Memilih Buddha Dhamma
Oleh: Karma Jigme Rofin B.A. (Hons)
Setelah 2500 tahun lebih Buddha Dhamma dibabarkan oleh Sang Buddha, semakin hari semakin banyak pula terjadi penafsiran yang berbeda-beda tentang AjaranNya. Mereka yang merasa paling mengerti Dhamma mulai memisahkan diri dengan menarik pengikutnya untuk mendirikan sekte-sekte atau aliran kepercayaan Buddha dan mengklaim bahwa hanya merekalah yang mempratekkan ajaran murni dan praktis yang dibabarkan oleh Sang Buddha.
Agar umat Awam tidak salah memilih jalan menuju pencerahan, ada baiknya kita mengetahui ciri-ciri dari Buddha Dhamma yang pernah diajarkan oleh Sang Tathagatha.
Sang Guru Manusia dan Para Dewata
Dalam kitab suci Tipitaka dikatakan pula bahwa apa yang diajarkan oleh Sang Buddha bukanlah merupakan ciptaan Sang Buddha, tetapi melainkan hukum alam (kesunyataan) yang ditemukan oleh-Nya. Oleh sebab itu, inti ajaran yang diajarkan oleh semua Buddha adalah sama, hanya cara penyampaiannya yang mungkin berbeda. Bila ada yang menyatakan bahwa ajaran sektenya benar dan ajaran Sang Buddha Gotama telah berlalu, hal ini tentu tidak sesuai dengan Buddha Dhamma itu sendiri. Sebab dalam kitab suci Buddha juga telah dikatakan bahwa hanya Manusia Buddha (Manussa Buddha) yang menurunkan ajaranNya ke dunia, sedangkan Dhayani Buddha dan Pacekka Buddha tidak menurunkan ajaran.
Dari kitab suci Buddha, kita juga tahu bahwa Manusia Buddha baru akan di lahirkan di dunia apabila ajaran Buddha terdahulu telah dilupakan orang. Dengan kata lain, Bodhisatva Maitreya yang sekarang berdiam di surga Tusita baru akan lahir di dunia apabila umat manusia tidak lagi mengenal Buddha Dhamma.Dengan demikian untuk masa sekarang ini tidak mungkin ada Manusia Buddha yang baru hidup didunia ini karena masih banyak peninggalan kitab suci Buddha yang berisi ajaran Sang Buddha Gotama, yang bahkan sekarang ini kitab suci Buddha telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia, misalnya Bahasa Thai, Bahasa English, Bahasa Chinese, dan tentunya sebahagian juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia..
Apabila ada yang memiliki kekuatan gaib, bisa mengetahui apa yang sedang anda pikirkan, bisa mengetahui masa lalu dan sejenisnya; kita jangan langsung mengatakan orang itu adalah seorang Buddha. Sebaliknya sebagai umat Buddha kita tidak boleh terikat oleh hal-hal seperti itu yang tidak dapat membawa manfaat diakhir kehidupan kita. Hal ini merupakan sesuatu yang biasa yang dapat dimiliki oleh manusia biasa sekalipun. Kekuatan gaib seperti mata dewa, telinga dewa, membaca hati orang lain merupakan hasil dari pencapaian dalam meditasi yang tidak permanen.
Dhamma AjaranNya
Dalam kitab suci Buddha tepatnya di Kalama Sutta, Sang Buddha menasehati kita agar jangan mudah percaya kepada sesuatu ajaran tertentu hanya karena memiliki umat yang banyak, sesuai dengan pandangan kita atau karena tercatat dalam kitab suci. Tetapi kita hendaknya meneliti terlebih dahulu, apakah ajaran tersebut bermanfaat bagi orang banyak dan diri kita sendiri, tidak menyusahkan atau menyebabkan orang menderita. Nah bila memang positif baru kita mempercayainya. Bahkan Sang Buddha juga meminta umat yang baru akan bergabung mengikuti ajaranNya juga mengevaluasi sendiri, tidak seperti ajaran lain yang meminta kita percaya kepada ajaran mereka tanpa boleh bertanya mengenai ajaran tersebut. Dalam agama Buddha, itu dikenal pula dengan istilah Ehipassiko, yang artinya datang, buktikan dan baru percaya.
Bila Anda dijanjikan iming-iming naik kesurga setelah Anda bergabung dengan sekte/aliran tertentu yang mengaku agama Buddha, sudah bisa dipastikan sekte/aliran tersebut tidak mengajarkan Ajaran Sang Buddha walaupun kadang mereka mengutip sedikit dari kitab suci Buddha. Tujuan akhir umat Buddha adalah untuk mencapai Nirvana, bukan hanya masuk surga karena dalam agama Buddha kelahiran di alam surga adalah tidak kekal. Seseorang yang jasa pahala kebajikannya telah habis akan terlahir di alam yang lain sesuai dengan jasa pahala yang tersisa. Sang Buddha sendiri bahkan tidak pernah menjanjikan surga kepada.pengikutnya. Bisa bahagia atau tidak, bisa mencapai pembebasan atau tidak, semuanya tergantung pada diri kita sendiri. Para Buddha hanya penunjuk jalan, Dhamma adalah jalan yang telah dibabarkan, kita sendiri yang menentukan kemana kita akan dilahirkan.
Dan yang lebih penting lagi bahwa tidak ada ajaran yang bersifat rahasia di dalam Dharma. Sang Buddha mengajarkan Dhamma demi kebahagiaan semua makhluk, jadi bila ada sekte Buddha yang mengajarkan anda beberapa kata rahasia yang tidak boleh diberikan kepada orang lain tentu itu bukan merupakan Dhamma. Bahkan menurut anggota dari sekte tersebut, kata-kata rahasia tersebut juga tidak boleh diberikan kepada istri, suami, atau orang tuanya sendiri.,Padahal dalam ajaran Sang Buddha, jelas ditekankan agar kita sebagai anak harus berbakti kepada orang tuanya sehingga dapat dipastikan bahwa sekte yang demikian bukanlah sekte Agama Buddha.
Penyembuhan spiritual terdapat dalam setiap agama termasuk Agama Buddha, akan tetapi dapat disembuhkan atau tidak seseorang semuanya dilihat dari ada tidaknya kamma baik yang ditanamkan orang tersebut. Dalam agama lain, ada juga yang tidak tersembuhkan oleh penyembuhan spiritual, tetapi hal yang kurang menguntungkan bagi mereka biasanya dipendam sehingga yang kita tahu adalah beberapa orang yang sembuh dibandingkan dengan jumlah yag lebih besar yang tidak tersembuhkan.
Umat Budha hendaknya tidak seharusnya berpaling dari Dhamma karena hal ini, karena penyebuhan itu tidaklah kekal, hanya sesaat. Siapapun yang disembuhkan akhirnya seseorang juga harus mati. Ini adalah fakta dari kehidupan. Apakah manfaatnya bila seseorang disembuhkan dari sakit untuk sakit sekali lagi, seperti halnya dibangkitkan dari kematian untuk mati sekali lagi. Itu hanya akan membuat anggota keluarganya bersedih berulang kali. Oleh sebab itu, umat Buddha yang bijaksana akan mencari obat 'Dhamma' yang dapat terhindar dari kematian, bukan terhindari dari sakit karena lahir, tua, SAKIT, dan mati merupakan hukum alam yang akan menimpa manusia.
Sangha
Siapakah Sangha ? Sangha adalah kumpulan Bhikkhu / Bhiksu / Bhiksuni, yakni umat Buddha tidak berkeluarga yang menjalani kehidupan suci untuk melatih diri memperoleh kebebasan. Biasanya anggota sangha menjalankan sila dan vinaya, mempratekkan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari, misalnya melaksanakan meditasi untuk memperoleh pandangan terang. Agar lebih mudah dikenali, biasanya anggota sangha mengenakan jubah kebhikkhuan dan tidak memelihara rambut (alias botak)
Bila ada sekte yang memiliki sangha tetapi anggota sangha tersebut boleh berkeluarga (misalnya punya istri atau anak), tidak menjalankan sila (misalnya suka membicarakan sesuatu yang tidak sopan, mengenakan perhiasan, nonton TV dan sebagainya) maka itu bukan merupakan sekte Agama Buddha.
Semoga dengan penjelasan yang singkat ini dapat membawa manfaat bagi umat Buddha terutama umat awam yang baru ingin belajar Dhamma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar