Mental Yang Kuat Dan Kokoh
Oleh Viriya Dharma Tarjoko
Mental yang kuat dan kokoh adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap orang, sebagai landasan untuk menerusuri perjalana hidup yang penuh deng liku-liku, tantangan dan ujian. Seorang yang telah memiliki mental yang kuat dan tokoh dalam hidupnya, ia dapat berdiri tegak di tengah-tengah masyarakat sekalipun harus menghadapi liku-liku, tantangan dan ujian hidup yang bagaimanapun beratnya.
“Seperti seekor gajah di medan perang
dapat menahan serangan panah yang
dilepaskan dari busur, begitu pula Aku
(Tathagata) tetap bersaar terhadap cacian,
sesungguhnya sebagian besar orang
mempunyai kelakuan rendah”.
(Dhammapada Bab XXIII, ayat 320)
Perjalanan hidup setiap manusia dapat diibaratkan persis seperti kalau kita mau berjalan menuju ke suatu desa terpencul yang indah, yang jalannya masih asli. Jalan yang akan kita lalui, tidak semuanya mulus dan rata, akadalanya kita harus berjalan di jalan yang penuh dengan lubang, dakian yang tinggi, tikungan yang tajam, debu yang tebl, lumpur yang dalam dan lain-lain, yang tidak bisa dihindari untuk menuju desa terpencul yang indah tersebut, karena tidak ada jalan lain kecuali jalan itu.
Demikian juga perjalanan hidup kita menuju suatu kebahagiaan, juga tidak semuanya menyenangkan dan membahagiakan, ada kalanya penderitaan, kesakitan, kesedihanpun akan kita lalui; liku-liku, tantangan dan ujian hidup yang tidak kita inginkan pun sering datang menhadap kita, seperti hinaan,celaan, cacian, makian, kata-kata kotor dan kasar, kegagalan, kehancuran, kekecewaan, dan lain-lain, yang sebenarnya itu tidak kita inginkan. Sungguhpun demikian kita tidak bisa lari dan menghindarkan diri dari kenyataan hidup ini. Untuk mencapai suatu kebahagiana, kita harus berani menerima dengan sabar, tenang, dan lapang dada, berpandangan luas yang didasari atas pengetahuan Dhamma (Ajaran Sang Buddha); karena lari dari kenyataan hidup berarti kita kalah dengan tantangan dan selamanya kita tidak akan pernah mencapai kebahagiaan yang kita inginkan. Karena itu kita harus berani menghadapi dan mengatasi tantangan tersebut, sekalipun tantangan itu sungguh berat kita rasakan. Memang, kalau tantangan itu sangat berat, rasanya kita ingin lari untuk meninggalkannya, tetapi ke manakah kita harus lari? Sedangkan buah karma atau akibat perbuatan yang telah kita pergi dan di dunia ini tidak ada tempat bagi kita untuk bersembunyi ataumenghindarkan diri dari akhiat perbuatan yang telah kita lakukan. Sesuai Sabda Sang Buddha yagn ditulis dalam Kitab Suci Dhamam[ada Bab IX, ayat 127 yang berbunyi sebagai berikut:
“Tidak di langit, tidak dilautan, tidak
dicela-cela gunung atau dimanapun jua
dpat ditemukan suatu tempat bagi
seseorang untuk dapat menyembunyikan diri
dari akibat perbuatan jahatnya”.
Untuk itu, mau tidka mau kita harus berani menghadapi liku-liku, tantangan dan ujian tersebut. Kita dituntut untuk mempersiapkan sesuaut agar bathin kita tetap tenang, seimbagn, tentram, damai dan bahagia, apabila kita menghadapi liku-liku, tantangan dan ujian hidup yang bagaimanapun beratnya.
Namun, kita sadari bahwa di dunia ini banyak orang yang tidak sadar akan hal-hal itu, malah justru banyak diantara kita yang tertidur nyenyak dengan impian, bayangan dan khayalan yang indah. Sedikit sekali yang memimpikan, membanyngkan, dan menghayalkan ujian dan tantangan berat yang mungkin akan menimpa dirinya, karena itulah ia terlena dan tidak mempersiapkan sesuatu sebagai bekal perjalanan berikutnya.
Timbul suatu pertanyaan, persiapan apakah yang harus kita siapkan? Pertanyaan ini sulit untuk dijawab bagi orang yang tertidur nyenyak dengan impian yang indah, tetapi, pertanyaan ini mudah bagi orang yang terjaga dan mengerti kehidupan yang sebenarnya!! Persiapan yang harus dipersiapkan disini bukan saja uang, harta benda atau ilmu, tetapi juga bekal “Mental Yang Kuat Dan Kokoh”. Inilah persiapan yang tidak kalah pentingnya yang harus kita persiapkan sejak dini, untuk menelusuri jalan kehidupan yang panjang yang penuh liku-liku, tantangan dan ujian.
Seseorang yang tidak mempersiapkan bekal mental yang kuat dan kokoh dalam hidupnya, diibaratkan seperti orang yang mau bepergian jauh, tetapi ia tidak mempersiapkan atau membawa bekal yang lebih dari kebutuhan yang akan diperlukan, ia hanya membawa bekal yang pas-pasan saja, tidak mempersiapkan bekal untuk kebutuhan yang tak terduga, untuk berjaga-jaga kalau-kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan menimpa dirinya di tengah perjalanan yang harus dikeluarkan sebagai bekalnya. Orang yang demikian ini akan mengalami sesuatu yagn tidak diinginkan menimpa dirinya ditengah perjalanan dan harus mengeluarkan sebagian bekalnya. Pertama kesedihan karena mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan, kedua kesedihan karena bingung, tidak ada pesiapan untuk itu, maka dengan terpaksa dan sedih hati ia harus mengurangi bekalnya yang pas-pasan itu, untuk memenuhi kebutuhan yang tak tak terduga, sedangkan perjalanan masih jauh. Sungguh hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi seorang yang sedang dalamperjalanan, yang bisa membuat ia menangis sedih. Dengan adanya hal ini kalau ia tidak bisa mencari jalan keluar, maka ia bisa terlantar di tengah perjalanan dan apabila ia tidak tabah dan sabar dalam menghadapinya maka di dalam pikirannya bisa muncul keinginan-keinginan untuk berbuat yang tidak baik untuk mencukupi kebutuhan hingga sampai tujuan, hal ini sungguh tidak kita inginkan.
Sungguh jauh berbeda bila kita bandingkan dengan orang yang telah mempersiapkan atau memiliki bekal mental yang kuat dan kokoh dalam hidupnya orang tersebut dapat diibaratkan, seperti seorang yang mau bepergian jauh, dan telah mempersiapkan bekal yang cukup bahkan lebih dari kebutuhan yang diperlukan sebagai bekal persiapan kalau-kalau di tengah perjalanan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpa dirinya dan harus mengeluarkan sebagian bekalnya. Orang tersebut tidak terlalu mengalami kesulitan ataupun kesedihan, karena memang ada persiapan untuk itu.
Demikian pula kita, yang akan berjalan jauh menelousuri perjalanan hidup yang panjang yang penuh liku-liku, tantangan dan ujian, juga harus mempersiapkan bekal yang cukup bahkan lebih untuk bekal perjalanan hidup kita yaitu bekal mental yang kuat dan kokoh, agar bathin kita tetap tenang, tentram, damai dab bahagia, bilamana kita menghadapi tantangan dan ujian hidup yang bagaimanapun beratnya.
Keadaan bahtin yang tenang, tentram, damai dan bahagia inilah suatu keadaan yagn selalu didambakan oleh setiap orang, tetapi kenapa keadaan ini sulit untuk dicapai oleh setiap orang. Memang sulit, jarang sekali orang yang telah bisa mencapainya, hal ini disebabkan karena sebagian besar manusia masih terkat keadaan duniawi, keinginan rendah diumbar menguasai dirinya, usaha untuk mengendalikannya jarang dilaksanakan, pikirannya terbungkus oleh debu kekotoran, ia tidak mengerti dan tidak menyadari keadaan hidup yang sebenarnya. Inilah yang menyebabkan ia sulit untuk mencapai ketenagnan, ketentraman, kedamaian dankebahagiaan, bathinnya terombang-ambing tak menentu, sungguh sangat menyedihkan. Untuk itu marilah kita belajar untuk tidak terikat dengan keadaan duniawi, berusaha untuk mengendalikan keinginan rendah, membersihkan pikiran dari kekotorannya untuk mengerti kehidupan yang sebenarnya, serta berusaha untuk memiliki mental yang kuat dan kokoh. Mental yang harus dimiliki oleh setiap manusia dalam hal ini diharapakna bukan mental yang buta, yang fungsinya hanya untuk menahan serangan saja, tetapi tidak mengerti darimana serangan itu datang, apa bentuknya dan siapa yang membuatnya, mleainkan mental yagn didasari atas pengertian yang benar, mental yang mengerti, mental yang tidak buta. Mental yang dapat menahan serangan, dan mengerti darimana serangan itu datang, mengerti bentuknya, dan mengerti siapa yang membuatnya, kemudian berusaha untuk memperbaikinya. Inilah mental yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Menurut Buddha Dhamma bahwa apapun yang kita terima pada kehidupan ini adalah bukan merupakan cobaan Yang Maha Kuasa, bukan kehendak para Bhramana, bukan dibuat oleh makhluk-makhluk halus, dan juga bukan disebabkan oleh orang lain, melainbkan hasil perbuatan diri sendiri yang telah dilakukan pada kehidupan yang lalu atau pada kehidupan sekarang, yang memang harus diterima. Kelahiran atau kehidupan kita pada saat ini adalah mearisi atau memetik buah kamma yang telah kita lakukan pada kehidupan yang lalu dan sekarang, yang memang harus kita terima dan kita jalani dengan baik. Buah kamma yang kita terima ada yang menyenangkan dan ada pula yan tidak menyenangkan kehidupan , buah kamma yang menyenangkan kita teirma dengan senyum dan hati gembira, lain halnya dengna buah kamma yangtidak menyenangkan, kita terima dengan muka masam dan hati sedih. Orang Bijaksana menerima kedua-duanya dengan muka dan hati yang sama, karena Ia telah mengerti keadaan hidup yang sebenarnya.
Lebih jauh lagi Sang Buddha telah menjelaskan bahwa kehidupan kita ini adalah tidak kekal adanya (Sabbe Sankkhara Anicca), semua yang ada di dunia ini yang terlahir, yang tercipta, yang berkondisi akan mengalami perubahan dan kehancuran, demikian pula semua yang kita miliki dan yang ada pada diri kita adalah tidak kekal adanya, akan mengalami perbuahan dan kehancuran dan pad suatu saat nanti baik cepat atau lambat pasti akan berpisah dari diri kita. Dengan memahami dn mengerti Dhamma (Ajaran Sang Buddha) serta menyadari akan kenyataan hidup yang sebenarnya, maka hal ini telah membuat mental kita menjadi kuat dan kokoh, sehingga kita tidak mudah goyah bilamana pada suatu saat kita menghadapi atau menerima sesuatu yang tidak kita kehendaki yang cukup berat dirasakan, karena kita telah mengerti dan menyadari kenyatan hidup yang sebenarnya,
Sang Buddha bersabda:
“Tidak ada sesuatu yang akan terjadi atas diri kita, kalau itu bukan bagian kita”.
Di dalam kehidupan masyarakat, memang banyak kita temui, orang yang mengalami kegoncangan bathin, bathinnya tidak tenang, hatinya tidak tentram, pikirannya kalut menjadi tidak normal, frustasi, ada yang sampai nekat untuk memutuskan hidupnya dengan cara yang salah. Itu semua disebabkan karena ia tidak mampu menerima atu menghadapi tantangan mental atau tantangan hidup yang berat yang memang harus ia hadapi. Ia tidk mempersiapkan bekal untuk itu.
Seseorang yang kaya raya, yang tidak mempersiapkan diri atau tidak mempersiapkan mental yang kuat dan kokoh untuk berpisah dengan harta bendanya, malah justru sangat terikat dengan harta kekayaannya, dan tidak pernah sadar bahwa harta kekayaan yang dimiliki bisa lenyap dengan seketika, maka bilamana benar pada suatu saat harta kekayaannya lenyap dengan seketika karena kebakaran, maka hal ini akan membuat si kaya itu mengalami kegoncangan bathin, apabila harta kekayaan yang lenyap itu hasil jerih payan yang dikumpulkan bertahun-tahun, kejadian ini sungguh membuat si kaya menjadi sedih. Inilah yang dimaksud salah satu tantangan mental yang cukup berat, yang membuat seseorang bisa menjadi goncang bathinnya, frustasi, bsedih hati yang berlarut-larut menyesali harta bendanya yang lenyap, apa lagi jika yang lenyap itu termasuk juga barang-barang yang baru saja dibeli dengan harga yagn cukup mahal yang sangat disenangi dan belum sempat untuk dinikmati. Tetapi orang yagn telah mempersiapkan mental untuk itu, kesedihannya tidak sampai menggoncangkan bathinya, kesedihannya tidak berkarut-larut, bahkan mungkin ia tidak merasakan kesedihan sedikitpun, karena ia telah mempersiapkan diri untuk itu dan telah memiliki mental yang kuat dan kokoh, serta dia sadar memang ini perjalanan hidup yang harus ia temui dan jalani.
Karena itu, marilah kita bersama-sama mempersiapkan mental yang kuat dan kokoh dalam diri kita, untuk menelusuri perjalanan hidup yang penuh dengan liku-liku, tantangan,, dan ujian hidup yang memang harus kita hadapi, kita terima, dan kita jalani, agar bahtin kita tetap tenang, tentram, seimbang, damai dan bahagia bilamana kita menghadapi sesuatu hal yang tidak kita inginkan.
Seorang yang kaya raya mempersiapkan diri atau mempersiapkan mental yang kuat dan kokoh untuk menjadi orang yang miskin dan berpisah dengan harta kekayaannya, sekalipun kemiskinan dan berpisah dengan harta kekayaannya itu tidak dikehendaki; seorang pedagang yang sukses mempersiapkan diri atau mempersiapkan metanl yang kuat dan kokoh untuk rugi yang besar, sekalipun kerugian yang besar itu tidak dikehendaki; seorang pejabat mempersiapkan diri untuk melepaskan jabatannya; seorang pegawai yang rajin mempersiapan diri untuk tidak digunakan lagi tenaganya; seorang suami/istri mempersiapkan diri untuk ditinggal pergi, dicerai, bahkan ditinggal mati oleh suami atau istrinya; seorang pemuda dan pemudi yang sedang menjalin hubungan cinta yang sangat erat juga harus mempersiapkan diri untuk berpisah, dan seterusnya, sekalipun itu semua tidak kita inginkan, tetapi memang demikianlah kenyataan hidup. Dengan persiapan ini, maka bilamana ada sesuatu hal yang tidak kita inginkan itu benar terjadi pada diri kita, maka hal itu tidak akan menganggu bathin kita, bathin kita tetap tenang, seimbang, tentram, damai dan selalu bahagia.
Namun demikian sekalipun kita telah mempersiapkan bekal mental yang kuat dan kokoh dalam diri kita untuk menghadapai liku-liku, tantangan dan ujian hidup, kitapun tidak boleh ceroboh atau sembrono dalam bertindak, kita harus tetap bertindak dengna baik dan benar sesuai dengan ajaran kebenaran, sesuai dengan Dhamma (Ajaran Sang Buddha), seorang yang kaya raya harus bertindak hati-hati agar tidak jatuh miskin, seorang pedagang harus berdagang dengan baik, seorang pejabat harus melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan benar, seorang suami istri harus membina rumah tangga dengan penuh pengertian dan perhatian , seorang pemuda dan pemudio yang sedang menjalin hubungan cinta harus dijalin dengan baik dan penuh pengertian dan keseriusan, namun tidak boleh terlalu terikat erat, dan harus sadar bahwa apa yang dimiliki dan cintai pada suatu saat pasti akan berpisah.
Mudah-mudahan dengan persiapan Bekal Mental Yang Kokoh Dan Kokoh ini, bahtin kita akan tetap selalu tenang, seimbang, tentram, damai dan bahagia, sekalipun harus menghadapi liku-liku, tantangan, dan ujian hidup yang bagaimanapun beratnya.
“Bagaikan Batu karang Yang Berdiri Tegak
Yang Tiada Tergoyahkan Oleh Angin Topan,
Demikianlah Orang Yang Bijaksana Tak Tergoyahkan
Oleh Pujian Dan Hinaan”.
(Dhammapada bab VI, ayat 81)
Semoga kita selalu hidup dalam keseimbangan bathin dan bahagia.
“Seperti seekor gajah di medan perang
dapat menahan serangan panah yang
dilepaskan dari busur, begitu pula Aku
(Tathagata) tetap bersaar terhadap cacian,
sesungguhnya sebagian besar orang
mempunyai kelakuan rendah”.
(Dhammapada Bab XXIII, ayat 320)
Perjalanan hidup setiap manusia dapat diibaratkan persis seperti kalau kita mau berjalan menuju ke suatu desa terpencul yang indah, yang jalannya masih asli. Jalan yang akan kita lalui, tidak semuanya mulus dan rata, akadalanya kita harus berjalan di jalan yang penuh dengan lubang, dakian yang tinggi, tikungan yang tajam, debu yang tebl, lumpur yang dalam dan lain-lain, yang tidak bisa dihindari untuk menuju desa terpencul yang indah tersebut, karena tidak ada jalan lain kecuali jalan itu.
Demikian juga perjalanan hidup kita menuju suatu kebahagiaan, juga tidak semuanya menyenangkan dan membahagiakan, ada kalanya penderitaan, kesakitan, kesedihanpun akan kita lalui; liku-liku, tantangan dan ujian hidup yang tidak kita inginkan pun sering datang menhadap kita, seperti hinaan,celaan, cacian, makian, kata-kata kotor dan kasar, kegagalan, kehancuran, kekecewaan, dan lain-lain, yang sebenarnya itu tidak kita inginkan. Sungguhpun demikian kita tidak bisa lari dan menghindarkan diri dari kenyataan hidup ini. Untuk mencapai suatu kebahagiana, kita harus berani menerima dengan sabar, tenang, dan lapang dada, berpandangan luas yang didasari atas pengetahuan Dhamma (Ajaran Sang Buddha); karena lari dari kenyataan hidup berarti kita kalah dengan tantangan dan selamanya kita tidak akan pernah mencapai kebahagiaan yang kita inginkan. Karena itu kita harus berani menghadapi dan mengatasi tantangan tersebut, sekalipun tantangan itu sungguh berat kita rasakan. Memang, kalau tantangan itu sangat berat, rasanya kita ingin lari untuk meninggalkannya, tetapi ke manakah kita harus lari? Sedangkan buah karma atau akibat perbuatan yang telah kita pergi dan di dunia ini tidak ada tempat bagi kita untuk bersembunyi ataumenghindarkan diri dari akhiat perbuatan yang telah kita lakukan. Sesuai Sabda Sang Buddha yagn ditulis dalam Kitab Suci Dhamam[ada Bab IX, ayat 127 yang berbunyi sebagai berikut:
“Tidak di langit, tidak dilautan, tidak
dicela-cela gunung atau dimanapun jua
dpat ditemukan suatu tempat bagi
seseorang untuk dapat menyembunyikan diri
dari akibat perbuatan jahatnya”.
Untuk itu, mau tidka mau kita harus berani menghadapi liku-liku, tantangan dan ujian tersebut. Kita dituntut untuk mempersiapkan sesuaut agar bathin kita tetap tenang, seimbagn, tentram, damai dan bahagia, apabila kita menghadapi liku-liku, tantangan dan ujian hidup yang bagaimanapun beratnya.
Namun, kita sadari bahwa di dunia ini banyak orang yang tidak sadar akan hal-hal itu, malah justru banyak diantara kita yang tertidur nyenyak dengan impian, bayangan dan khayalan yang indah. Sedikit sekali yang memimpikan, membanyngkan, dan menghayalkan ujian dan tantangan berat yang mungkin akan menimpa dirinya, karena itulah ia terlena dan tidak mempersiapkan sesuatu sebagai bekal perjalanan berikutnya.
Timbul suatu pertanyaan, persiapan apakah yang harus kita siapkan? Pertanyaan ini sulit untuk dijawab bagi orang yang tertidur nyenyak dengan impian yang indah, tetapi, pertanyaan ini mudah bagi orang yang terjaga dan mengerti kehidupan yang sebenarnya!! Persiapan yang harus dipersiapkan disini bukan saja uang, harta benda atau ilmu, tetapi juga bekal “Mental Yang Kuat Dan Kokoh”. Inilah persiapan yang tidak kalah pentingnya yang harus kita persiapkan sejak dini, untuk menelusuri jalan kehidupan yang panjang yang penuh liku-liku, tantangan dan ujian.
Seseorang yang tidak mempersiapkan bekal mental yang kuat dan kokoh dalam hidupnya, diibaratkan seperti orang yang mau bepergian jauh, tetapi ia tidak mempersiapkan atau membawa bekal yang lebih dari kebutuhan yang akan diperlukan, ia hanya membawa bekal yang pas-pasan saja, tidak mempersiapkan bekal untuk kebutuhan yang tak terduga, untuk berjaga-jaga kalau-kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan menimpa dirinya di tengah perjalanan yang harus dikeluarkan sebagai bekalnya. Orang yang demikian ini akan mengalami sesuatu yagn tidak diinginkan menimpa dirinya ditengah perjalanan dan harus mengeluarkan sebagian bekalnya. Pertama kesedihan karena mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan, kedua kesedihan karena bingung, tidak ada pesiapan untuk itu, maka dengan terpaksa dan sedih hati ia harus mengurangi bekalnya yang pas-pasan itu, untuk memenuhi kebutuhan yang tak tak terduga, sedangkan perjalanan masih jauh. Sungguh hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi seorang yang sedang dalamperjalanan, yang bisa membuat ia menangis sedih. Dengan adanya hal ini kalau ia tidak bisa mencari jalan keluar, maka ia bisa terlantar di tengah perjalanan dan apabila ia tidak tabah dan sabar dalam menghadapinya maka di dalam pikirannya bisa muncul keinginan-keinginan untuk berbuat yang tidak baik untuk mencukupi kebutuhan hingga sampai tujuan, hal ini sungguh tidak kita inginkan.
Sungguh jauh berbeda bila kita bandingkan dengan orang yang telah mempersiapkan atau memiliki bekal mental yang kuat dan kokoh dalam hidupnya orang tersebut dapat diibaratkan, seperti seorang yang mau bepergian jauh, dan telah mempersiapkan bekal yang cukup bahkan lebih dari kebutuhan yang diperlukan sebagai bekal persiapan kalau-kalau di tengah perjalanan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpa dirinya dan harus mengeluarkan sebagian bekalnya. Orang tersebut tidak terlalu mengalami kesulitan ataupun kesedihan, karena memang ada persiapan untuk itu.
Demikian pula kita, yang akan berjalan jauh menelousuri perjalanan hidup yang panjang yang penuh liku-liku, tantangan dan ujian, juga harus mempersiapkan bekal yang cukup bahkan lebih untuk bekal perjalanan hidup kita yaitu bekal mental yang kuat dan kokoh, agar bathin kita tetap tenang, tentram, damai dab bahagia, bilamana kita menghadapi tantangan dan ujian hidup yang bagaimanapun beratnya.
Keadaan bahtin yang tenang, tentram, damai dan bahagia inilah suatu keadaan yagn selalu didambakan oleh setiap orang, tetapi kenapa keadaan ini sulit untuk dicapai oleh setiap orang. Memang sulit, jarang sekali orang yang telah bisa mencapainya, hal ini disebabkan karena sebagian besar manusia masih terkat keadaan duniawi, keinginan rendah diumbar menguasai dirinya, usaha untuk mengendalikannya jarang dilaksanakan, pikirannya terbungkus oleh debu kekotoran, ia tidak mengerti dan tidak menyadari keadaan hidup yang sebenarnya. Inilah yang menyebabkan ia sulit untuk mencapai ketenagnan, ketentraman, kedamaian dankebahagiaan, bathinnya terombang-ambing tak menentu, sungguh sangat menyedihkan. Untuk itu marilah kita belajar untuk tidak terikat dengan keadaan duniawi, berusaha untuk mengendalikan keinginan rendah, membersihkan pikiran dari kekotorannya untuk mengerti kehidupan yang sebenarnya, serta berusaha untuk memiliki mental yang kuat dan kokoh. Mental yang harus dimiliki oleh setiap manusia dalam hal ini diharapakna bukan mental yang buta, yang fungsinya hanya untuk menahan serangan saja, tetapi tidak mengerti darimana serangan itu datang, apa bentuknya dan siapa yang membuatnya, mleainkan mental yagn didasari atas pengertian yang benar, mental yang mengerti, mental yang tidak buta. Mental yang dapat menahan serangan, dan mengerti darimana serangan itu datang, mengerti bentuknya, dan mengerti siapa yang membuatnya, kemudian berusaha untuk memperbaikinya. Inilah mental yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Menurut Buddha Dhamma bahwa apapun yang kita terima pada kehidupan ini adalah bukan merupakan cobaan Yang Maha Kuasa, bukan kehendak para Bhramana, bukan dibuat oleh makhluk-makhluk halus, dan juga bukan disebabkan oleh orang lain, melainbkan hasil perbuatan diri sendiri yang telah dilakukan pada kehidupan yang lalu atau pada kehidupan sekarang, yang memang harus diterima. Kelahiran atau kehidupan kita pada saat ini adalah mearisi atau memetik buah kamma yang telah kita lakukan pada kehidupan yang lalu dan sekarang, yang memang harus kita terima dan kita jalani dengan baik. Buah kamma yang kita terima ada yang menyenangkan dan ada pula yan tidak menyenangkan kehidupan , buah kamma yang menyenangkan kita teirma dengan senyum dan hati gembira, lain halnya dengna buah kamma yangtidak menyenangkan, kita terima dengan muka masam dan hati sedih. Orang Bijaksana menerima kedua-duanya dengan muka dan hati yang sama, karena Ia telah mengerti keadaan hidup yang sebenarnya.
Lebih jauh lagi Sang Buddha telah menjelaskan bahwa kehidupan kita ini adalah tidak kekal adanya (Sabbe Sankkhara Anicca), semua yang ada di dunia ini yang terlahir, yang tercipta, yang berkondisi akan mengalami perubahan dan kehancuran, demikian pula semua yang kita miliki dan yang ada pada diri kita adalah tidak kekal adanya, akan mengalami perbuahan dan kehancuran dan pad suatu saat nanti baik cepat atau lambat pasti akan berpisah dari diri kita. Dengan memahami dn mengerti Dhamma (Ajaran Sang Buddha) serta menyadari akan kenyataan hidup yang sebenarnya, maka hal ini telah membuat mental kita menjadi kuat dan kokoh, sehingga kita tidak mudah goyah bilamana pada suatu saat kita menghadapi atau menerima sesuatu yang tidak kita kehendaki yang cukup berat dirasakan, karena kita telah mengerti dan menyadari kenyatan hidup yang sebenarnya,
Sang Buddha bersabda:
“Tidak ada sesuatu yang akan terjadi atas diri kita, kalau itu bukan bagian kita”.
Di dalam kehidupan masyarakat, memang banyak kita temui, orang yang mengalami kegoncangan bathin, bathinnya tidak tenang, hatinya tidak tentram, pikirannya kalut menjadi tidak normal, frustasi, ada yang sampai nekat untuk memutuskan hidupnya dengan cara yang salah. Itu semua disebabkan karena ia tidak mampu menerima atu menghadapi tantangan mental atau tantangan hidup yang berat yang memang harus ia hadapi. Ia tidk mempersiapkan bekal untuk itu.
Seseorang yang kaya raya, yang tidak mempersiapkan diri atau tidak mempersiapkan mental yang kuat dan kokoh untuk berpisah dengan harta bendanya, malah justru sangat terikat dengan harta kekayaannya, dan tidak pernah sadar bahwa harta kekayaan yang dimiliki bisa lenyap dengan seketika, maka bilamana benar pada suatu saat harta kekayaannya lenyap dengan seketika karena kebakaran, maka hal ini akan membuat si kaya itu mengalami kegoncangan bathin, apabila harta kekayaan yang lenyap itu hasil jerih payan yang dikumpulkan bertahun-tahun, kejadian ini sungguh membuat si kaya menjadi sedih. Inilah yang dimaksud salah satu tantangan mental yang cukup berat, yang membuat seseorang bisa menjadi goncang bathinnya, frustasi, bsedih hati yang berlarut-larut menyesali harta bendanya yang lenyap, apa lagi jika yang lenyap itu termasuk juga barang-barang yang baru saja dibeli dengan harga yagn cukup mahal yang sangat disenangi dan belum sempat untuk dinikmati. Tetapi orang yagn telah mempersiapkan mental untuk itu, kesedihannya tidak sampai menggoncangkan bathinya, kesedihannya tidak berkarut-larut, bahkan mungkin ia tidak merasakan kesedihan sedikitpun, karena ia telah mempersiapkan diri untuk itu dan telah memiliki mental yang kuat dan kokoh, serta dia sadar memang ini perjalanan hidup yang harus ia temui dan jalani.
Karena itu, marilah kita bersama-sama mempersiapkan mental yang kuat dan kokoh dalam diri kita, untuk menelusuri perjalanan hidup yang penuh dengan liku-liku, tantangan,, dan ujian hidup yang memang harus kita hadapi, kita terima, dan kita jalani, agar bahtin kita tetap tenang, tentram, seimbang, damai dan bahagia bilamana kita menghadapi sesuatu hal yang tidak kita inginkan.
Seorang yang kaya raya mempersiapkan diri atau mempersiapkan mental yang kuat dan kokoh untuk menjadi orang yang miskin dan berpisah dengan harta kekayaannya, sekalipun kemiskinan dan berpisah dengan harta kekayaannya itu tidak dikehendaki; seorang pedagang yang sukses mempersiapkan diri atau mempersiapkan metanl yang kuat dan kokoh untuk rugi yang besar, sekalipun kerugian yang besar itu tidak dikehendaki; seorang pejabat mempersiapkan diri untuk melepaskan jabatannya; seorang pegawai yang rajin mempersiapan diri untuk tidak digunakan lagi tenaganya; seorang suami/istri mempersiapkan diri untuk ditinggal pergi, dicerai, bahkan ditinggal mati oleh suami atau istrinya; seorang pemuda dan pemudi yang sedang menjalin hubungan cinta yang sangat erat juga harus mempersiapkan diri untuk berpisah, dan seterusnya, sekalipun itu semua tidak kita inginkan, tetapi memang demikianlah kenyataan hidup. Dengan persiapan ini, maka bilamana ada sesuatu hal yang tidak kita inginkan itu benar terjadi pada diri kita, maka hal itu tidak akan menganggu bathin kita, bathin kita tetap tenang, seimbang, tentram, damai dan selalu bahagia.
Namun demikian sekalipun kita telah mempersiapkan bekal mental yang kuat dan kokoh dalam diri kita untuk menghadapai liku-liku, tantangan dan ujian hidup, kitapun tidak boleh ceroboh atau sembrono dalam bertindak, kita harus tetap bertindak dengna baik dan benar sesuai dengan ajaran kebenaran, sesuai dengan Dhamma (Ajaran Sang Buddha), seorang yang kaya raya harus bertindak hati-hati agar tidak jatuh miskin, seorang pedagang harus berdagang dengan baik, seorang pejabat harus melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan benar, seorang suami istri harus membina rumah tangga dengan penuh pengertian dan perhatian , seorang pemuda dan pemudio yang sedang menjalin hubungan cinta harus dijalin dengan baik dan penuh pengertian dan keseriusan, namun tidak boleh terlalu terikat erat, dan harus sadar bahwa apa yang dimiliki dan cintai pada suatu saat pasti akan berpisah.
Mudah-mudahan dengan persiapan Bekal Mental Yang Kokoh Dan Kokoh ini, bahtin kita akan tetap selalu tenang, seimbang, tentram, damai dan bahagia, sekalipun harus menghadapi liku-liku, tantangan, dan ujian hidup yang bagaimanapun beratnya.
“Bagaikan Batu karang Yang Berdiri Tegak
Yang Tiada Tergoyahkan Oleh Angin Topan,
Demikianlah Orang Yang Bijaksana Tak Tergoyahkan
Oleh Pujian Dan Hinaan”.
(Dhammapada bab VI, ayat 81)
Semoga kita selalu hidup dalam keseimbangan bathin dan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar