PSIKOLOGI & AGAMA BUDDHA
Dalam Perspektif Kepribadian yang Sehat
Pendahuluan
Perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat selama kurun waktu satu abad terakhir membuat sebagian umat Buddha bertanya-tanya bagaimana sebenarnya posisi agama Buddha dalam kacamata sains. Sesungguhnya, agama Buddha mempunyai peranan besar dalam bidang psikologi. Dikatakan bahwa agama Buddha adalah sains mengenai pikiran.
Di dalam kitab Abhidhamma Pitaka dijelaskan secara terperinci mengenai berbagai macam kondisi pikiran dan kategori kesadaran. Banyak neuroscientist dan psikoterapist terkemuka menjadi pelopor dalam mempelajari agama Buddha untuk digunakan dalam studi seperti terapi untuk gangguan tidur, penyembuhan terhadap pemikiran dan bentuk-bentuk mental yang negatif, pemahaman terhadap proses terjadinya mimpi, tidur, dan proses kematian.
Berikut ini penulis sedikit mengulas mengenai kepribadian yang sehat menurut pandangan Barat (psikologi) dan pandangan Timur (agama Buddha), berikut ini:
Pandangan Barat
Apakah kepribadian yang sehat itu? Beberapa ahli teori ilmu psikologi Barat mengemukakan bahwa persepsi kita mengenai diri dan dunia sekitar kita harus objektif; ahli-ahli lain mengemukakan bahwa orang-orang yang sehat memakai pandangan subjektif mereka sendiri tentang kenyataan sebagai dasar untuk tingkah laku. Yang lainnya mengemukakan bahwa kita tidak dapat menjadi sehat secara psikologis tanpa sungguh-sungguh melibatkan diri dalam suatu pekerjaan; atau soal tanggung jawab terhadap orang lain.
Orang yang sehat secara psikologis mengontrol kehidupan mereka secara sadar. Walaupun tidak secara rasional, orang yang sehat mampu secara sadar mengatur tingkah laku mereka dan bertanggung jawab terhadap nasib mereka sendiri.
Orang yang sehat secara psikologis mengetahui diri mereka siapa dan apa. Orang-orang seperti ini menyadari kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan, kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan mereka, dan umumnya mereka sabar dan menerima apa adanya hal-hal mereka. Mereka tidak berkeinginan menjadi sesuatu yang bukan mereka. Meskipun mereka dapat memainkan peranan-peranan sosial untuk memenuhi tuntutan dari orang lain atau situasi-situasi, namun mereka tidak mengacaubalaukan peranan-peranan ini dengan diri mereka yang sebenarnya.
Orang lain umumnya menyetujui bahwa sifat kesehatan psikologis ialah bersandar dengan kuat pada masa sekarang. Meskipun kebanyakan diantara ahli-ahli teori itu percaya bahwa kita tidak kebal terhadap pengaruh-pengaruh masa lampau (khususnya masa kanak-kanak), namun tidak seorangpun mengemukakan bahwa kita tetap dibentuk oleh pengalaman-pengalaman awal. Orang-orang yang sehat secara psikologis hidup di masa sekarang.
Beberapa ahli teori menekankan suatu pandangan terhadap masa depan sebagai sesuatu yang sangat penting bagi kepribadian yang sehat. Orientasi kita harus ke tujuan-tujuan dan tugas-tugas yang akan datang, tetapi tidak mendorong kita untuk mengganti masa sekarang dengan masa depan. Orang yang sehat secara psikologis tidak merindukan ketenangan dan kestabilan, tetapi merindukan tantangan dan kegembiraan dalam kehidupan, tujuan-tujuan baru, dan pengalaman-pengalaman baru.
Tidak ada petunjuk untuk kesehatan psikologis yang berlaku sama untuk setiap orang karena kita bukan salinan atau cetakan duplikat satu sama lain. Ada satu hal yang tetap dalam kodrat manusia yang kebanyakan para ahli psikologis sependapat adalah kodratnya yang istimewa; atau khas kita masing-masing adalah unik. Tidak ada pendekatan-pendekatan untuk kesehatan psikologis yang cocok untuk setiap orang, sama seperti satu obat yang tidak akan menimbulkan akibat yang sama, meskipun semua orang yang menggunakannya memiliki penyakit yang sama. Obat itu akan mujarab untuk beberapa orang dan kesehatan mereka akan membaik atau obat itu tidak akan menghasilkan pengaruh pada orang-orang lain, dan berbahaya untuk orang-orang yang lain lagi.
Pengaruh dari pendekatan-pendekatan bagi kepribadian yang sehat berbeda tidak hanya untuk orang-orang yang berbeda, tetapi juga untuk orang yang sama pada usia yang berbeda. Nilai-nilai, kekurangan-kekurangan, kebutuhan-kebutuhan, ketakutan-ketakutan, dan harapan-harapan kita berubah luar biasa ketika kita maju dari salah satu tingkat perkembangan ke tingkat perkembangan selanjutnya. Dari masa kanak-kanak ke masa muda, masa remaja dewasa, usia setengah tua, usia tua, kepribadian kita terus berkembang. Apa yang kita butuhkan untuk diri kita pada usia 20 tahun mungkin tidak sesuai lagi pada usia 40 tahun.
Secara ideal, kita tidak pernah berhenti berkembang. Kita mengalami pengalaman-pengalaman baru dan akibatnya kita berubah, jika kita benar-benar terbuka pada dunia. Pakaian, aktivitas-aktivitas, dan nilai-nilai dari usia 17 tahun tidak cocok lagi untuk usia 35 tahun. Apa sebabnya? apakah kita harus sependapat bahwa jalan menuju kepribadian sehat dari anak yang berusia belasan tahun menjadi jalan bagi orang dewasa yang matang?
Tetapi, bagaimana kita menemukan jalan yang benar pada setiap tingkat pertumbuhan? penulis menduga bahwa kita menemukannya dengan cara yang sama sebagaimana kita pelajari apa yang cocok bagi kita dalam setiap ruang lingkup kehidupan. Kita mencoba gaya-gaya hidup yang berbeda, sejumlah kepercayaan, dan peran-peran sosial untuk melihat bagaimana hal-hal itu cocok dengan kita. Orang-orang yang tampaknya memiliki kesempatan yang sangat besar utnuk mencapai kesehatan psikologis adalah orang-orang yang cukup bebas (cukup aman dengan diri mereka) mengadakan percoabaan dengan petunjuk yang berbeda untuk melihat petunjuk manakah yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Orang lain dapat menganjurkan jalan yang harus diikuti, tetapi hanya Anda yang dapat mengatakan bagaimana jalan itu berhasil.
Menurut Dr. Carl Jung, seorang pendiri psikologi analitik dan pelopor psikologi modern, psikologi analitik sangat dekat kaitannya dengan metode agama Buddha yang esensinya terkait dengan masalah asal mula penderitaan, metode untuk mengatasinya, kategori keadaan mental, dan pemahaman yang mendalam mengenai kesadaran.
Mark Epstein, dalam bukunya yang berjudul "Thoughts Without a Thinker" berusaha menggabungkan ilmu psikologi Barat dengan Ajaran Buddha. Ia mengatakan bahwa ingatan-ingatan yang hilang, emosi-emosi yang menyakitkan, pandangan-pandangan khayal, nafsu untuk menghancurkan dapat ditemukan akarnya pada Ajaran Buddha. Dengan ditemukan akarnya, maka Ajaran Buddha menawarkan suatu metode bagi seseorang untuk mencapai kebahagiaan yang sehat.
Berbeda dengan tipe kepribadian yang sehat yang telah diajarkan oleh Sang Buddha. Kepribadian yang sehat sebagaimana telah diajarkan oleh Sang Buddha di dalam Abhidhamma Pitaka disebut Arahat. Sifat-sifat kepribadian sehat tersebut telah ditransformasikan secara permanent, di mana semua motif, persepsi, perbuatan, yang sebelumnya dilakukan di bawah pengaruh faktor faktor tidak sehat telah lenyap.
Sifat sifat kepribadian yang sehat tersebut meliputi:
1. Keterbebasan dari keserakahan, ketakutan, kebencian, pandangan sempit, hawa nafsu, kemarahan dan sifat membeda-bedakan.
2. Memiliki sikap-sikap seimbang dalam memandang orang lain, tenang dalam semua keadaan, waspada, keterbukaan, dan kepekaan.
Seorang Arahat memiliki sebuah kemiripan dengan orang-orang yang mengalami aktualisasi diri sebagaimana yang mana ada pada tulisan-tulisan Maslow dan Rogers.
Namun, kepribadian yang sehat seperti seorang Arahat dianggap terlalu radikal oleh dunia Barat, sangat jauh melampaui objektivitas dan harapan terapi kejiwaan (psikoterapi) di Barat.
Dilihat dari kacamata para psikolog di dunia Barat, sifat sifat kebajikan tersebut terlalu sulit dan mulia untuk diwujudkan karena menjadi seorang Arahat tidak mungkin hanya dapat terjadi dalam waktu semalam saja tetapi membutuhkan suatu pelatihan bertahap.
Antara Barat dan Timur dalam hal psikologi dan psikoterapi dapat disimpulkan bahwa metode psikoterapi dan ajaran psikologi di Barat belum mencapai tingkatan yang dituntut di Timur. Medrad Boss, seorang filosof Swiss yang terkenal pernah mengatakan bahwa dipandang dari sudut ajaran-ajaran dan tingkah laku guru-guru Timur; metode- metode dan tujuan-tujuan psikoterapi, psikologi Barat tidaklah memadai.
Menurut Boss, jika dibandingkan dengan tingkat pemurnian diri yang dituntut oleh latihan-latihan dari Timur, maka analisa latihan Barat yang paling baik sekalipun tidak lebih dari suatu kursus pengantar saja bagi timur.
Sumber:
Duane Schultz; Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat; 1991
Ivan Taniputera Dipl.Ing; Sains Modern dan Buddhisme. Menelaah Persamaan Buddhisme dan Sains dalam Bidang Kosmologi, Fisika Kuantum, Biologi, Matematika dan Psikologi; Yayasan Karaniya, Jakarta; 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar