Meningkatkan Etos Kerja
Oleh: Yang Mulia Bhikkhu Uttamo Thera
PENDAHULUAN |
Manusia pada dasarnya terdiri dari lahir dan batin. Oleh karena itu, sesuai dengan keadaannya, banyak pula ragam kebutuhan manusia. Secara fisik, kehidupan manusia minimal memerlukan empat kebutuhan pokok yang terdiri dari sandang, pangan, papan serta obat-obatan. Apabila kebutuhan pokok ini telah tercukupi, kadang orang masih memerlukan kebutuhan fisik lainnya, seperti misalnya pendidikan, perhiasan, kendaraan, hiburan dan lain sebagainya yang kesemuanya itu diharapkan dapat membuat kehidupan fisiknya menjadi lebih baik dan bahagia. Agar dapat mewujudkan semua kebutuhan itu maka orang kemudian bekerja dan berjuang dalam masyarakat dengan penuh semangat untuk mendapatkan penghasilan. Makin maju dan berhasil seseorang bekerja serta berkarya, pada umumnya makin besar pula penghasilan sehingga memungkinkannya untuk dapat mencukupi segala kebutuhan hidup fisiknya. Selain kebutuhan fisik tersebut di atas, manusia memerlukan pula pemenuhan kebutuhan batin, misalnya perhatian, penghargaan, kasih sayang, harapan, cinta, kesenian dan juga agama. Agama yang merupakan kumpulan tata cara kehidupan untuk dapat mencapai kebahagiaan duniawi maupun surgawi diperlukan agar orang memiliki landasan moral dan kemantapan dalam setiap tindakan, ucapan maupun pikirannya. Dalam kesempatan ini akan disoroti secara khusus tentang kebutuhan manusia akan agama dan juga sekaligus dihubungkan dengan kebutuhannya untuk berkarya, terutama dalam bidang ekonomi. Permasalahannya sekarang, bagaimanakah agama dapat menjadi jembatan penghubung yang serasi antara pemenuhan kebutuhan badan dengan kebutuhan batin? Permasalahan ini dapat muncul disebabkan banyak orang beranggapan bahwa ajaran agama cenderung mengekang dan mengendalikan daripada mendorong seseorang melaksanakan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, tentunya di sini akan muncul pula pertanyaan penting: Apakah dalam Ajaran Sang Buddha terdapat uraian yang menganjurkan dan memberikan motovasi untuk seseorang bekerja giat yang hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi? Jawabnya, ada ! Agama Buddha terdiri dari dua hal pokok yaitu Ajaran Sang Buddha yang telah diberitakan oleh Sang Buddha sejak hampir tiga ribu tahun yang lalu dan juga kumpulan tradisi yang berkembang sejalan dengan waktu dan tempat berkembangnya Agama Buddha. Ajaran Sang Buddha berisikan metoda penyempurnaan tindakan, ucapan serta pikiran seseorang agar terbebas dari ketamakan, kebencian dan kegelapan batin yang disebabkan karena seseorang tidak menyadari akan kondisi kehidupan yang selalu berubah. Umat Buddha pada hakekatnya terdiri dari dua kelompok yaitu para viharawan dan perumah tangga. Para viharawan tinggal menetap di vihara dan tidak berkeluarga, sedangkan para perumah tangga hidup bermasyarakat dan bekerja serta berkeluarga. Sejak Sang Buddha masih hidup, walaupun Beliau termasuk viharawan (bhikkhu), Beliau tidak pernah menjadikan pekerjaan, harta dan kekayaan sebagai musuh kehidupan beragama. Beliau justru menyadari bahwa apabila kondisi ekonomi cukup, batin seseorang akan cenderung tenang sehingga ajaran agama pun akan semakin mudah diterima serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat dicapai hasil maksimal. Oleh karena itu, terdapat tiga tujuan hidup seorang umat Buddha yaitu pertama, ia mendapatkan hidup di dunia dengan tenang dan bahagia tercukupi kebutuhan lahir batinnya. Kedua, ia dapat terlahir di salah satu dari dua puluh enam tingkat surga setelah kehidupan ini karena banyaknya kebajikan yang telah dilakukan selama hidupnya. Dan, ketiga, akhirnya ia mencapai kebahagiaan sejati, tidak terlahirkan kembali, mencapai Nirvana, Tuhan Yang Mahaesa. Dalam makalah ini hanya akan dibicarakan tentang Ajaran Sang Buddha yang berkenaan dengan usaha meningkatkan etos kerja agar dapat tercapai pula peningkatan produktivitas sehingga tercapai kebahagiaan duniawi lahir dan batin. PEMBAHASAN Telah disebutkan di atas bahwa salah satu dari tiga tujuan hidup seorang umat Buddha adalah memperoleh kebahagiaan duniawi. Disebutkan pula di dalam kitab Anguttara Nikaya II, 65 bahwa terdapat empat keinginan kita yang dapat dicapai di dunia: 2. Semoga saya, sanak keluarga dan kawan-kawan dapat mencapai kedudukan sosial yang tinggi. 3. Semoga saya dapat berusia panjang. 4. Semoga saya dapat terlahir di surga setelah kehidupan ini berakhir. memperhatikan bentuk kebahagiaan duniawi no. 1 di atas maka umat Buddha pastilah dapat dan diperbolehkan mengumpulkan kekayaan seberapapun yang disukainya asalkan semua kekayaannya itu diperoleh dengan cara yang benar dan pantas. Bekerja giat dan penuh semangat serta bersikap jujur, setia pada pekerjaan maupun atasan itulah sikap pokok yang harus dimiliki dan ditumbuhkan. Kitab Vibhangga 216 & 413 menyebutkan bahwa agar dapat bekerja giat, ulet dan bersemangat dibutuhkan minimal empat syarat yaitu: 1. CHANDA : Kepuasan dan kegembiraan di dalam mengerjakan hal-hal yang sedang dikerjakan. Langkah awal yang amat penting dalam rangka meningkatkan produktivitas adalah menentukan jenis pekerjaan kita. Memilih pekerjaan selain dibutuhkan kecerdasan tertentu untuk melaksanakan pekerjaan itu hendaknya dipikirkan pula bakat atau hobby yang dimiliki. Menyesuaikan pekerjaan dengan hobby atau kesenangan ini perlu. Apabila kita senang dengan pekerjaan itu, kita akan selalu gembira dan bersemangat untuk mengerjakannya. Segala bentuk kesulitan yang muncul darinya akan menjadi tantangan yang menarik dan sama sekali bukan merupakan hambatan. Kegembiraan yang dirasakan bukan di awal ataupun akhir pekerjaan, tetapi justru pada saat menghadapi dan menyelesaikan pakerjaan itu. Pada umumnya orang hanya merasa gembira ketika di awal ataupun akhir pekerjaan. Pada awalnya, mereka membayangkan keindahan hasil yang akan dicapainya. Pada akhir pekerjaan, mereka merasa puas bila berhasil dan kecewa bila mengalami kegagalan. Pada saat proses pelaksanaan pekerjaan itu berlangsung, mereka kadang malah menjadi segan, bosan untuk mengerjakannya. Tidak jarang, mereka kemudian bahkan menyerah sebelum kalah karena merasa terlalu lambat hasil yang hendak diraihnya. Padahal hasil pekerjaan itu adalah akibat langsung dan sepadan dengan usaha yang telah kita kerjakan dengan penuh keuletan serta kegembiraan itu. 2. VIRIYA : Usaha yang bersemangat di dalam mengerjakan sesuatu Hobby dan kesenangan menjadikan kegembiraan dalam melaksanakan tugas. Kegembiraan akan menimbulkan semangat. Semangat memunculkan keuletan dalam berusaha. Keuletan akan mewujudkan hasil yang memuaskan. Hasil yang memuaskan akan membahagiakan diri kita secara lahir dan batin. Kebahagiaan atas keberhasilan tersebut dapat juga dirasakan oleh lingkungan kita, keluarga, atasan dan masyarakat luas, sejalan dengan jenis pekerjaan yang kita lakukan. Itulah proses wajar yang akan muncul dalam diri kita bila pelaksanaan pekerjaan telah diawali dengan cara yang tepat. Apabila ternyata kita tidak berhasil mendapatkan jenis pekerjaan yang sesuai dengan hobby kita, untuk menggantikan faktor pendorong yang amat penting ini, kita dapat segera menetapkan tujuan hidup kita. Tujuan hidup inilah yang telah kita sadari menjadi alasan kuat untuk kita bekerja. Kelemahan, kemalasan dan hilangnya semangat kerja kita dapat dikendalikan dengan selalu memotivasi diri, memacu diri kita untuk selalu ingat akan tujuan hidup yang belum tercapai. Tujuan hidup yang paling pertama dan utama adalah kecukupan kebutuhan pokok. Kita hendaknya menetapkan ukuran "cukup" itu terlebih dahulu. Ukuran itulah yang akan menjadi sasaran sementara kita. Bila telah tercapai, kita dapat meninjau kembali dan meningkatkan tujuan kita tersebut. Batas akhir sasaran sementara ini tergantung pada tingkat kematangan berpikir setiap orang. Sangat relatif. Apabila tujuan keduniawian dirasa telah cukup, kita dapat mulai mengimbanginya dengan memikirkan pula tujuan surgawi. Fasilitas untuk menentukan tujuan surgawi lengkap dengan rumusan usaha untuk mencapainya adalah pokok ajaran yang telah disediakan oleh lembaga keagamaan. Tujuan surgawi dapat dicapai dengan, salah satunya, melaksanakan perbuatan baik. Melaksanakan kebaikan dapat mempergunakan sebagian hasil yang telah kita dapatkan dari pekerjaan kita. Hasil ini dapat berupa materi maupun non-materi. Pada titik inilah kebutuhan hidup lahir dan batin dapat terpenuhi. Disini pulalah kebutuhan lahir dan batin dapat saling mendukung. Pekerjaan dan agama walaupun dua bidang yang berbeda, masing-masing mampu saling melengkapi. Satu bidang akan memberikan semangat untuk lebih giat melaksanakan bidang yang lainnya. 3. CITTA : Memperhatikan dengan sepenuh hati hal-hal yang sedang dikerjakan tanpa membiarkan begitu saja. Karena senang dengan pekerjaan yang sedang dilakukannya maka muncullah padanya semangat, ketahanan dan ketekunan. Tekun dan rajin mengerjakan sesuatu akan menimbulkan konsentrasi. Konsentrasi dalam bekerja adalah kemampuan untuk menghilangkan bentuk-bentuk pikiran yang mungkin dapat menyimpangkan diri kita dari tujuan pekerjaan semula. Perhatian dan kewaspadaan terhadap pekerjaan merupakan sikap yang akan menjauhkan diri kita dari kelalaian, kecerobohan dan melewatkan peluang mencapai keberhasilan. Perhatian serta kewaspadaan juga menjaga kita agar tidak mudah berpaling pada hal-hal lain yang berada di luar lingkup pekerjaan. Dengan demikian, akhirnya produktivitas akan dapat ditingkatkan 4. VIMANGSA : Merenungkan dan menyelidiki alasan-alasan dalam hal-hal yang sedang dikerjakan. Perenungan dan penyelidikan tentang pekerjaan yang sedang dilakukan berguna untuk menambah potensi kerja yang sudah ada dan sekaligus untuk meningkatkan diri di masa depan. Keberhasilan dan kekurangan yang didapati saat ini berusaha dievaluasi dari segala sudut pandang. Evaluasi ini dapat menimbulkan ide baru yang berhubungan dengan pekerjaan yang sedang dikerjakan. Pekerjaan kita sebenarnya dapat mengundang banyak pendapat, gagasan, ide baru yang pada awalnya tidak tampak mata tetapi baru tampak jelas apabila dilakukan perenungan atau penyelidikan yang seksama terhadapnya. Makin luas wawasan renungan serta penyelidikan kita, makin lebar ide dan gagasan yang dapat dijangkau dalam bentuk pekerjaan apapun. Pendirian anak perusahaan yang saling mendukung dengan perusahaan induk adalah salah satu contoh kasus ini. Dalam kitab Anguttara Nikaya II, 16 membagi evaluasi menjadi dua bagian yaitu: 1. Melihat diri sendiri: Pahanappadhana : Usaha rajin untuk menghilangkan keadaan buruk yang telah timbul. Anurakkhappadhana : Usaha rajin untuk menjaga keadaan baik yang telah timbul. 2. Melihat orang lain: Sangvarappadhana : Usaha rajin untuk mencegah kemungkinan timbulnya keadaan buruk (pada diri kita). Bhavanappadhana : Usaha rajin untuk menimbulkan keadaan baik dalam diri sendiri (dengan belajar dari orang lain). PENUTUP Peningkatan produktivitas kerja memang memerlukan beberapa kondisi. Namun, kondisi batin kita sendiri adalah yang paling penting. Apabila kita menyenangi sesuatu jenis pekerjaan maka pelaksanaan pekerjaan itu akan menyenangkan diri kita. Sebaliknya, bila kita sudah tidak menyukainya, walaupun orang lain mengatakan pekerjaan itu baik, kita tidak akan tertarik. Memang, sesungguhnya diri sendirilah yang akan menentukan nasib kita sendiri. Kebahagiaan dan penderitaan adalah karena diri sendiri, tepatnya, karena pikiran kita sendiri. Pikiran itulah yang mempengaruhi kita, bukan fihak lain. Oleh karena itu, sebagai penutup, sebaiknya kita renungkan Sabda Sang Buddha dalam: *Dhammapada XII, 4: Diri sendiri sesungguhnya adalah pelindung bagi diri sendiri, karena siapa pula yang dapat menjadi pelindung bagi dirinya? Setelah dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, maka ia akan memperoleh perlindungan yang sungguh amat sukar diperoleh. *Dhammapada I, 1, 2: Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat (ataupun) baik maka penderitaan (ataupun) kebahagiaan akan mengikutinya. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar