Sang Buddha bersabda : “Rago doso mado moho yattha panna na gadhati : Dimana terdapat nafsu, kebencian, kemabokan dan kedungguan disitu tidak terdapat kebijaksanaan”. Didalam tindakan sehari-hari yang tanpa disadari kita telah banyak melakukan kesalahan-kesalahan walau pun ada kalanya bertujuan baik.
Sering dijumpai seorang manager yang emosional mengomelin bawahannya dihadapan orang ramai tanpa mau tahu apakah bawahan tersebut sakit hati atau tidak. Di rumah adakalanya orang tua juga menghardik anak-anaknya yang telah dewasa dengan sejumlah kata-kata yang kurang tepat walaupun maksudnya baik. Demikian juga halnya di sekolah sang guru yang emosional tanpa pikir panjang membentak-bentak dan bahkan menyudutkan siswanya yang kurang mampu menangkap mata pelajaran dengan kalimat yang menyakitkan dihadapan siswa lainnya. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang demikian terjadi didalam kehidupan sehari-hari. Maksud & tujuan memang baik tapi cuma caranya yang kurang tepat sehingga hasil yang diinginkan kebanyakan tidaklah sesuai dengan yang diharapkan. Siapapun yang diomelin walaupun salah dihadapan orang ramai pasti akan menimbulkan rasa malu dan rendah diri. Siapapun juga jika selalu dipermalukan dan disepelekan, suatu saat pasti akan kecewa dan timbul antipati. Jika kondisi antipati yang timbul dari orang-orang yang ditegur maka apapun hasil yang diharapkan dari dia akan sia-sia belaka. Mengapa semua kondisi ini bisa terjadi…..? Semuanya tidaklah terlepas dari kurangnya kebijaksanaan yang dimiliki. Orang yang kurang bijaksana akan bertindak dan berlaku semau gue didalam meraih cita-cita yang diingininya, walaupun niat dan tujuan adakalanya baik tapi belum tentu memberikan hasil yang memuaskan. Didalam sabda NYA, Sang Buddha menekankan bahwa hidup dengan kebijaksanaan adalah yang terluhur.
Untuk mengetahui apakah tindakan kita apakah telah sesuai dan pantas menurut kebenaran serta dapat dikatakan bijaksana, marilah kita simak kembali 7(tujuh) hal yang diutamakan oleh Sang Buddha yang terdapat dalam kitab suci Dhammavibhanga sutta yaitu mengenai penguraian tentang Satta Sappurisadhamma (7 hal yang dimiliki oleh orang yang bijaksana). Kalau kita telah memiliki ke 7 hal ini maka semua tindak tanduk dan keputusan yang diperbuat pasti akan menimbulkan simpati serta rasa hormat, yang namanya antipati dan bahkan dendam akan bisa dihindari. Seperti yang dikatakan oleh Sang Buddha bahwa tanpa adanya Mata Kebijaksanaan maka seseorang itu tak ubahnya seperti orang buta yang menginjak lentera penunjuk jalan. Agar kita berhasil melalui jalur kehidupan ini dengan pasti mana yang pantas dilaksanakan dan mana yang harus dihindari maka sebagai siswa Sang Buddha yang berkeinginan meraih kebijaksanaan, inilah saatnya kita selalu berpedoman kepada ajaran Sang Buddha.
Didalam Sutta Sappurisadhamma (7 hal pencapaian kebijaksanaan) Sang Buddha menguraikan sebagai berikut :
-
Dharmannuta : Memaklumi kebenaran-kebenaran yang pasti timbul.
Didalam kehidupan yang nyata ini makhuk hidup tidak akan terlepas dari apa yang namanya “suka dan duka” yang silih berganti timbul serta tenggelam. Si A bisa saja hari ini tampil dengan penuh keceriaan karena kondisi bathin lagi senang tapi beberapa saat kemudian setelah mengetahui dompetnya hilang maka keceriaan tersebut segera berubah menjadi kesedihan.
Peristiwa suka dan duka ini silih berganti menghadiri kehidupan kita, dalam kondisi senang dan gembira dimana cita-cita yang didambakan berhasil diraih maka suka dirasakan, begitu apa yang diharapkan atau dicintai tak didapat maka dukapun menyelimuti jalur kehidupannya.
Disisi lain harus juga menyadari kebenaran-kebenaran yang pasti terjadi di alam semesta ini, ketidak kekalan adalah hal yang pasti hidup dengan kondisi apapun juga pasti diliputi oleh derita dan segala sesuatu yang berada di alam semesta ini tidaklah memiliki inti yang kekal, semuanya senantiasa mengalami perubahan. Dengan menyadari kesunyataan (kebenaran-kebenaran) ini hendaknya kemelekatan akan apapun juga haruslah segera mungkin disingkirkan. Buddha bersabda didalam Kitab Suci Vibhangga (Abhidhammapitaka) yang berisi :
-
Basmilah segera kejahatan yang sudah muncul
-
Cegahlah timbulnya kejahatan yang belum muncul
-
Timbulkan kebajikan yang belum muncul
-
Pertahankan dan kembangkanlah kebajikan yang sudah muncul
-
-
Atthannuta : Memiliki pengertian yang benar akan Dharma (kebenaran).
Dengan dimilikinya pengertian yang benar akan Dharma bahwa segala sesuatu yang timbul suatu hari kelak pasti akan tenggelam (ketidak kekalan) maka yang namanya derita, keluh kesah maupun frustasi tak akan pernah menyelimuti diri kita seandainya kemalangan/kekurangan beruntungan menimpa diri kita karena sudah menyadari bahwa hal ini adalah hal yang lumrah dan pasti akan terjadi, cepat atau lambat. Didalam Pandita Vangga V1:83, Sang Buddha bersabda :”Lepaskanlah segala yang menimbulkan ikatan seperti hanlnya orang bijaksana yang tak pernah membicarakan segala nafsu dan kesenangan hidup duniawi. Karena itu tidak diganggu oleh kegembiraan dan kesedihan, tidak pernah memperlihatkan rasa senang dan tidak senang”. Memiliki pengertian yang benar akan Dharma (kebenaran) akan menimbulkan kebahagiaan yang luhur dan permanen karena terlindung oleh kebajikan-kebajikan sendiri dan bukanlah sebagai hasil dari penerima belas kasihan (berkahan) dari makhluk lainnya. Berbahagialah bagi yang telah memiliki pengertian yang benar akan Dharma. Selanjutnya Sang Buddha menekan bahwa jasa kebajikanlah yang menjadi pelindung bagi setiap insane dalam menyongsong kehidupan dimasa depan.
-
Attannuta : Mampu mengontrol diri sesuai dengan Dharma (kebenaran).
Kelebihan maupun kekurangan yang telah dimiliki hendaknya tidaklah menimbulkan masalah maupun kedukaan bagi masyarakat yang ada di lingkungannya. Dia sangat menyadari bahwa tidak satupun yang logis (pantas ditunding) atas kelebihan maupun kemalangan yang menimpa dirinya. Semuanya tidaklah terlepas dari buah-buah karma yang harus diterima. Hidup senantiasa memiliki sila (moral) yang baik dan berkreasi demi keharmonisan, ketentraman dan kesejahteraan semua makhluk.
-
Mattannutta : Hidup sesuai dengan kebutuhan. Salah satu noda bathin yang seharusnya yang harus dihentikan adalah keserakahan “Luddho dhamam napassati : Apabila kelobaan telah merasuk, seseorang tidak melihat Dharma(kebenaran)”. Orang serakah dalam hal ini akan menempuh berbagai macam cara demi pemuasan akan kehausannya yang tiada henti-hentinya. Dia tidak segan-segannya menghalalkan tindakan negatif untuk memenuhi ambisinya. Oleh karena itu agar terlepaskan dari jeratan belenggu kejahatan ini, berusahalah terus menerus menyadari bahwa hidup sesuai dengan kebutuhan adalah yang terbahagia, bebas dari keruwetan, kepusingan maupun kekecewaan. Renungkanlah selalu sabda Sang Buddha yang singkat ini : “Kamehi Lokamhi Na Hatthi Titi : Di dunia ini tidak ada kepuasan dalam penikmatan nafsu inderawi”.
-
Kalannuta : Mengatur waktu dengan bijaksana. Orang yang selalu berkomentar sibuk dan tiada waktu luang untuk ini dan itu adalah cirri khas orang yang diperbudak oleh waktu. Pengertian benar di dalam pemanfaatan waktu belum dimiliki olehnya sama sekali tapi bagi yang berhasil menguasai dan menaklukan serta mampu memanfaatkan waktu dengan benar, tidak akan pernah berkomentar sibuk ini dan itu. Bagi yang telah berkeluarga, waktu untuk keluarga telah tersedia dan disamping itu juga harus mampu membagi waktu untuk kegiatan duniawi maupun keagamaan. Yang terpenting adalah dimilikinya pengertian yang benar akan jalan tengah yang telah dibabarkan oleh Sang Buddha dimana waktu dimanfaatkan kebijaksanaan mungkin. Waktu hanya dimanfaatkan untuk hal-hal yang berguna demi kebahagiaan diri sendiri maupun makhluk-makhluk yang ada dilingkungannya.
-
Parisannuta : Bisa mengerti kenyataan-kenyataan yang ada di lingkungannya.
Pada dasranya tidak satupun makhluk yang berkenan dilahirkan dengan kondisi-kondisi yang kurang menuntungkan misalnya ; miskin, bodoh, cacat, jelek, dan sebagainya. Di dalam masyarakat jika ditetemukan ketimpangan ini hendaknya memperlakukan mereka-mereka ini dengan sepantasnya. Jangan dikarenakan kemiskinan, kita menghina dan menyepelekan orang lain.
Jangan karena kebodohan kita mengejeknya. Sadarilah bahwa setiap makhluk tidaklah akan terlepas oleh karma (perbuatan) yang diperbuat olehnya. Apapun perbuatan yang dilakukannya maka itulah suatu hari kelak yang akan diterimanya. Senantiasalah bertutur kata yang lemah lembut dan bimbinglah siapapun demi pencapaian kebahagiann bersama. Milikilah “Positive thinking” dan hindarilah keangkuhan.
-
Puggalaparopannuta : Mengerti akan Dharma (kebenaran)menimbulkan kebijaksanaan.
Dengan dimilikinya pengertian yang benar akan Dharma maka dapat dengan jelas mana yang pantas dilaksanakan dan mana yang harus dihindari, mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana sahabat dan mana musuh. Dalam hal ini dia bisa memaklumi kelebihan maupun kekurangan orang lain sehingga yang namanya emosinal akan jauh keberadaannya dan menangani kekurangan-kekurangan yang terjadi disamping pengembangan sifat welas asih yang terus diterapkan.
Kesimpulan :
“Panna naranam ratanam : kebijaksanaan menjadi permata bernilai bagi seseorang.” Demikianlah yang disabdakan oleh Sang Buddha. Tanpa adanya kebijaksanaan maka kesalahan dan kekasaran akan semakin sering dilakukan. Berpegang teguhlah pada ajaran Sang Buddha dengan dimilikinya pengertian yang benar akan Dharma bahwa semua yang berlaku terhadapa diri kita tidaklah harus mutlak sesuai dengan keinginan kita, apapun yang terjadi tidaklah terlepas dari karma yang harus dilalui (dijalani), agar jangan sampai terjerumus ke liang dukkha sebagai akibat dari perbuatan tercela, hidup sederhana dan sesuai dengan kebutuhan (jangan serakah), bisa mengatur waktu dengan baik (jangan diperbudak oleh waktu) dan senantiasa berkreasi demi pembebasan dan kebahagian bagi diri sendiri serta semua makhluk.
Dibagian lain dari sabdanya Sang Buddha menekankan bahwa kebijaksanaanlah yang lebih mulia dari pada kekayaan. Semoga dengan dimilikinya kebijaksanaan hendaknya keberadaan kita dibumi pertiwi tercinta ini merupakan salah satu asset yang berharga bagi ketentraman, kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan bagi bangsa dan negara kita tercinta Indonesia…………… Sabbe satta bhavantu sukhitata : Semoga semua makhluk terbebas dari derita dan semoga semuanya berbahagia…..sadhu…..sadhu…..sadhu………
( Dikutip dari Majalah Buddhis Indonesia Edisi 62 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar