) zen (6)

Rabu, 24 Februari 2010

Agama Dan Penyalahgunaan Narkotika

 
Agama Dan Penyalahgunaan Narkotika
Oleh Bhikkhu Pandit P. Pemaratana Nayaka Mahathera 
 


Obat bius bukanlah sesuatu yang baru bagi umat manusia, sebagai contoh, marijuana (ganja) telah dikenal manusia hampir 5000 tahun. Narkotika seperti opium dan bermacam-macam produknya seperti heroin, morfin, paragorik dan kodein, biasanya digunakan dalam pengobatan sebagai obat penenang dan penawar sakit, sedangkan obat bius buatan manusia seperti LSD( Lysergic acid diethylamide/semacam obat bius yang keras) digunakan dalam jumlah tertentu untuk pengobatan gangguan mental dan gangguan emosional.

Akan tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini, masalah obat bius menjadi begitu hangat khususnya diantara kaum muda, masalah ini mengancam beberapa atau seluruh negara di dunia sebagai masalah utama kesehatan. Beribu-ribu bahkan berjuta-juta pemuda menderita, hidup tanpa arti, dan tragis. Suatu penderitaan dan kesakitan yang tidak terbatas. Mengapa mereka menggunakan obat bius? Alasan-alasan yang diberikan oleh beberapa pengguna obat bius tersebut termasuk yang hanya " ingin tahu " dan " iseng saja " adalah " karena hanya itulah yang dapat dilakukan ". Alasan-alasan ini terutama yang diberikan oleh mereka yang sebelumnya tidak pernah menggunakan obat bius dan yang didesak serta didorong untuk memulainya.

Kadang-kadang obat bius digunakan sebagai jalan keluar dari keadaan yang tidak menyenangkan, terutama oleh mereka yang bingung dan frustasi dimana mereka kehilangan/tidak dapat menerima kenyataan. Bahaya yang mengancam dalam penggunaan obat bius ini ialah dapat membuat seseorang menjadi ketagihan atau lebih buruk lagi dapat kecanduan obat bius tersebut. Jika secara psikologi, seseorang sudah terikat dengan obat bius, maka akan sangat sulit baginya untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.

Pengaruh-pengaruh buruk dari kelebihan penggunaan obat bius meliputi sakit mental, panik, cacat lahir, kehilangan koordinasi tubuh, penghayal, tidak bergairah, kegagalan dalam penggunaan organ tubuh. Secara sosial seorang pencandu obat bius biasanya akan menyebabkan kesulitan bagi dirinya sendiri daam kaitannya dengan hukum. Banyak sekali pencandu obat bius ditangkap karena mencuri atau melakukan kejahatan lainnya. Jika persediaan obat bius habis, pecandu obat bius akan melakukan kejahatan dalam upaya mendapatkan uang yang cukup untuk membeli obat bius yang mahal itu. Biasanya kesehatan yang buruk dari pecandu sering memperpendek hidupnya sekitar 15 sampai 20 tahun.

Gerakan Anti Obat Bius

Pemerintah mengalami kesulitan dalam kampanye anti obat bius, karena obat bius dapat dengan mudah disembunyikan dan dibawa. Selain itu, perdagangan obat bius merupakan bisnis yang sangat menguntungkan. Sebagai contoh, satu kilogram opium mentah yang dibeli dari petani di Turki sekitar 100 dollar US, setelah diproses menjadi morfin, heroin, dll, dan diseludupkan ke Amerika mungkin dapat dijual sekitar 600.000 dollar US. Karena keuntungan yang besar itu, maka hukum tidak akan dapat menghalangi perdagangan obat bius tersebut.

Oleh karena itu, dalam penyelesaian masalah ini, tidak hanya terletak pada hukuman yang berat bagi penyalur obat bius. Perhatian harus juga ditujukan untuk mendidik masyarakat akan bahaya dari penggunaan obat bius. Selain itu alternatif yang dapat dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada kaum muda untuk keluar dari rasa frustasinya melalui kegiatan yang berguna dan tidak berbahaya. Dalam hal ini Agama dapat dan harus memainkan peranannya.

Sebagai contoh, sekolah minggu atau vihara-vihara merupakan tempat yang baik untuk menghabiskan waktu seseorang sekaligus untuk menahan diri dari penggunaan obat bius

dan kemabukan. Tempat seperti itu menyediakan pendidikan umat Buddha untuk hidup damai dan mengatur dirinya dalam hidup sehari-hari menurut Sila yang akan mengangkat standar hidupnya. Buddhisme mengajarkan suatu nilai moral dasar dan tidak hanya menolong diri sendiri tapi juga masyarakat agar hidup dalam dasar-dasar tersebut (Sila).

Pemerintah dapat mengadakan pendidikan demikian untuk melenyapkan bahaya yang dihasilkan dari kecanduan warga negaranya terhadap alkohol dan obat bius.

Pengaruh-pengaruh buruk dari penggunaan obat bius

Sang Buddha bersabda, " Keinginan terhadap sesuatu yang bersifat materi dan keinginan terhadap kenikmatan hawa nafsu akan membuat manusia menjadi egois dan tidak akan pernah puas. Orang seperti itu hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak perduli terhadap apa yang terjadi pada orang lain sebagai akibat dari kesalahan dan keegoisannya.

Gambaran ini sesuai bagi pecandu obat bius, yang mencari kesenangan bagi dirinya dan untuk sementara waktu melupakan masalahnya dengan menggunakan obat bius. Tindakannya dalam melakukan kejahatan untuk membiayai obat bius yang diperlukannya , dan pengaruh dari hal itu akan menimbulkan masalah-masalah buruk terhadap masyarakat. Secara singkat obat bius menyebabkan ketidaktahuan dan kegelapan pikiran. Mereka adalah " iblisnya pikiran " dan " penguras isi dompet ". Mereka menimbulkan kesengsaraan bagi suami-suami, istri-istri dan anak-anak. Mereka berbahaya bagi kesehatan manusia, hasilnya adalah kemerosotan dalam fisik dan moral.

Pada bagian atas digambarkan kepribadian pencandu obat bius. Hal ini penting untuk mengetahui karakter, kepribadian, dan tipe dari kecanduan obat bius agar dapat diberikan penanganan yang sesuai dalam merehabilitasi, memperbaiki atau mengobati mereka.

Pengetahuan akan kepribadian pencandu obat bius memungkinkan pemerintah yang bersangkutan, swasta maupun perwakilan-perwakilan kesejahteraan untuk menyediakan pendidikan terhadap bahaya dari ketergantungan obat bius ( kaum muda pengguna obat bius lebih meningkat jumlahnya dibanding kelompok-kelompok yang lebih tua dalam abad 20 dari pada abad-abad sebelumnya )

Tiga type dari pecandu obat bius

Kami mengklasifikasikan obat bius sebagai berikut :

  1. Pecandu-pecandu utama.
    Termasuk didalamnya orang-orang dengan kepribadian buruk,gelisah dan depresi. Pencandu-pencandu dengan kepribadian dengan kepribadian demikian memiliki motivasi yang mentah dan tidak memiliki kemampuan untuk mengenali tujuan secara dewasa.Pencandu-pecandu dengan kegelisahan dan karakteristik depresi ini memiliki cita-cita yang tinggi tetapi dengan penghargaan yang rendah.Reaksi mereka terhadap situasi lingkungan menghasilkan ketakutan dan depresi.Juga perlu dicatat bahawa orang-orang yang profesional dan semi profesional dengan pendidikan yang lebih tinggi dapat pula termasuk ke dalam kelompok terakhir. Oleh karena itu,pemerintah perlu segera melakukan sesuatu tindakan yang "sesuai" untuk merehabilitasi pencandu-pecandu yang menderita itu.
  2. Pecandu-pecandu Symptomatic.
    Mereka agresif, dan bersifat antisosial (psikopat). Mereka menolak untuk mengikuti peraturan moral masyarakat . Biasanya mereka juga melakukan tindakan-tindakan kejahatan.
  3. Pecandu-pecandu obat bius yang bersifat reaktif.
    Yang termasuk kelompok –kelompok ini adalah anak remaja. Bagi mereka penggunaan obat bius merupakan jalan untuk mendapatkan sambutan dari kelompok sebayanya. Anak muda ini mecoba obat bius karena ingin tahu dan dalam beberapa kasus karena ketidaktahuan akan bahaya obat bius. Untuk kelompok pecandu obat bius ini seharusnya disediakan pendidikan yang sesuai. Ketika Sang Buddha mencapai penerangan sempurna, Beliau menunjukan jalan bagi pengikutNya dengan cara mengundang "datang dan buktikan" (Ehipasiko). Jalan itu,yang paling menentukan dalam Empat Kesunyataan Mulia dari Buddhisme yang disebut juga Jalan Utama Beruas Delapan. Kedelapan ruas jalan ini digolongkan dalam Sila (Moralitas), Samadhi (konsentrasi), dan Panna (kebijaksanaan).
Sila terdiri dari berkata benar, perbuatan benar, dan mata pencaharian benar. Samadhi terdiri dari usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar. Panna terdiri dari pengertian benar dan pikiran benar.

Untuk umat Buddha, peraturan moral yang terdiri dari lima aturan ( Panca Sila ) yang sederhana yaitu; menjauhkan diri dari pembunuhan, pencurian, prilaku seks yang tidak wajar, berkata dusta dan minuman yang memabukkan dan obat bius. Dengan lima perbuatan ini umat Buddha membangun dirinya sesuai dengan moral dasar, setiap hari membersihkan pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Selain itu, pada hari Uposatha (hari puasa) seperti hari-hari pada saat bulan purnama, ia dapat, jika ia mau untuk menjalankan tiga tambahan peraturan yang sifatnya lebih tinggi ( Atthanga sila atau delapan peraturan).

Sang Buddha tidak menganjurkan pertapaan yang berat, tetapi hanya sesuatu yang diperlukan untuk membebaskan seseorang karena cinta kasih yang besar. Suatu manfaat hidup sederhana dari umat Buddha teladan dengan mempraktekkan kemurahan hati serta mengembangkan kebajikan yang universal. Untuk kehidupan umat Buddha diberikan suatu nilai dasar moral yang mana menyelimuti kesucian pikiran, perkataan dan perbuatan.

Aturan susila dan disiplin, bagaimanapun hanya permulaan dari ajaran Sang Buddha. Tujuan mereka adalah untuk membuka jalan kepada kemajuan batin melalui pengembangan batin. Obat bius dan perusak pikiran yang lain tidak mempunyai tempat dalam memahami sifat dasar dari kenyataan yang sebenarnya.

Sigalovada Sutta

Sang Buddha mengemukakan beberapa kotbah untuk menambah ajaran-Nya. Kotbah-kotbah ini sering diucapkan dalam istilah yang sederhana dan dapat dengan mudah dimengerti. Sebagai contoh pertama, saya akan mengutip dari Sigalovada Sutta, yang mana terutama terdiri dari nasihat yang diberikan oleh Sang Buddha kepada Sigala.

Sang Buddha menasihati Sigala bahwa ada 6 saluran pemborosan untuk menghamburkan kekayaan, yang mana oleh seorang umat Buddha harus dihindari, mereka adalah:

Kegemaran akan minuman keras
Berkeliaran di jalan tanpa kenal waktu
Sering berpelesir
Gemar berjudi
Bergaul dengan orang jahat
Ketagihan akan kemalasan (malas bekerja)

Dalam hal pertama, Sang Buddha bersabda, "O, Sigala, ada 6 akibat buruk dari kegemaran akan minuman keras, yang mana disebabkan oleh ketagihan dan ketidaktahuan, yakni:

Harta bendanya segera habis
Menimbulkan pertengkaran
Mudah diserang penyakit
Mendapat reputasi buruk
Mendapat rasa malu
Kecerdasan menurun

Kemudian, di dalam Parabhava Sutta (sebab-sebab kemerosotan), Sang Buddha bersabda, "Manusia yang ketagihan kepada wanita, minuman keras, perbuatan jahat, menghambur-hamburkan segala sesuatu yang dimiliki, itulah sebab kemerosotan seseorang".

Dalam Manggala Sutta (berkah termulia), Sang Buddha ditanya bagaimanakah berkah termulia itu? Sang Buddha menjawab, " … menghindari dan menjauhi perbuatan jahat, menjauhkan diri dari minuman keras, dan tekun dalam menjalankan kebajikan, itulah berkah termulia."

Dari apa yang telah disebutkan di atas, sekarang jelaslah bahwa Buddhisme menyediakan petunjuk-petunjuk khusus bagi kemajuan dan perkembangan diri pemuda-pemuda di zaman moderen, jika kita lihat kembali mengenai self reliance dan latihan serta pencapaiannya dalam sejarah kita tidak dapat mengatakan bahwa agama secara umum telah sukses untuk jangka waktu yang panjang dalam menggali sifat-sifat baik dalam diri manusia. Kesalahan terletak pada sifat manusia itu. Insting binatang yang terdapat pada diri manusia " yang paling kuat yang dapat bertahan hidup "sering kali lebih kuat daripada ajaran agama.

Oleh karena itu agama modren harus mampu membangkitkan keyakinan penuh dalam diri manusia. Agama harus dapat menahan pernyataan-pernyataan keras dari pengetahuan ilmiah dan secara filosofis harus cukup luas mencakup semua elemen dari perjalanan-perjalanan manusia. Hanya agama yang demikian yang dapat memberikan kepada manusia suatu kesadaran yang mendalam tentang nilai-nilai spiritual dan perasaan aman serta mendominasi pikiran mereka sehingga dapat membuat mereka mengikuti jalan kebenaran tanpa rasa takut karena mengetahui benar bahwa pada akhirnya kebijakan akan menang.

Obat penenang tidak pernah dan tidak akan pernah menyentuh bagian terdalam dan kehidupan subyektif manusia untuk mempengaruhinya untuk perbaikan dan untuk masyarakat. Hanya dengan suatu agama yang sesuai dengan sifat alami pikiran yang akan bias menyentuh dan memperbaiki kekacauan serta mengobati pikirannya.

Alkoholisme Dan Kecanduan Obat Bius

Biasanya manusia menyukai rangsangan syaraf walaupun mereka merasa tidak begitu memerlukannya. Diantara perangsang tersebut, yang paling kuat ialah kecanduan alkohol dan obat bius Psychedelic. Pada tingkat permulaan, pecandu alkohol dan pecandu obat bius meminum dan menelan minuman keras ini dengan kesalahpengertian bahwa obat bius ini dapat memberikan tambahan tenaga bagi mereka. Pada akhirnya minuman keras yang sama dapat menyerangnya dan dapat membuatnya tidak berdaya sehingga menyebabkannya menjadi seorang psikoneurotis yang tidak tersembuhkan. Jika kecanduan alkohol dan obat bius, berkembang menjadi suatu kebiasaan hidup dalam diri seseorang, maka akan menimbulkan banyak kesukaran untuk keluar dari kebiasaan buruk tersebut.

Cara dan jalan terbaik adalah tidak terpengaruh, bahkan dalam jumlah yang sedikit atas kesenangan yang berbahaya ini. Bagi mereka yang telah dimangsa oleh kesenangan yang merusak ini, cara terbaik dan paling membantu untuk dilakukan adalah harus berteman lebih dekat dengan orang-orang bijaksana dan menjalankan ajaran agama serta tentu saja mencoba menghilangkan penggunaan obat bius . Jika keinginan terhadap alkohol dan obat bius tersebut timbul di dalam pikiran, maka seseorang dapat menghindari dan menghilangkan keinginan tersebut dengan beberapa macam minuman tanpa alkohol. Beberapa orang memakan sayuran hijau atau mikrobalan kuning (Sansekerta, amalaka dan haritake) dalam situasi sulit seperti ini.

Salah satu akibat buruk kecanduan alkohol dan kecanduan obat bius adalah dapat memperbudak dan memperlemah kemauan keras dari seseorang. Ini merupakan kebiasaan mental yang dapat mengacaukan dan dapat melemahkan pikiran. Orang tersebut disebut mengalami gangguan mental (Neurotik). Tidak sulit untuk sembuh dari hal tersebut.

Umumnya, sebagian besar masyarakat tidak mengetahui nilai-nilai kehidupan. Generasi yang lebih muda secara keseluruhan lebih banyak lagi. Semakin tidak tahu dan berpikir panjang, semakin mudah seseorang terjebak dalam kejahatan. Seperti yang disebutkan dalam tulisan diatas, alkohol dan obat bius adalah alat yang mudah untuk mendapatkan uang yang banyak. Dalam perdagangan seperti ini, orang yang bodoh karena kebodohannya biasanya bersedia membayar sesuai dengan permintaan si penjual.

Pikiran bijaksana harus sadar akan siasat buruk dari pedagang-pedagang yang merusak ini. Sudah waktunya bagi orang-orang sosial dan para dermawan, pemuka agama dan pemerintah untuk tampil ke depan dan berusaha sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan mereka untuk mencegah orang-orang bodoh yang dimangsa oleh sifat buruk dan kejahatan tersebut.

Meditasi

Kita sekarang melangkah pada persoalan dari pecandu obat bius dan meditasi. Sang Buddha menyatakan bahwa pikiran kita yang terkonsentrasi pada usaha benar dan pengertian benar dapat menghasilkan hasil yang besar. Pikiran yang bersih dan sehat akan menuju kepada kesehatan dan kehidupan yang tenang. Hal ini dapat dicapai apabila pikiran terkendali dan dijaga pada garis yang benar sehingga berguna bagi pemiliknya dan bagi masyarakat. Oleh karna itu pikiran seseorang bisa menjadi sahabat atau musuh. Kecanduan obat bius dalam pandangan ini adalah buruk karena menghasilkan kekacauan pikiran yang mana merugikan pemiliknya maupun orang lain. Penggunaan Halucinogen (Obat yang dapat menimbulkan hayalan) atau obat bius seperti LSD menghasilkan kekacauan dan kekeliruan pikiran. Obat bius ini mengakibatkan perubahan persepsi, pikiran dan perasaan atau pengaruh-pengaruh batiniah yang mana dapat membawa seseorang lebih keliru, bingung dan mengerikan. LSD berbahaya karena pandangan yang keliru atas hasilnya, dimana mengakibatkan pecandu sering melakukan bunuh diri.

Sebaliknya, meditasi adalah suatu proses daya cipta batin yang tidak pernah berakhir. Meditasi merubah emosi yang tidak terkendali, pikiran dan perasaan menjadi suatu kesatuan harmonis yang menerangi pikiran. Mental Buddhis berkembang melalui meditasi yang berkaitan dengan sublimasi, harmonisasi dan integrasi dari semua kwalitas manusia dan kemampuan yang menekankan pada pentingnya usaha individu (Viriya), Hasil dari pelaksanaan ajaran agama ialah daya cipta pikiran (Dhammavicaya), pengetahuan akan kebijaksanaan (Panna), kesadaran langsung dari pemusatan meditasi (Ekaggata), mencintai semua mahluk (Metta) dan keyakinan dengan pengertian (Saddha) terhadap guru yang telah mencapai penerangan sempurna. Orang bijaksana akan mengikuti petunjuk dari pimpinan agama dengan memusatkan perhatiannya. Pemeliharaan pikiran dan penerangan tidak dapat dicapai melalui pemakaian obat bius seperti LSD. Penggunaan obat bius hanya akan menyebabkan ketidakteraturan pengembangan pikiran dari orang biasa yang tidak berpengetahuan atau pertimbangan-pertimbangan yang memungkinkannya untuk mengetahui kebenaran.

Bagaimana Bermeditasi

Meditasi akan berhasil dengan jalan dipraktikkan, tidak hanya untuk mengembangkan kemaun keras, tetapi juga sebagai suatu alat yang mudah bagi pecandu alkohol dan pecandu obat bius untuk membuang kebiasaan buruk mereka dan menghancurkan kebiasaan tersebut. Oleh karna itu, bagaimana bermeditasi pada gilirannya akan dijelaskan pada bagian ini. Tempat yang terbaik untuk bermeditasi ialah tempat yang terpencil, sepi dan suasana religius yang tenang. Dapat di dalam rumah pemiliknya sendiri atau di ruang meditasi atau di tempat suci di vihara-vihara. Bangsa Indian kuno lebih menyukai di bawah pohon atau di batu besar di dalam hutan.

Sikap badan yang terbaik untuk bermeditasi ialah sikap bunga teratai maksudnya ialah duduk diatas lantai atau di atas alas duduk, letakkan kaki kiri di atas paha kanan dan kaki kanan di atas paha kiri. Sikap badan ini memungkinkan duduk dengan menyenangkan di atas bangku atau kursi dengan badan dan kepala tegak. Jika orang tersebut sudah duduk dengan baik pada posisi duduknya, ia harus menegangkan tubuhnya. Ketegangan akan menghentikan setiap ketegangan dan gerakan. Jika tubuh telah tenang, ia akan teguh seperti batu, batang kayu atau tumbuhan. Di dalam tubuh yang tenang, tidak ada usaha fisik maupun ketegangan yang diperlukan untuk sikap badan seperti itu. Cara terbaik dan termudah untuk mencapai obyek meditasi ialah melalui pernafasan, menghirup dan membuang nafas. Dimana saja seseorang berada dan kemana saja ia pergi, obyek meditasi ini seharusnya selalu bersamanya. Jika badan dalam keadaan tenang, sang mediator harus mencoba memusatkan pikirannya (mencapai kesadaran) hanya dalam dua bentuk gerakan, memasukkan dan mengeluarkan nafas. Dalam usaha ini, ia harus menghentikan semua bentuk pikiran dan mencoba untuk sadar akan gerakan pernafasan. Ketika mencapai kesadaran dengan konsentrasi yang benar, orang tersebut tidak mengetahui apa-apa, kecuali gerakan pernafasan. Ia melupakan sekitarnya, bahkan tubuhnya sendiri. Konsentrasi akan menuju ke pikiran yang terkendali dan menjinakkannya. Oleh karena pengendalian ini, kemauan keras akan berkembang dan memperkuat dirinya. Selain itu konsentrasi adalah suatu jalan untuk mempertajam pencapaian kesadaran yang mana membantu penajaman persepsi, dan pada gilirannya membantu gambaran yang benar atau pemikiran rasional yang akan menyebabkan timbulnya kemauan yang keras. Tidak ada batas waktu untuk mencapai konsentrasi pikiran. Sampai Anda merasa puas, anda boleh melanjutkan meditasi. Jikalau Anda adalah seorang pecandu alkohol atau pecandu obat bius, Anda harus menghentikan penelanan obat-obat dan alkohol ini paling sedikit tiga hari sebelum meditasi.

Renungkan secara mendalam atau dalam keheningan kalimat ini tujuh kali atau lebih: "Alkohol dan obat bius adalah merusak dan berbahaya bagi kesehatan pikiran. Sekarang keinginan dan perbudakanku terhadapnya dengan cepat diturunkan dan secara berangsur-angsur dihilangkan. Aku akan tumbuh sebagai manusia dengan kemauan keras. Sekarang aku dapat menghentikannya sama sekali. Ini adalah kemenanganku ".

[ Naskah asli: Religion and Drug abused, diterjemahkan oleh Edi Wijaya. Dikutip dari Majalah Dharma Prabha]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar