Kesakralan Magha Puja
Di antara banyaknya umat Buddha di Indonesia, terdapat       sebagaian umat Buddha yang masih belum mengerti tentang sebagian       peringatan peristiwa penting dan bersejarah agama Buddha pada jaman Sang       Buddha Gotama, yang patut diketahui oleh umat Buddha pada umumnya.       Terdapat 4 (empat) peringatan agama Buddha setiap tahun secara berurutan,       yaitu Waisak, Asadha, Kathina, dan Magha Puja. Nama-nama peringatan       tersebut diambil dari nama penanggalan bulan buddhis pada jaman Sang       Buddha Gautama. Peringatan-peringatan peristiwa penting dan bersejarah       tersebut semuanya terjadi di saat bulan purnama sempurna (siddhi) sebagai       ciri khasnya.
   
     Magha Puja merupakan salah satu peringatan agama Buddha yang kurang       diketahui oleh sebagian umat Buddha di Indonesia. Magha Puja merupakan       peristiwa penting dan bersejarah bagi Agama Buddha yang terjadi di bulan       Magha atau dapat dijumpai pada bulan Februari. Anggapan semen-tara umat       Buddha menekankan bahwa hari peringatan hari Magha Puja bertepatan dengan       15 hari setelah tahun baru Imlek (Cap Go). Demikian jika 15 hari setelah       15 hari setelah tahun imlek maka pada malam harinya terlihat bulan sedang       purnama. Tetapi jika diteliti dalam penanggalan hari, bulan, dan tahun       buddhis maka yang sebenarnya peringatan hari Magha Puja tepat 1 (satu)       hari sebelum Cap Go, yang berarti bahwa pada saat itu bulan purnama       siddhi.
   
     Magha Puja jika diungkapkan secara lebih menda-lam, maka peristiwa       tersebut adalah luar biasa, dan tidak ditemukan peristiwa serupa lainnya       di dunia sejak jaman Sang Buddha Gotama sampai sekarang ini. Peristiwa       Magha Puja ini diawali ketika Sang Buddha berada di Taman Tupai, hutan       bambu Veluvana-arama, di kota Rajagaha pada bulan Magha. Pada saat yang       sama Sang Buddha dikunjungi oleh para Bhikkhu yang telah mencapai tingkat       kesucian Arahat dan memiliki beberapa kemampuan abhinna. Dengan keinginan       sendiri dan tanpa saling memberitahukan terlebih dahulu satu dengan yang       lain, Mereka masing-masing pergi untuk mengunjungi Sang Buddha. Pertemuan       tanpa disengaja oleh para Bhikkhu Arahat di Taman Tupai itu dihadiri dalam       jumlah mencapai 1250 orang Bhikkhu. Pada kesempatan itu Sang Buddha       mengadakan uposatha dan melakukan Ehi Bhikkhu Upasampada kepada mereka,       yaitu pentabisan bhikkhu dengan memakai ucapan Ehi Bhikkhu (datanglah, O,       para Bhikkhu). Setelah mengadakan Ehi Bhikkhu Upasampada selanjutnya       Beliau memberikan pembabaran Ovadapatimokkha kepada Mereka.
   
     Ovadapatimokkha merupakan salah satu Dhamma yang sangat diminati oleh para       Bijaksana, yang ingin melaksanakan kedisiplinan dalam bersila, terutama       diminati oleh seorang Bhikkhu yang sedang melaksanakan kehidupan suci.       Salah satu pembabaran Sang Buddha tentang Ovadapatimokkha yang sangat       indah dan dikenal oleh banyak umat Buddha adalah
   
     "Tidak melakukan segala kejahatan, senantiasa menyempurnakan       kebaikan, dan menyucikan pikiran; Inilah ajaran para Buddha".
   
     Pertemuan Agung para Bhikkhu Arahat tersebut dinamakan Caturangasanipata,       yaitu pertemuan akbar yang didukung oleh 4 (empat) faktor peristiwa utama       yang istimewa, yaitu :       
-            
Berkumpulnya para Bhikkhu yang berjumlah 1250 orang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
 -            
Mereka semuanya telah mencapai tingkat kesucian dan memiliki kemampuan abhinna.
 -            
Mereka ditabiskan dengan memakai ucapan Ehi Bhikkhu.
 -            
Sang Buddha membabarkan Ovadapatimokkha kepada Mereka.
 
Sebagai umat Buddha yang merayakan atau memperingati Magha Puja selayaknya       telah mengetahui makna dari sejarah Magha Puja itu sendiri. Ditinjau dari       segi nama peringatannya, Magha Puja, mempunyai arti bahwa di dalam       melaksanakan perayaan atau peringatannya, umat Buddha melakukan puja       se-hubungan dengan peristiwa akbar di bulan Magha pada jaman Sang Buddha       Gotama. Pemujaan yang dilaksanakan oleh kita sebagai penerus Dhamma dalam       Magha Puja bukan sekedar hanya memuja tanpa mengetahui apa yang seharusnya       dipuja. Dalam pemantauan sementara waktu bahwa umat Buddha yang       memperingati magha puja di Vihara-vihara atau di tempat-tempat pertemuan       sangat jarang ditemui, dibandingkan dengan merayakan atau memperingati       Waisak, Kathina. Hal ini disebabkan pemahaman dan kurang minatnya mereka       dalam memperingati Magha Puja karena faktor-faktor salah satunya mereka       tidak tertarik dengan apa yang sebenarnya yang terjadi pa-da Magha Puja.       Ironisnya jika Magha Puja ini dilupakan sama sekali tanpa disentuh       nilai-nilai yang harus ditanamkan terhadap umat Buddha.
   
     Sesungguhnya jika dikaji mendalam tentang kesungguhan peringatan Magha       Puja adalah sama hikmatnya dengan memperingati hari-hari besar agama       Buddha lainnya. Jika di dalam peringatan Waisak kita memperingati 3 (tiga)       peristiwa penting di bulan Wai-sak purnama siddhi, kemudian pada bulan       Kathina kita peringati bulan Berdana, dan bulan Asadha adalah peringatan       Pemutaran Roda Dhamma (Dhammacak-kappavattana Sutta) oleh Sang Buddha       Gotama, maka untuk Magha Puja adalah peringatan yang tak kalah pentingnya       bagi umat Buddha khususnya bagi para Bhikkhu yang menjalani kehidupan suci       untuk menerapkan apa yang ada di dalam ulasan Sang Buddha mengenai       Ovadapatimokkha. Di samping itu juga kita dapat memuja kepada Sang Buddha       dan para Arya Sangha yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat yang       mendengarkan langsung Ovadapatimokkha dari Sang Buddha pada saat itu.       Dengan melakukan pemujaan kepada yang patut dipuja maka dengan sendirinya       kita dapat memperoleh suatu berkah.
   
     Sangat disayangkan jika dalam peringatan Magha Puja yang diselenggarakan       oleh umat Buddha kurang begitu diperhatikan kesaklarannya dan tidak sesuai       lagi dengan peringatan Magha Puja yang sesungguhnya karena kurangnya       informasi-informasi yang baik mengenai peringatan Magha Puja. Bahkan       sebagian umat Buddha menganggap peringatan Magha Puja ini adalah identik       dengan perayaan tahun baru Imlek dan Cap Go sehingga tidak mengherankan       jika ada sementara umat yang menganggapnya demikian, mereka merayakan       tahun baru Imlek, Magha Puja, dan Cap Go sekaligus di Vihara-vihara atau       kelenteng.
   
     Dalam peringatan Magha Puja pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan       upacara-upacara peringatan hari raya Agama Buddha lainnya. Upacara       pemujaan biasanya terdapat acara prosesi pemujaan (dupa, lilin, air, dan       bunga) di depan altar. Pada upacara Magha Puja sendiri biasanya dilakukan       pembacaan Magha Puja Gatha dan membacakan Paritta Khusus       Ovada-patimokkhadipatha dalam bahasa Pali secara bersama-sama atau       dilakukan pembacaan salah satunya sebagai ciri-cirinya. Selanjutnya       seperti peringatan hari suci lainnya dilakukan puja bakti, meditasi dan       Dhammadesana oleh Bhikkhu Sangha mengenai makna peringatan Magha Puja.       Akan menjadi saklar upacara peringatan Magha Puja jika diselenggarakan       dengan sungguh-sungguh walaupun dilaksanakan secara sederhana.
   
     Segala upacara peringatan hari suci agama Buddha yang dilaksanakan dengan       tujuan untuk mempertebal keyakinan (saddha) terhadap Sang Tiratana.       Seandainya kita terpaku terhadap pengadaan perayaan atau peringatan hari       raya agama Buddha yang dilaksanakan dan sekedar melaksanakannya saja       tetapi tidak memanfaatkan makna yang sesungguhnya untuk mengembangkan diri       menjadi umat Buddha yang bijaksana, maka akan timbul suatu kejenuhan bagi       kita. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa di dalam memperingati       Magha Puja, hal yang ter-penting adalah memahami sepenuhnya sabda Sang       Buddha mengenai Ovadapatimokkha. Tidak menutup kemungkinan untuk       merayakannya sampai megah dan akbar. Tetapi tiada artinya jika       merayakannya sampai megah dan akbar dengan mengeluarkan anggaran biaya       yang cukup besar jika kita umat Buddha yang hadir tidak memahami bahkan       tidak mengetahui makna Magha Puja sesungguhnya. Di samping Magha Puja,       perayaan atau peringatan-peringatan suci agama Buddha lainnya perlu       diperhatikan hal ini.
   
     Dari perbandingan tulisan-tulisan di atas menyimpulkan bahwa sudah sangat       baik sekali jika kita telah mengerti dan memahami arti sesungguhnya       peringatan-peringatan suci agama Buddha dan menerapkan-nya dalam kehidupan       kita sehari-hari tanpa harus mengadakan suatu upacara untuk merayakan atau       memperingatinya bahkan sampai megah dan meriah. Sebagai contoh yaitu pada       peringatan Waisak kita dapat mengambil salah satu makna yang terkandung di       dalam Waisak dengan menerapkannya, misalnya menerapkan semangat pantang       mundur terhadap suatu masalah yang kita hadapi. Pangeran Siddhatta       mencapai Penerangan Sempurna seorang diri dengan bersemangat pantang       menyerah karena walaupun terdapat kesulitan tiada sesuatu yang tidak dapat       diwujudkan. Dalam Kathina kita dapat menerapkannya berupa berdana kepada       Sangha yang merupakan lapangan jasa yang tiada taranya di alam semesta.       Dalam Asadha kita juga dapat menerapkan dengan berlatih melakukan       perwujudan terhadap Jalan Tengah Berfaktor Delapan dalam kehidupan kita       sehari-hari. Demikian juga dengan Magha Puja dengan menerapkan       Ovadapatimokkha yang senantiasa di-praktekkan sehari-hari dan sangat baik       dilakukan da-lam kedisiplinan menjalankan kehidupan suci. Dengan demikian       jika kita sebagai umat Buddha melaksanakan pemahaman dan praktek terhadap       makna peringatan-peringatan suci agama Buddha maka kita te-lah       memperingatinya secara saklar dan penuh hikmat. Sebagai umat Buddha kita       perlu diingat bahwa melaksanakan Dhamma merupakan suatu pemujaan yang       tertinggi kepada Sang Tathagata dibandingkan dengan adanya upacara-upacara       besar pemujaan terhadap Sang Buddha yang sering kita selenggarakan selama       ini.
            
Sangat bermanfaat sehingga kita mengetahui makna yg terkandung di dalam nya.
BalasHapus