Hubungan Antara Bikkhu dan Umat merupakan hubungan yang bersifat moral-religius dan bersifat timbal balik, sebagaimana telah dijelaskan Sang Buddha dalam Sigalovada Sutta :
Umat hendaknya menghormati bikkhu dengan membantu dan memperlakukan mereka dengan perbuatan, perkataan dan pikiran yang baik, membiarkan pintu terbuka untuk mereka dan memberikan makanan serta keperluan yang sesuai untuk mereka.
Bikkhu mempunyai kewajiban kepada umat : melindungi dan mencegah mereka dari melakukan perbuatan jahat, memberi petunjuk untuk melakukan perbuatan baik, menerangkan ajaran yang belum didengar atau diketahui, menjelaskan apa yang belum dimengerti, dan menunujukkan jalan untuk menuju Pembebasan.
Bikkhu tidak mempunyai "kekuasaan" terhadap umat dan tidak memberikan "sanksi" pada umat. Namun, kepada umat yang berbuat tidak pantas atau melakukan penghinaan terhadap Dhamma-Vinaya, maka bikkhu akan "berpaling" dari mereka dengan tidak menerima segala persembahannya. Dengan demikian, umat tersebut dianggap tidak pantas mempersembahkan sesuatu kepada bikkhu(atau Sangha), sehingga umat itu kehilangan kesempatan yang baik untuk melakukan perbuatan baik atau jasa.
Sebaliknya, umat pun dapat "berpaling" dari bikkhu yang melakukan perbuatan melanggar Dhamma-Vinaya dengan tidak melayani atau memberi persembahan kepadanya. Ada beberapa hal mengenai kebikhhuan yang perlu kiranya diketahui oleh umat Buddha.
Dalam hubungannya dengan wanita, seorang bikkhu tidak boleh dengan nafsu indriya menyentuh seorang wanita(Sanghadisesa ke-2) dan tidak boleh pula duduk berdua dengan wanita di tempat tertutup (Pacittiya ke-44).
Sang Buddha mengajarkan kepada Yang Ariya Ananda (Maha Parinibbana Sutta) :
"Jangan melihat kepada seorang wanita; Kalau mesti juga, maka janganlah berbicara dengannya; Kalau mesti juga, maka berbicaralah tentang Dhamma dan Sila dan sebutlah Sang Buddha dengan segala kekuatan batinmu."
Selain itu, bikkhu tidak boleh menjadi perantara dalam hubungan perjodohan antara pria dan wanita (Sanghadisesa ke-5). Bikkhu tidak boleh menumpuk kekayaan emas, perak dan lain-lain. (Nissagiya Pacittiya ke-18), atau terlibat dalam perdagangan atau jual-beli (Nissagiya Pacittiya ke-20). Ia tidak boleh berbohong(Pacittiya ke-1), tidak boleh mencaci-maki(Pacittiya ke-2) atau menfitnah(pacittiya ke-3), tidak boleh pula menjawab secara menghindar dan menimbulkan kesulitan dengan berdiam diri(Pacittiya ke-12). Selain itu, ia melatih diri untuk tidak menonton pertunjukan/nyanyian/tarian dan segala sesuatu yang membawanya ke arah kenikmatan indriya. Ia melatih diri untuk tidak mempergunakan tempat tidur atau tempat istirahat yang mewah dan membatasi kebutuhan hidup sesederhana mungkin.
Hendaknya bikkhu tidak menolak persembahan yang dibutuhkan, mengambil sikap atau mengatur tingkah laku seseorang, menyalahgunakan hak, mempersalahkan orang lain atau memperolok, mencapai sesuatu dengan menyiarkan kabar bohong atau menfitnah, berlomba mencari barang-barang lahiriah dengan barang-barang lahiriah (Visudhi Magga). Juga ia tidak demi penghidupannya, meramal dengan melihat suratan tangan, meramal sesuatu yang akan terjadi, penujuman, mempersembahkan korban, mendapatkan jawaban sabda para dewa, dan berpraktek sebagai "dokter" - yang merupakan tipu daya rendah untuk mendapatkan penghidupan.(Digha Nikaya, I)
Penghormatan tingkah laku yang menunjukkan kerendahan hati pada lainnya merupakan hal yang baik dan terpuji (untuk bikkhu dan umat). Ada beberapa cara penghormatan yang diperkenankan Sang Buddha :
1.Vandana(berlutut - "menunjukkan penghormatan dengan lima titik" - dahi,kedua lengan __bawah,kedua lutut).
2.Utthana (berdiri untuk menyambut).
3.Anjali (merangkap kedua telapak tangan untuk menghormat).
4.Samicikamma (cara-cara lain yang baik dan terpuji untuk menunjukkan kerendahan hati).
Cara penghormatan yang sama dilakukan oleh umat kepada bikkhu. Umumnya bikkhu akan menerima penghormatan tersebut dengan mengatakan : "Sukhi hotu" - Semoga engkau berbahagia (di Sri Lanka) atau "Ayu vanno sukham balam" (di Mungthai). Sang Buddha sendiri tidak pernah menetapkan bahwa bentuk penghormatan begini atau begitu harus dilakukan kepada para bikkhu. Dalam hubungan penghormatan ini perlu kiranya diingat bahwa si pelakulah -- bukan si penerima -- yang akan mendapat manfaat dengan memberikan penghormatan kepada yang patut dihormat karena hal itu merupakan suatu perbuatan baik dan akan mengembangkan punna pada si pelaku.
" Pada mereka yang senantiasa menghormat pada orang yang lebih tua akan bertambah empat hal : panjang umur, kecantikan, kebahagiaan, kekuatan"
(Dhammapada 109)
"Tak bergaul dengan orang yang tak bijaksana, Bergaul dengan mereka yang bijaksana. Menghormat mereka yang patut dihormat, Itulah Berkah Utama. "
( Mangala Sutta)
Sumber : Bikkhu Subalaratano, Dharma K.Widya, Pengantar Vinaya, STAB Nalanda, Jakarta 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar