Cinta Sejati oleh Sri Paññavaro MahaThera
Kalau kita mau meneliti kehidupan kita. Meneliti
dengan jujur. Kita akan sadar apa yang kita butuhkan. Apa yang kita
butuhkan Saudara? kita butuh: makanan, pakaian, tempat tinggal,
obat-obatan, kepandaian, uang, dan masih banyak lagi. Kita butuhkan
semua itu, tidak lain karena kita butuh bahagia. dengan cukup sandang,
cukup pangan, punya kepandaian dan tersedia uang; kita akan merasa
bahagia.
Tetapi, ada satu hal yang selalu kita
butuhkan. bahkan, yang selalu dibutuhkan setiap insan. Kita semua butuh
yang satu ini, tetapi justru kita sendiri tidak menyadarinya. Memang
kita semua butuh makan, butuh pakaian, butuh sarana kehidupan lain.
Memang uang, sesuatu yang perlu, pendidikan sesuatu yang lebih perlu
lagi. Memang, sementara orang ingin menjadi kaya, ingin kedudukan;
karena kalau kekayaan dan kedudukan itu digunakan sesuai dengan Dharma,
sesuai dengan ajaran agama; tentu, membahagiakan banyak orang. tetapi,
lebih dari semua kebutuhan itu, diatas uang, makanan, pakaian,
pendidikan, kekayaan, dan kekuasaan; kita semua masih butuh yang satu
ini. Apakah itu? Yang satu itu tidak lain adalah: bahwa di atas
segala-galanya, kita semua butuh: Cinta kasih.
Tentang cinta kasih ini, dalam agama Buddha sendiri banyak teori. Apakah
yang disebut dengan cinta sejati? Apakah yang disebut dengan cinta yang
agung, cinta yang tanpa pamrih keserakahan? Sang Buddha menggambarkan
cinta kasih ini sebagai cinta sejati dengan suatu cintoh yang mudah kita
mengerti. Cinta sejati adalah cinta seorang ibu kepada putranya yang
tunggal.
Cinta ibu adalah cinta sejati. Sejarah
kehidupan dan semua agama mengakui cinta ibu ini. Ibu sejati selalu
memberi.
Pada awal kehidupan kita yang sekarang
ini, ibu kita masing-masing telah memberikan pengorbanan yang sangat
besar kepada kita. ibu mempertaruhkan kehidupannya sendiri pada saat
melahirkan kita. Tidak ada orang lain yang pernah memberikan pergorbanan
seperti itu selain ibu kita sendiri. Setelah kelahiran, ibu membesarkan
kita dengan memeberikan susu darahnya sendiri. Memang, ada juga
kadang-kadang ibu yang kejam. Tetapi yang digunakan oleh Sang Buddha
untuk menggambarkan cinta kasih ini dadlah cinta ibu sejati. Cinta ibu
sejati itulah contoh nyata cinta sejati yang bisa dilakukan oleh setiap
manusia.
Cinta ibu adalah cinta sejati yang
ideal tetapi bsa kita jumpai dalam kehidupan ini. Cinta sejati itu bukan
cinta dari dunia dongeng. Cinta sejati, cinta ynag tanpa pamrih
keserakahan.
Bukan hanya anak membutuhkan cinta
ibu, cinta orangtuanya. Tetapi, setiap insan, sadar atau tidak sadar,
membutuhkan cinta. Anak-anak ingin dicintai oleh orangtua mereka. Mau
mengakui atau tidak mau mengakui, anak-anak ingin diperlakukan dengan
cinta ayah ibu mereka. Tetapi, harus diingat juga, ayah ibu ingin
mndapatkan cinta dari anak-anaknya. Cinta sejati anak terhadap orangtua
mereka, akan membuat ayah ibu mereka bahagia.
Kalau
ayah ibu gagal memberikan cinta kepada putr-putrinya, kalau ayah ibu
alpa mencurahkan cinta sejati kepada anak-anak mereka; anak-anak mereka
susah mendapatkan cinta sejati itu dari orang lain. Apa kemudian
jadinya? Tidak jarang, mereka yang tanpa cinta orangtua itu, pergi
mencari cinta murahan.
Tidak jarang pula,
mereka yang tidak mendapatkan kehagatan cinta dari orangtuanya, sedangan
pada saat -saat remaja- justru mereka masih membutuhkan cinta- mereka
kemudian menjadi nakal. Kepuasan mereka dapat dengan melakukan apa saja
yang mereka mau, supaya banyak orang memperhatikannya. Dan, mereka cukup
bahagia dengan diperhatikan oleh banyak orang. Perhatian yang
dibutuhkan terhadap perbuatan-perbuatan ugal-ugalan itui, adalah cinta
yuang murahan juga. Tidak hanya remaja yang selalu dibicarakan, tetapi
juga kita semua, temasuk generasi yang tua-tua; kalau Saudara gagal
mendapatkan cinta yang agung, Saudara akan membuat sesuatu yang
aneh-aneh, yang bukan-bukan. Oleh karena, dengan membuat sesuatu yang
aneh-aneh itu, Saudara akan diperhatikan oleh orang banyak orang.
Perhatian banyak orang terhadap keanehan-keanehan Saudara adalah cinta
murahan yang sedang Saudara cari.
Kita semua
ingin hidup bahagia. Tetapi, kebahagian tidak mungkin datang dengan
begitu saja. Setiap hari kita dihadapkan beragai macam persoalan. Supaya
persoalan-persoalan itu tidak menghancurkan kita, Supaya di
tengah-tengah persolan itu bisa tumbuh kebahagian, kita perlu kesabaran
dan cinta kasih. Sabar dan cinta kasih membuat kita bisa bertindak
hati-hati. Sabar dan cinta kasih membuat emosi terkendali. Sabar dan
Cinta kasih menumbuhkan kebijakasanaan. Sabar dan cinta kasih memimpin
kita semua menuju bahagia. Sebaliknya, kalau kita menghadapi sesuatu
dengan dengki dan marah, sesungguhnya kita sudah menjadi setengah gila.!
Kebahagain memang sesuatu yang cukup mahal. harus dibeli dengan sabar
dan cinta kasih. Tetapi, sabar dan cinta kasih itu bukan sesuatu yang
mustahil. Kita harus memulai sekarang; dan kita, bisa memulai itu,
sekarang.
Saya yakin, sabar dan cinta kasih ini
bukan hanya tuntutan bagi umat Buddha saja. Tuntutan sabar dan
kebutuhan cinta kasih adalah masalh kita semua, tuntutan bagi semua umat
beragama. Lawan dari sabar dan cinta kasih adalah dengki dan marah.
Dengan dengki dan marah, keharmonian dan kedamaian, baik damai dalam
keluarga maupun damai di dunia, tidak bisa tercapai. Justru dengki dan
marah menjadi sumber penghancur dan pembuat onar disetiap tempat.
Dengan uraian di depan, saya ingin mengajak Saudara
untuk bersama-sama menyadari bahwa cinta kasih adalah kebutuhan setiap
insan. kebutuhan di atas segala kebutuhan materi. Cinta sejati
dibutuhkan oleh semuanya. Tidak membeda-bedakan agama, bangsa, tradisi
dan segala macam. Cinta sejati kita butuhkan untuk bisa hadir pada
setiap kita menghadapi persoalan. Orang tua perlu cinta-cinta dari
putra-putrinya. Anak-anak butuh cinta dari orangtua mereka. Sebagai
anggota masyarakat, hidup dengan saling mencintai membuat masyarakat
damai dan harmoni.
Sebagai umat beragama
marilah kirta bersama-sama memikul tanggung jawab bersama terhadap
bangsa dan negara tercinta ini, bahkan tehadap bangsa dan negara
tercinta ini, bahkan tehadap kemanusian, dengan mempunyai dan memberikan
cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari. Kenakalan-kenakalan anak-anak
kita, anak-anak kita sendiri; perbuatan-perbuatan aneh, kadang-kadang,
para ayah ibu; persoalan dalam keluarga, dan problem-problem masyarakat;
harus diselesaikan dengan rasa cinta sejati. Cinta sejati tidak
menuntut pamrih ini atau itu. Cinta ini adalah cinta demi kebahagian
bersama. Perkenankan saya mengajak Saudara, meskipun Saudara sangat
sibuk, amat penting kedudukan Saudara; jangan lupa berikanlah cinta pada
anak-anak. Bahkan kewajiabn ini adalah kewajiban orangtua terhadap
anak-anak, terhadap anak-anaknya sendiri. mereeka naka, mereka
berkelahi, tidak perduli lagi pada moral, mereka masuk dalam kenikmatan
narkotaika, ganja, dan segal macam; jangan datang dengan menyalahkan
mereka; tetap setiap ayah dan ibu hendaknya datang dengan cinta sejati.
Bukannya tidak mungkin, mereka mencari orangtua sudah lama pergi
darinya.
Kepada setiap remaja ingin saya minta.
Jangan tuntut cinta dari orangtua kepadamu. Remaja yang baik adalah
remaja yang tidak menuntut, tetapi remaja yang bisa memberiakan cinta
dari perlakuan sayang kepada orangtuanya. Ingatlah, orang tua pun perlu
cintanya darimu. Orang tua yang tidak mendapatkan kehangatan cinta dari
anak-anaknya, mereka pun akan mencari cinta murahan juga. berbuat
semaunya sendiri. Tidak perduli lagi pada tanggung jawab terhadap
anak-anaknya. Para remaja yang baik, berikanlah cintamu pada ayah ibumu.
Mereka perlu cinta darimu. Dengan perhatian dan cintamu, mereka akan
mencintaimu, mereka akan sadar dan teguh dalam kewajibannya terhadap
putra-putrinya.
Marilah kita bersama mengisi
kehidupan ini dengan dasar tanggung jawab besama. Marilah kita menjaga
dan mengisi masyarakat. pancasila ini dengan mengembangkan rasa cinta
sejati. Cinta sejati, cinta yang selalu memberi kekuatan pada kita.
Kekuatan untuk mengendalikan diri. Hanya cinta kasih, cinta sejati, yang
bisa menyelamatkan keluarga, masyarakat dan dunia ini dari kehancuran.
Disadur dari, "Kumpulan Dhammadesana oleh Sri Paññavaro Thera Jilid I"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar