KESEHATAN MENURUT PANDANGAN
AGAMA BUDDHA
A. Latar Belakang
Kehidupan yang
beraneka ragam sifat maupun sikapnya dalam lingkungan masyarakatnya. Ada orang
yang selalu kelihatan gembira dan bahagia walupun keadaan yang dihadapimya dan
juga ada yang selalu mengeluh tidak cocok, tidak bersemangat dalam hidup karena
kondisi yang tidak baik. Karena hidupnya dipenuhi dengan kegelisahan,
kecemasan, dan ketidak puasan terhadap apa yang telah ia milliki saat ini
sehimgga memudahkan mereka diserang berbagai macam penyakit yang sulit untuk
ditemukan obatnya. Serta semakin berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan dan ilmu
teknologi demikian pula teknologi dibidang medis, populasi manusia di dunia
yang semakin pesat yang juga komplek dengan masalah yang dihadapi salah satunya
adalah kesehatan, yang mendorong para ilmuwan untuk meningkatkan kualitas
keilmuan dibidang kedokteran. Namun terkadang para medis tidak mutlak dapat
melenyapkan berbagai permasalahan kesehatan manusia tersebut.
Penyakit-penyakit
tersebut disebabkan karena orang yang dalam hidupnya suka mengganggu, melanggar
hak dan ketenangan orang lain, suka mengadu domba, memfitnah, menyeleweng,
menganiaya, menipu dan sebagainya, hal ini yang menyebabkan kegelisahan pada
masyarakat. Dengan penyebab tingkah laku orang yang berbeda, kendatipun kondisi
sama. Usaha ini yang menumbuhkan satu cabang termuda dari ilmu jiwa yaitu
kesehatan mental.
Kesehatan yang
dialami seseorang maupun masyarakat itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Dengan lingkungan yang bersih maka kebersihan itu pula akan mempengaruhi kebersihan
perorangan, kebiasaan hidup dan ini akan berdampak yang sangat baik bagi
manusia dan lingkungannya serta dapat meningkatkan derajat kesehatan atau
mencegah penyakit. “Kesehatan adalah keuntungan yang terbesar merasa puas
adalah kekayaan yang berharga dipercaya adalah sanak keluarga yang
terbaik,nibbana adalah kebahagiaan tetrtinggi” (Dhp. XV. 204). Kesehatan adalah
anugrah yang paling tinggi yang perlu kita jaga guna kelangsungan aktifitas
yang akan dijalankan, apabila kondisi tubuh tidak sehat, segala aktivitas yang
akan dijalankan atau dikerjakan tidak akan berjalan dengan baik dan lancar.
B. Rumusan Masalah
Mendiskripsikan
kesehatan menurut konsep dasar Agama Buddha
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui
konsep dasar kesehatan dalam Agama Buddha
BAB II
KESEHATAN MENURUT PANDANGAN AGAMA BUDDHA
A. Pengertian Kesehatan
Kesehatan merupakan
harta yang sangat berharga yang dimiliki manusia. Konsep kesehatan itu sendiri
adalah suatu keadaan dimana badan jasmani, mental lingkungan dan segala sesuatu
yang ada disekitarnya benar-benar terjadi suatu keharmonisan.
Dalam kehidupannya
yang suka mengganggu kehidupan orang lain, suka adu domba, fitnah, menyeleweng,
menipu dan sebagainya. Gejala tersebut merupakan unsur daripada kejiwaan yang
tidak sehat, jiwa yang sehat akan menimbulkan jasmani yang sehat pula. Berarti
sehat merupakan suatu bentuk konsep dasar yang mudah dirasakan dan diamati
keadaannya. Misalnya orang yang tidak memiliki keluh kesah fisik dipandang
orang yang sehat secara mental. Kesehatan merupakan suatu keadaan yang sehat,
kebaikan keadaan (badan) jasmani, keadaan sehat badan (tubuh), jiwa keadaan
sehat jiwa, masyarakat kesehatan jasmani bagi rakyat (KBBI, 2001.1011). menurut
WHO (World Health Organization) kesehatan merupakan sutu bentuk yang sangat
luas daan keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat atau dengan kata lain merupakan
suatu keadaan ideal dari segi biologis, psikologis, dan sosial.
B. Konsep Dasar Kesehatan
Manusia mengenal
dirinya pada mulanya dari dimensi biologisnya dan memanfaatkan anggota tubuhnya
untuk memenuhi kebutuhannya, makan minum, bekerja dan aktivitas lainnya. Jadi
tidak langka bila tubuh mengalami gangguan kesehatannya karena manusia belum
merasa puas bila kebutuhannya belum tercukupi dan tidak pernah memperdulikan
kesehatannya (terlalu bekerja keras, tidak ingat waktu).
Status kesehatan
seseorang ataupun masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sekalipun
tidak tetap tetapi juga tidak salah, kesehatan lingkungan sering diartikan
sebagai kebersihan lingkungan. Kesehatan lingkungan seharusnya, mencakup pula
kebersihan perorangan, kebiasaan hidup dan semua dampak hubungan timbal balik
antara manusia dan lingkunan pertalian dengan peningkatan derajat kesehatan
atau pencegahan penyakit. Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang sehat,
jadi ini tergantung dari manusia atau masyarakat bagaimana menjaga lingkungan
yang bersih.
Setiap individu
memiliki peranan dalam kehidupan baik dalam keluarga, masyarakat, sekolah dan
lainnya. Seseorang yang mempunyai jasmani dan mental yang sehat akan merasa
puas dengan peranannya dalam lingkuangannya tersebut, tetapi sebaliknya bila
seseorang tidak memiliki sehat jasmani dan mental yang kuat tidak merasa
terpuaskan dalam peranan-paranan
tersebut, dan memang bila seseorang tidak memiliki badan jasmani dan mental
yang kuat tidak bisa beraktifitas dengan baik.
C. Pendekatan Kesehatan Menurut
Agama Buddha
Manusia merupakan
satu kesatuan dari unsur jasmani dan rohani, mengenai pemahaman yang benar
terhadap tubuh yang rapuh yang merupakan sarang suatu penyakit yang justru akan
mendorong agar manusia memperhatikan perawatan tubuhnya dengan baik.
“Perhatikanlah tubuh yang indah ini, penuh penyakit, terdiri dari tulang belulang,
lemah dan perlu banyak perawatan, keadaannya tidak kekal serta tidak tetap”
(Dhp.XI.147). Perilaku yang bersih dan sehat akan menghasilkan lingkungan yang
bersih dan sehat pula, begitu pula sebaliknya lingkungan yang bersih dan sehat
akan mendorong prilaku yang bersih dan sehat pula, walaupun diri sendiri
merupakan faktor utama dalam menciptakan keadaan yang sehat.
Salah satu hal yang
sangat penting dalam pribadi seseorang adalah kesehatan mental, yaitu kondisi
mental yang tidak sakit. Buddha Dhamma berperan besar dalam memecahkan
kesulitan para ahli tentang kesehatan mental, Buddha menunjukkan bahwa setiap
orang secara terus-menerus mendengarkan suatu suara dalam dirinya dan
menafsirkan apa yang sedang dirasakannya. Tindakan ini merupakan tindakan untuk
menenangkan diri terhadap prasangka, kegelisahan dan ketakutan. “Melenyapkan
kegelisahan, dan kekawatiran maka akan terbebas dari perasaan tegang, dengan
pikiran tenang, mensucikan batinnya dari kegelisahan dan kekawatiran. Ia
melenyapkan keragu-raguan, ia hidup bagaikan orang yang telah bebas dari
kekacauan batin dan batinnya berada dalam kebaikan, ia mensucikan batinnya dari
keragu-raguan” (D.III.XIV.25).
“Sehat adalah
anugrah tertinggi, Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi” (M.II.VII.65). Nibbana
adalah tujuan tertinggi umat Buddha, sedangkan sakit, usia tua, kematian
sebagia ciri dari penderitaan merupakan proses tak terelakkan yang penuh makna
dan hikmah dalam perjalanan mencapai tujuan tertinggi. “Sungguh bahagia hidup
tanpa penyakit diantar orang-orang yang berpenyakit, diantara orang-orang yang
berpenyakit hidup tanpa penyakit” (Dhp.XV.198). Jadi dalam hal ini bisa
dikatakan bahwa tujuan agama adalah sebuah keadaan kesehatan mental yang
sempurna dan kebahagiaan sejati, tetapi selama manusia belum melenyapkan dukkha
dalam dirinya mak kesakitan mental akan berada dalam dirinya bahkan dapat
berkembang dengan cepat dan kedamaiaan Nibbana belum dapat dirasakan. Perlu
diketahui bahwa tujuan dari Buddha mengajarkan Dhamma adalah untuk kebahagiaan
umat manusia dan memperoleh mental yang benar-benar bebas dari penyakit apapun.
Bhagava mengajarkan Dhamma agar Dharma dapat melenyapkan dukkha dari orang yang
melaksanakannya (D.III.XIV.24). Dukkha merupakan kekacauan-kakacauan dan
Nibbana adalah keadaan yang teratur dan sehat, tetapi umat Buddha adalah
pengurangan serta pelenyapan dukkha dan mencapai Nibbana yaitu dengan
pelaksanaan delapan jalan utama secara sempurna.
Keseluruhan terapi
Buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama beruas delapan,
yang merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, terapi ini mencakup
prilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap teori
filsafat Buddha Dharma, terapi yang sebenarnya adalah adalah Meditasi (Dhyana)
dalam terapi Buddhis dalam melenyapkan kekacuaan mental memiliki beberapa
kesamaan seperti test wawancara dan diskusi, meditasi mirip dengan teknik
terapi perilaku karena bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi yang
merupakan keunggulan dalam terapi Buddhis, hal yang penting dalam meditasi
adalah perhatian, sempurna dalam perilaku, suci dalam cara hidup, sempurna
dalam sila, terjaga pintu indriya, memiliki perhatian murni dan pengertian yang
jelas. Terapi Buddhis mengatakan bahwa penyebab tubuh ini menjadi sakit dan
sehat adalah karena adanya melalui
perasaan jasmani (rasa sakit) dan keadaan pikiran (emosi-emosi) yang
mempengaruhinya. Dengan begitu apabila tubuh ini ingin tetap sehat hendaknya
menyadari segala bentuk-bentuk pikiran emosi-emosi yang timbul dalam diri. Yang
dimaksud dengan bentuk pikiran yang menyebabkan penderitaan karena mempunyai
beberapa hal yaitu : (1). Keserakahan, (2). Harga diri yang terluka, (3). Iri
hati, (4). Kebencian, (5). Kekuatiran
(Ruth Walshe, alih bahasa Upi. Ksantidewi, Terapi secara Buddhis).
D. Pengaruh Perkembangan Ilmu Kedokteran Terhadap Pola Hidup Manusia
Kehidupan yang
semakin maju baik dalam ilmu teknologi maupun kedokteran yang semakin maju
pesat terdapat atau mempunyai pengaruh
yang dapat mengembangkan pola hidup manusia yaitu :
- Untuk meningkatkan pelayananan
kesehatan terhadap masyarakat dibidang kesehatan, meningkatkan mutu pemeriksaan
yang terjamin terhadap penyakit-penyakit yang diderita, sehingga terbukti dan
dapat dipertanggungjawabkan hasil pemeriksaannya.
- Dengan banyaknya peralatan dan
fasilitas yang digunakan maka kana meningkatkan pula mutu dari tenaga medis
(Fahrul Rasyid, Tempo Tahun 1990:76, Murniyati, Rangkuman Agama Buddha Dan
Disiplin Ilmu I dan II 2003)
- Semakin banyaknya peneliltian
–penelitian media yang dilakukan secar intensif maka akan mendorong
didirikannya laboraqtorium kesehatan dengan peralatan dan fasilitas yand lebih
lengkap
- Perkembangan ilmu kedokteran dapat
meningkatkan mutu mansia secara fisik (ilmu bedah dapat membantu manusia
menutupi cacat fisik yang ada pada dirinya) (Medika, 1992:59, Murniyati,
Rangkuman Agama Buddha Dan Disipllin Ilmu I dan II 2003)
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Kesehatan merupakan
suatu keadaan dimana badan jasmani, mental lingkungan dan segala sesuatu yang
ada di sekitarnya benar-benar terjadi suatu keharmonisan .Kesehatan sangat
diperlukan oleh manusia, karena dengan adanya kesehatan manusia bisa bekerja
untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Sang Buddha
memberikan jalan untuk menjaga kesehatan dengan jalan melenyapkan semua rasa
kekuatiran yang ada dalam diri kita, dan tidak melekati sesuatu yang
disenangi.Disamping itu seseorang harus melaksanakan sila karena dengan
melaksanakan sila seseorang akan terbebas dari kekuatiran tersebut.
Keserakahan, harga diri yang terluka, iri hati, kebecian, kekuatiran. Kelima
hal tersebut yang paling menyebabkan penderitaan yang sangat mendalam adalah
kekuatiran, mengapa kekuatiran dikatakan hal yang paling utama dan sangat
berbahaya karena hal ini timbul dari perasaan yang tidak nyaman, yang merupakan
sebab awal itu adalah kemelekatan, seperti apa yang terdapat dalam Empat
Kesunyataan menyatakan bahwa Asal mula penderitaan adalah keinginan (Ruth
Walshe, alih bahasa Upi. Ksantidewi, Terapi secara Buddhis).
Keasadaran dan
ketidakmelekatan adalah obat yang sangat mujarab dalam Agama Buddha dari
kemelekatan dan kekuatiran. Dalam menyadari kekuatiran itu ada dua tingkatan
yaitu: (1). Ketika kekuatiran tertentu menjadi kekuatiran yang sungguh-sungguh,
(2). Ketika kekuatiran itu lenyap sama sekali pada saat itu. Dengan adanya
suatu kesadaran yang penuh maka suatu penyakit tidak akan muncul dalam diri
manusia.
Marilah kita renungkan bersama bahwa dengan
sikap menerima yang benar terhadap
penderitaan adalah merupakan satu-satunya jalan atau cara penyembuhan.
Mengapa demikian karena apabila penderitaan selalu ditekan hanya akan mendorong
suatu kemelekata itu ke bawah sadar yang menimbun atau menyimpan barang-barang
yang tidak menyenangkan atau yang tidak ingin dilihat, yang suatu saat akan
muncul dan menimbulkan suatu penderitaan. Seperti yang telah dijelaskan diatas
bahwa hanya tindakan penerimalah yang menyembuhkan penderitaan, menghentikan
penderitaan dan juga sang aku juga tidak terlibat. Jika sang aku tidak
terlibat, maka keinginanpun tidak ada. Dengan berhentinya penderitaan maka
energi yang digunakan untuk membuat sang aku yang menyebabkan penderitaan tidak
digunakan lagi. Maka kemelekatan akan hilang yang dapat menyembuhkan dari
ketegangan-ketegangan yang ada serta menjadikan tubuh jasmani serta mental
dapat terbebas dari penyakit.
Saran
Semoga dengan
makalah ini dapat memberikan suatu gambaran kepada para pembaca tentang bagaimana
cara menjaga kesehatan,dan kami sangat mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah ini. Sehingga dapat berguna bagi para pembaca agar dapat
menambah pengetahuan dan wawasan yang luas serta dapat juga berguna bagi kami
selaku penulis makalah ini walaupun kami menyadari bahwa makalah ini kurang
dari sempurna karena kami hanyalah manusia biasa yang masih dalam tahap
belajar. Terima kasih atas saran dan kritik yang sifatnya membangun yang
nantinya kami jadikan pegangan dalam penulisan makalah yang berikutnya sehingga
menjadi lebih baik dan dapat lebih mudah dipahami oleh semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat Zakiah.
1989. Kesehatan Mental. Jakarta: CV Haji Mas Agung.
Notosoedirjo
Moeljono. 2001. Kesehatan Mental Konsep Dan Penerapannya. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sasanadhaja Pandita,
Widya Surya. 2001. Dhammapada. Jakarta: Yayasan Abdi Dhamma Indonesia.
Tim Penyusun. 2003.
Pengetahuan Dharma. Jakarta: CV. Dewi Kayana Abadi
Wijaya Mukti
Krisnananda. 2003. Berebut Kerja Berebut
Surga. Jakarta: Yayasan Dharma
Pembangunan.
================
Dikutip dari:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar