Keajaiban tentu menarik perhatian banyak kalangan,       apalagi yang dikatakan bahwa dapat membawa rezeki dan melancarkan usaha.       Fenomena demikian yang belakangan ini hangat dibicarakan oleh segelintir       umat Buddha yang kurang memahami Dhamma, mereka kelihatan terlalu       mengagungkan orang-orang yang dikatakan memiliki kekuatan gaib dengan       harapan dapat menambah kekayaan dan kejayaan usaha mereka.
   
     Sebenarnya kekuatan gaib bukan hanya dapat dimiliki oleh Arahat atau       Buddha, tetapi sebaliknya kekuatan-kekuatan gaib seperti membaca pikiran       orang lain, kekuatan telinga dewa dan yang lainnya dapat dimiliki siapa       saja yang melatih vipassana hingga mencapai jhana tertentu. Oleh sebab       itu, siapa saja, dan dari kepercayaan mana saja bisa memiliki kekuatan       seperti itu bila mencapai jhana melalui vipassana. Perlu ditekankan disini       bahwa melatih vipassana bukan bertujuan untuk menguasai kekuatan gaib,       tetapi untuk mengerti akan kebenaran semesta dan pembebasanlah yang       dijadikan tujuan dari vipassana.
   
     Walaupun memiliki kekuatan-kekuatan gaib, Sang Buddha sendiri tidak pernah       menunjukkan kekuatan yang beliau miliki hanya untuk dipamerkan apalagi       hanya untuk mencari pengikut yang banyak. Beliau hanya akan menggunakan       kekuatannya tersebut bila memang dibutuhkan untuk menolong orang lain.
   
     Hal ini juga diperkuat dengan kejadian dimasa kehidupan Sang Buddha.       Sewaktu Sang Buddha berada di Nalanda di Hutan Pavarika, seorang umat yang       bernama Kevaddha meminta agar Sang Guru menunjuk seorang Bhikkhu untuk       memperagakan satu keajaiban dari kekuatan supernormal sehingga orang-orang       Nalanda yang memang umat Buddhis itu menjadi lebih yakin terhadap Sang       Buddha. Menjawab pertanyaan itu, Sang buddha berkata, "Kevaddha,       Tathagata tidak mengajarkan Doktrin kepada para bhikkhu dalam cara       itu". Jawaban yang sama juga diberikan oleh Sang Buddha ketika       Kevaddha bertanya untuk kedua dan ketiga kalinya.
   
     Beliau juga tidak bersetuju bila ada yang mengatakan bahwa orang yang       memamerkan kekuatan gaib pasti mengajarkan ‘kebenaran’, oleh sebab itu       rasanya kurang bijaksana bila ada yang langsung percaya bahwa seseorang       telah mencapai penerangan hanya karena orang tersebut memiliki kekuatan       gaib.
   
     Bagi Sang Buddha, keajaiban tidak menduduki berperan penting dalam       pengembangan spiritual tetapi peranannya minor saja(yang tidak penting).       Sang Buddha sendiri tidak hanya mengajarkan muridnya agar jeli dalam       menggunakan kekuatan gaib yang mungkin dimiliki, tetapi beliau juga       memperingati yang lain agar tidak terikat akan demonstrasi demonstrasi       seperti itu (demonsrasi kekuatan gaib). Sang guru pernah mengatakan       keajaiban yang paling tinggi adalah dapat mengubah orang bodoh menjadi       seorang yang bijaksana.
   
     Bila sekarang ini anda tidak melihat pengikut-pengikut Sang Buddha       memamerkan kekuatan gaib anda tidak perlu heran ataupun berkecil hati.       Tidak dipamerkan bukan berarti tida ada, tetapi tidak perlu apalagi Sang       Buddha pernah melarang pengikutnya memamerkan kekuatan-kekuatan yang       mereka miliki karena dampak negatifnya akan lebih banyak dibandingkan       dengan dampak positifnya.
   
     Oleh sebab itu, anda tidak akan pernah melihat adanya orang-orang yang       menjalankan disiplin Sang Buddha memamerkan kekuatan gaib yang dimiliki.       Bila anda menyaksikannya, berarti yang bersangkutan harus disangsikan       apakah benar murid Sang Buddha yang ingin membabarkan kebenaran atau hanya       sekedar menggunakan nama Sang Buddha yang sudah mempunyai reputasi       Internasional (hampir 2600 tahun lamanya) untuk mencari keuntungan       pribadi.
   
     Sang Buddha juga tidak pernah mengirimkan orang-orang yang menjalankan       disiplinnya untuk menarik penganut kepercayaan lain dengan cara apapun       juga termasuk didalamnya menggunakan demonstrasi kekuatan gaib, walaupun       sekarang ini kita mendengar ada kepercayaan lain yang melakukan hal yang       serupa. Sang Buddha meminta pengikutnya untuk menyebarkan kebenaran,       membuat orang menjadi baik dan melakukan kebaikan tanpa harus menjadi       pengikut dari Sang Buddha. Beliau juga menyarankan orang-orang untuk       datang dan melihat bukan untuk datang dan percaya. Mungkin itulah keunikan       yang menjadi daya tarik Agama Buddha yang tidak dimiliki agama lain,       sehingga beberapa tahun belakangan ini Buddhisme berkembang pesat di dunia       barat yang dengan ditandai dengan permintaan yang meningkat akan tenaga       pembabar Dhamma dan pentabhisan anggota sangha dari orang-orang western.
   
     Kebijaksanaanlah yang ditekankan oleh Sang Buddha bagi pengikutnya,       bukannya kepercayaan yang diharuskan. Dengan ini diharapkan agar pengikut       Sang Buddha dapat berpikir secara rasional dan tidak fanatik secara       membabi-buta. Bila sakit hendaknya umat Buddha mencari dokter untuk       kesembuhan, bukannya mencari penyembuhan melalui kekuatan gaib; Bila ingin       hidup berkecukupan, kerjalah secara baik dan benar bukannya berpangku       tangan dengan meminta bantuan dari kekuatan gaib tersebut; Bila ingin       bebas dari penderitaan, pelajarilah Dhamma bukan mencari perlindungan dari       mahkluk-mahkluk atau benda-benda yang menguasai keajaiban.
   
     Tidak seharusnya seorang umat Buddha mencari keajaiban atau       kekuatan-kekuatan seperti itu karena keajaiban dan atau kekuatan-kekuatan       yang seperti itu tidak dapat mengantarkan seseorang menjadi suci.       Kekuatan-kekuatan itu mungkin dapat membawa kebahagiaan untuk seketika,       tetapi tidak mungkin untuk waktu yang lama karena buah kamma seseorang       harus diterima oleh orang itu sendiri, tidak ada yang dapat diwakilkan       atau lari dari buah kamma.
   
     Melalui tulisan pendek ini, diharapkan agar umat Buddha tidak hanya       tertarik kepada segala sesuatu yang gaib. Yakinlah bahwa kebenaran       (Dhamma) adalah jalan yang benar, dalam kitab suci dikatakan bahwa mereka       yang berpedoman pada Dhamma seperti orang yang berjalan dari kegelapan ke       tempat yang terang, maukah anda berjalan kearah sebaliknya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar